Doushite

A present from DESON  *warning banyak flashback, bnyk ngayaal n bnyk Typo*

 

DOUSHITE…

 

Kita melangkah bersama, berjalan beriringan. Kita saling bergandengan tangan tapi kau terus diam.

Kau perlakukan aku sebagai orang yang sangat istimewa, tapi kenyataannya aku bukan orang spesial untukmu. Aku bukan siapa-siapa dalam hidupmu.

Tidak peduli berapa waktu yang telah kau habiskan denganku. Aku bukan siapa-siapa untukmu.

Lalu, Apa aku untukmu? Siapa aku dihatimu?

 

Doushite, Why…did I end up falling in love with you.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

“Aku tidak ingin memaksa…” ucapnya tanpa menatapku

 

Aku hanya menunduk tidak tau harus berkata apa. Apa yang harus ku katakan padanya. Pada orang yang dalam beberapa jam ke depan akan menjadi calon suamiku.

 

Ya, Dia tunanganku tapi aku tidak mencintainya. Lantas kenapa aku mau menjadi tunangannya? Itu karena seseorang. Seseorang yang lain yang sangat aku cintai.

 

Flashback…

 

Aku sedang mengerjakan tugasku di perpustakaan ketika aku merasa ada seseorang yang sedang menatapku. Aku menoleh ke belakang dan mendapati seorang laki-laki. Mata kami bertemu untuk beberapa detik sebelum dia mengalihkan pandangannya.

 

Dia menunduk dan meraih sembarang buku dihadapannya. Aku bisa melihat matanya yang tidak fokus. Dia tidak sedang membaca, hanya mengalihkan perhatian.

 

Untuk beberapa saat aku memandanginya. Wajahnya terkesan manis, tidak menyentuh angka tampan. Tidak terlalu rupawan tapi ada daya magnet tertentu yang menarikku untuk tetap memandangnya.

 

Ding dong dong…

Bel berbunyi. Aku membereskan seruh buku-bukuku. Sebelum pergi aku melirik ke arahnya sesaat. Dia sudah tidak ada.

 

Itu pertama kali bertemu dengannya. Eh tidak lebih tepatnya, itu adalah pertama kali aku menyadari kehadirannya. Aku menyadari bahwa ada sesosok laki-laki yang terus memandangiku di pojok sudut perpustakaan.

 

Aku tidak mau Geer. Demi Tuhan, aku takut awalnya. Aku takut dia mengincarku dan berbuat macam-macam padaku. Aku takut dia karena dia terus memandangku dari belakang dengan tatapan yang sulit diartikan.

 

“perkenalkan Ini Park Yeosin!” Chaesun memperkenalkanku kepada seorang laki-laki.

 

Ya dia. Dia yang selalu melihatku dari belakang. Kini aku bisa melihatnya dari dekat.

 

“Kim Ryeowook” Dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis. Senyum yang setengah dikulum namun terasa sangat manis. Jauh dari kata menyeramkan saat aku mengenalnya beberapa saat yang lalu.

 

“Park Yeosin.” Aku menjabat tangannya

 

“Ryeowook-ssi, Yeosin inilah yang akan jadi patnermu dalam di acara festival budaya nanti.”

 

Aku menangkap ekspresi kaget di wajah Ryeowook memudian dia memandangku, “senang bisa berkerja sama denganmu.”

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Aku melirik jam tanganku. Jam sepuluh malam. Huftt… aku pasti kemalaman sampai dirumah. Aku melihat Chaesun. Tidak mungkin aku mengajaknya pulang bareng. Dia pasti di antar oleh Lee Donghae.

 

Ah~ senangnya jika punya kekasih. Kemana-mana bisa diantar pulang.

 

Aku tidak bisa menunggu lama. Aku putuskan untuk segera pulang.

 

“Yeosin-ya!” aku menoleh dan mendapati Ryeowook melambai kearahku, “Aku antarkan pulang ya?”

 

Aku memandangnya heran, “tapi rumah kita kan berlainan arah.”

 

“Tidak apa-apa aku hanya sedang ingin bersamamu saja.”

 

Blush… wajahku seketika itu merah. Stop Yeosin ingat dia sudah punya kekasih. Dia sudah mempunyai kekasih. Selena Go *bayangin ajah Selena Gomez kakak kembar saya wkwkw*

 

Dia tetap memaksa hingga aku pasrah. Berjalan berdua memang lebih nyaman dari pada sendiri.

 

Kami berjalan berdampingan. Mengobrolkan hal-hal yang sederhana. Kami tertawa bersama. Namun tetap saja ada yang jangal dengan semua ini. Kenapa dia memilih mengantarku pulang dari pada mengantar kekasihnya. Aneh.

 

Kami sudah sampai didepan rumah. Aku memandang rumah itu enggan. Aku masih ingin mengobrol bersama Ryeowook >.<

 

Aku memandangnya sebentar, “Ryeowook-ssi mau mampir kerumahku?” tanyaku basa-basi.

 

Dia menggeleng, “sudah malam lebih baik kau tidur dan segera mimpikan aku. Annyeong.” Dia segera berbalik sebelum aku membalas ucapnnya. Dia masih melambaikan tangan padaku seraya berlari.

 

Apa maksud ucapannya tadi?

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Kriiiiing…Kriiiiiiiiiing…

Aku mematikan wekerku. Aku ingin tidur lima menit lagi. Aku ingin memimpikan dia dulu. Lima menit saja.

 

“Onnie, Ireona…!” Ahnrin menarik selimutku, “kau mau tidur sampai kapan. Katamu sekarang ada festival budaya disekolahmu.”

 

Festival budaya. Aku baru ingat. Aku tidak boleh terlambat. Aku segera berlari ke kamar mandi namun sial aku keduluan oleh Jungsoo Oppa.

 

Aku gera pergi ke dapur langsung kumur-kumur dan cuci muka lalu segera mengambil seragamku.

 

“Kau tidak mandi?”

 

Aku menggeleng sambil mengoleskan selai ke rotiku.

 

“Ya~ Park Yeosin kau jorok sekali.” Cibir Ahnrin

 

“Ya~ Park Ahnrin, tidak usah banyak cincong deh. Urusi saja urusanmu.” Aku segera menelan bulat-bulat rotiku meneguk susu milik Jungsoo Oppa lalu segera pergi.

 

Begitu sampai aku langsung mencari Ryeowook. Ada hal yang ingin aku bicarakan dengannya. Langkahnya terhenti saat aku mendapati Ryeowook sedang berduaan dengan kekasihnya dibelakang sekolah. Hatiku panas.

 

Aku segera berbalik lalu berlari. Bodoh… kenapa masih berharap pada sesorang yang sudah mempunyai kekasih.

 

Aku kembali pada kegiatanku semula. Menjadi panitia festival budaya.

 

Aku mempersibuk diri agar melupakan semua kejadian. Aku tidak membiarkan otakku memikirkan Ryeowook lagi. Aku juga meminum banyak air putih untuk menetralkan emosiku tapi akibatnya aku jadi kebelet pipis.

 

Di toilet aku bertemu dengan Selena, gadis blasteran Amrik-Korea pacar Kim Ryeowook. Dia memandangku sinis. Aku tersenyum karena dia merupakan sunbaeku.

 

Kenapa aku harus bertemu dia disini. Kenapa harus dia. Aku menarik nafas dalam-dalam.

 

Byurrrr…

Seseorang menyiramku saat aku keluar dari toilet. Dingin.

 

Aku melihat Selena berkacak pinggang sambil menatap sinis padaku

 

“apa salahku?” tanyaku padanya

 

“kau bertanya apa salahmu? Kau ini sudah ganjen, tidak tau diri pula. Ngaca dong siapa dirimu sendiri jangan seenaknya ngerebut punya orang lain.” Ucapnya dengan penuh emosi.

 

Air mataku tidak terbendung. Aku tidak peduli image ku akan hancur kalau aku menangis.

 

Seseorang memelukku dari belakang. Ia menyampirkan jaketnya dipundakku. Ryeowook

 

“Apa yang kau lakukan?” tanya Ryeowook pada Selena, “kenapa kau jahat sekali.”

 

“dia kan yang membuatmu memutuskan aku. Aku tidak terima. Kim Ryeowook.”

 

“aku bilang sudah jengah dengan sikap dan sifatmu. Bukan karena dia. Lagi pula aku tidak mungkin menyukainya. DIA BUKAN TIPE IDEALKU.” Ryeowook mengucapkan penuh penekanan di kalimat terakhirnya.

 

Aku hanya menunduk menahan tangis. Harusnya aku tau dari awal. Dia tidak menyukaiku.

 

Aku tidak sepenuhnya aku menyalahkan Selena atas kejadian itu. Berkat dia aku tidak perlu malu karena tidak mandi. Untungnya Chaesun-ku yang baik membawa dua baju. Meski bajunya sedikit kebesaran di tubuhku yang kurus krempeng ini, tidak apalah dari pada memakai baju basah sepanjang hari.

 

Sore hari setelah penutupan acara. Ryeowook menghampiriku. Sepanjang hari aku memang terus menghindarinya. Malu. Tapi kali ini aku tidak bisa menghindarinya. Ryeowook menarik tanganku dengan paksa. Aku hanya diam. Aku takut sekali pada Selena. Aku takut dia marah lagi.

 

“Dia sudah pulang.” ucap Ryeowook manis ditelingaku seakan dia bisa membaca pikiranku, “Selena sudah pulang.”

 

Aku mengangguk sambil melepaskan tanganku dari gengamannya.

 

“kau marah padaku?” aku menggeleng

 

“berjanjilah untuk tidak menghindariku lagi.” Aku mengangguk.

 

Ryeowook mengacak-acak rambutku, “bagaimana kalau sekarang kita beli eskrim.”

 

Aku menandang Ryeowook heran. Bagaimana dia tau aku sangat menyukai es krim.

 

Dia mengandengku ke kedai eskrim. Kami berrcengrama bersama. Kami bercerita seakan insiden di toilet itu tidak ada. Kami tertawa seakan Ryeowook tidak pernah bilang kalau aku bukan tipe idealnya.

 

Flashback end…

 

Kata-katanya masih terngiang ditelingaku. Suaranya yang lembut senyumnya yang manis.

Dia mampu membawa emosiku yang labil menjadi stabil. Bagaimana aku tidak menyukiainya jika dia terus disampingku. Terus berada di dekatku.

 

Hingga pada akhirnya aku kehilangan dia saat kelulusannya. Dia memberiku nomor ponselnya. Saat itu aku belum memiliki ponsel aku hanya menyimpannya.

 

Ketika aku memiliki ponsel. Nomornyalah yang pertama kali kuhubungi tapi hasilnya nihil. Aku benar-benar kehilangannya.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Aku memandang ponselku dengan gelisah. Tidak mungkin dia tidak tau tentang berita ini. Tapi kenapa sampai saat ini dia belum meneleponku. Apa artinya aku untuknya.

 

Telepon. Tidak. Telepon. Tidak. Telepon.

Egoku kalah dan dengan segera jariku menari diatas keypad.

Pesan terkirim.

 

Aku memandang ponselku dengan cemas. Satu menit… dua menit…  kuketukan ponselku agar berbunyi. Tiga menit… empat menit… aku mulai memandanginya penuh harap. Sepuluh menit… akhirnya berbunyi. Deg…

 

From Chaesun: Ige mwoya??? Kenapa mau menikah tidak bilang-bilang.

 

Huft… kesabaranku sudah habis. Kemana dia pergi. Kenapa tega sampai tidak membalas pesanku.

 

Arrrrgh…. Aku mengacak-acak rambutku frustasi.

 

“Ya, Onnie… tidak bisakah kau diam?” Ahnrin melotot padaku. Ah ya dari dari aku bolak-balik terus.

 

Aku duduk di meja rias, memandang wajahku sendiri, “Ottokhe???” lirihku pelan, “Arrrghhhh… iini tidak boleh terjadi.”

 

Pletak….

Aku memegang kepalaku yang sakit, “Ya~ kalau kau kena sindrom prawedding sebaiknya jangan disini, sana dikamarmu.”

 

Aku memandangnya kesal. Tiba-tiba ponselku berdering. aku ingin menjerit histeris saat melihat namanya tertera dilayar ponselku, “Hallo!”

 

Aku segera mengambil tasku lalu pergi keluar setelah menutup teleponnya. Untung Appa sedang tidak ada dirumah. Aku bisa pergi dengan leluasa.

 

Tuhan, bila aku berjodoh dengannya mudahkanlah jalan kami berdua.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Jembatan Yanghwa membentang disepanjang mata memandang. Dingin menyeruak memasuki rusukku. Aku megerutu sendiri menahan dingin. Bodoh kenapa tadi aku tidak membawa jaket.

 

Aku merasakan tubuhku hangat seketika ketika aku melihat dirinya di sebrang jembatan. Dia memandang lurus kedepan. Lekukan wajahnya terlihat jelas dimataku.

 

Satu tahun yang lalu aku bertemu dengannya lagi. Berbeda dengan enam tahun lalu saat aku pertama kali aku mengenalnya. Dia lebih dewasa dan tampan. Senyum khasnya tidak pernah berubah. Namun tatapannya kini lebih halus dan tajam.

 

Sekali lagi dia menjadi patnerku di acara kampus. Kampus kami memang sering mengadakan kerjasama. Itulah yang membuat kami lebih dekat lagi. Terlebih tidak ada Selena.

 

“sudah lama menunggu!” Aku berdiri disampingnya.

 

Dia menoleh, “tidak juga. Apa tidak apa-apa jika begini.”

 

Aku mengerutkan kening, “apanya?”

 

“Disini dingin dan kau.” Dia menujuk bajuku yang tipis.

 

“tidak apa-apa.”

 

Flashback…

 

“kau tidak berubah Yeosin-ssi.” Ucap Ryeowook tapi matanya masih menatap proposal kami, “selalu saja banyak yang salah ketik.”

 

Aku menunduk malu, “mungkin Typo adalah kelebihanku.”

 

Kami berbica berdua di sebuah kafe. Ryeowook memang tidak suka tempat yang sepi, ia lebih suka konsul denganku di kafe atau restoran.

 

Hubungan kami membaik seperti sedia kala. Dia yang selalu menawariku tumpangan pulang-pergi kampus. Keluargaku saja sudah mengenalnya luar-dalam.

 

Ryeowook mengalihkan pandangannya kepadaku, “kau memang tidak berubah. Apa kau masih suka makan es krim?”

 

Aku mengangguk

 

Ryeowook segera pergi begitu saja lalu kembali dengan membawa dua gelas eskrim ditangannya. Ia memberikanku eskrim stawbery lengkap dengan coklat putihnya.

 

“bagaimana kau tau makanan kesukaanku?” ucapku sambil menatap eskrim yang dibawanya.

 

Ryeowook tersenyum, “aku lama kehilanganmu jadi aku mencari tahu tentang semua yang kau sukai. Aku merasa bersalah padamu tentang kejadia Selena itu.”

 

“itu sudah lama tidak usah dibahas.” Ucapku cepat

 

Tiba-tiba saka tangan Ryeowook mengelap sudut bibirku. Aku gelagapan lalu mengelap sudut bibirku takut eskrimnya masih menempel.

 

“kau seperti anak kecil saja.” Ucapnya sambil terkekeh.

 

Aku memandangnya penuh heran. Dia menatapku dengan lembut. Kemudian mengacak-acak rambutku.

 

Drtttt…drtttttttt…

Ponselku berdering.

 

From Chaesun: makan eskrim berdua trus saling elap-elapan. Membuatku iri saja >.<

 

Aku mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru restoran tapi aku tidak menemukan sosok Chaesun.

 

Ponselku berdering kembali.

 

From Chaesun: tidak usah mencariku. Lanjutkan saja. Semoga Ryeowookmu itu segera menyatakan cinta padamu. dan kau mempunyai status yang jelas di dalam hantinya.

 

Aku menandang Ryeowook.

 

Apa arti seorang Park Yeosin bagi seorang Kim Ryeowook. Kenapa dia terus memperlakukan aku sebagai wanita yang sangat istimewa.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Ryeowook mengandeng tanganku saat kami menyebrang jalan, “hati-hati.” Ucapnya lembut langsung disebelah telingaku.

 

Dia menggenggam tanganku erat. Dia juga melindungiku saat berdesakan di subway. Dia menyuruhku duduk saat ada bangku yang kosong.

 

“terimaksih sudah mengantarku.” Ucap Ryeowoook saat kami berdiri di depan sebuah gedung yang megah.

 

Ryeowook memintaku untuk mengantarnya ikut wawancara. Awalnya aku menolak tapi dia memohon dan aku tidak bisa menolaknya.

 

Aku menunggunya di ruang tunggu. Terus berdoa agar dia bisa diterima berkerja ditempat itu.

 

Ryeowook keluar ruangan wawancara dengan tampang datar.

 

“bagaimana?”

 

Ryeowook menadangku dengan tatapan aneh, “bagaimana??” tanyanyabalik

 

“berhasil tidak?”

 

“aku… aku … “ dia membuatku hampir mati kesal, “aku diterima.”

 

“Wah Chukae…”

 

Ryewoook memelukku erat, “kau dewi keberuntunganku, nae chunsaboda.”

 

“bagaimana kalau kita merayakan hal ini bersama teman-teman.”

 

Ryeowook menggeleng, “tidak. Hanya kau dan aku.”

 

Aku tersipu mendengar jawabannya.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Aku melihat Ryeowook sedang makan berdua dengan seorang gadis. Mesra, meski tidak semesra saat jalan denganku.

 

Hatiku panas. Sakit.

 

Chaesun menyentuh pundakku menyadarkanku untuk segera pergi dari tempat itu.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Appa menjodohkan aku dengan laki-laki yang lebih tua tujuh tahun denganku. Dia tinggi tampan, baik meski siapnya cuek dan kadang-kadang ketus. Dia sangat menghormati orang yang lebih tua darinya, salah satu point positif yang kusuka.

 

“appa tidak akan memaksa jika kau sudah punya kekasih. Dia juga bisa memerimanya.” Ucap appa secara diplomatis.

 

“sudah Onnie terima saja.” Bisik Ahnrin ditelingaku, “daripada menunggu namja yang tidak jelas.”

 

“tapi…”

 

__________d_e_s_o_n__________

 

“bagaimana jika dia diam saja.” Ucapku pada Chaesun

 

“terkadang kita harus kehilangan baru bisa menyesalinya.” Chaesun menatapku, “kita harus sadarkan Ryeowook, bahwa kau seorang gadis yang membutuhkan kejelasan.”

 

Aku memikirkan kata-kata Chaesun sekali lagi.

 

“buat dia cemburu dengan pertunanganmu. Paksa dia supaya bilang I Love You. Sadarkan dia untuk segera melamarmu.”

 

Aku memandang foto Ryeowook dengan hampa, “apa dia akan sadar?”

 

“Manusia hanya berusaha. Tuhan yang menentukan. Jika dia tidak sadar juga dan terus mempermainkanmu seperti itu. Lupakan dia. Mungkin dia bukan jodoh yang tepat untukmu.”

 

Flashback end

 

Haruskah aku mengatakan ini. aku benci saat perempuan mengemis cinta pada lelaki. Tapi aku malah kena batunya.

 

Aku menarik nafas dalam. Aku harus tegas menghadapinya.

 

“Ryeowook-ssi.” Ucapku

 

“Ne…!” ucapnya lalu menatapku dengan tatapan itu lagi. Tatapan yang membuat nafasku berhenti seketika.

 

“aku akan menikah…”

 

Aku melihat ekspresi terkejutnya.

 

Dia diam. Aku masih menunggunya bicara.

 

Tolong Kim Ryeowook beritahu aku kalau kau juga mencintaiku. Bawa lari aku dari perjodohan itu.

 

Tolong Kim Ryeowook jangan membuat aku bingung seperti ini. katakan kau mencintaiku atau tidak sama sekali. Perjelas aku di hatimu.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Dua belas jam kemudian…

 

“Aigooo… nyonya Kim.” Celoteh Ahnrin membuat wajahku memerah, “kenapa kau  tiba-tiba berubah pikiran begitu?”

 

Aku menatap dandananku. Sempurna.

 

“tidak ada manusia yang sempurna. Kadang kadang harus sakit dulu baru sadar. Dan kali ini semoga pilihaku tidak salah.”

 

Ahnrin mengerutkan keningnya, “omona~ sejak kapan Park Yeosin menjadi dewasa seperti ini.”

 

Aku hanya tersenyum.

 

“Masih lama?” Jungsoo Oppa datang dengan tuxedo putihnya, “pengantin prianya sudah lama menunggu.”

 

“sebentar lagi Oppa~” jawab Ahnrin, “pengantin wanitanya harus di poles dulu biar cantik, supaya pengantin prianya tidak berubah pikiran saat melihatnya nanti.”

 

Pletakk…

Sebuah jitakan mendarat di kepala Ahnrin.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Appa mengandengku berjalan menuju altar. Semua mata menuju padaku. Termasuk dirinya yang berdiri diujung altar denga tuxedo hitamnya. Ia tersenyum saat mata kami bertemu.

 

Tuhan, jadikan ini pernikahan pertama dan terakhir kami.

 

Dia meraih tangannku. Menuntunku menuju altar. Kami sama-sama terdiam sambil ngucapkan doa.

 

Kami berdua bersaksi dihadapan Tuhan. Saling berjanji untuk saling setia. Dan menjaga hubungan ini dengan baik.

 

“Kim Heechul, Park Yeosin kini kalian resmi menjadi suami istri.”

 

Aku memandangnya dengan penuh haru. Kini aku menjadi Nyonya Kim seorang istri dari Kim Heechul.

 

Heechul mengecup keningku. Tanpa sadar ekor mataku mengakap bayangnya.

 

Dia duduk di barisan paling depan. Dia tersenyum saat mata kami bertemu.

 

Heechul menarikku kedalam pelukannya. Dia mengerti kegelisahanku, “tetaplah disampingku.” Ucapnya manis ditelingaku, “aku mencintaimu.”

 

“terimakasih karena mencintaiku, suamiku. Aku mencintaimu saat ini dan seterusnya.”

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Dia berdiri ditengah para undangan. Dia tersenyum manis dan melemparkan bunga-bunga pada kami.

 

Kim Ryeowoook.

 

Orang yang paling berseri diantara ribuan undangan lainnya.

 

Kim Ryeowoook.

 

Dengan lantangnya dia berkata ‘selamat menempuh hidup baru’ pada kami tanapa beban

 

Kim Ryeowook.

 

Kim Ryeowook

 

Tanpa sadar aku menghela nafas

 

Tuhan semoga ini pilihan yang benar.

Tuhan aku tidak ingin menjadi orang yang bodoh karena terlalu mencintai seseorang.

Tuhan hapus ingatanku pada orang itu dan peliharalah rumah tangga kami.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Dua belas jam sebelumnya…

 

“Aku akan menikah…”

 

Hening.

 

“Selamat……” Ucapnya tanpa beban

 

Aku memandangnya sesaat, menunggunya mengucapkan kata-kata lainnya. Tapi dia tidak bereaksi. Dia hanya diam.

 

Aku meninggalkannya kecewa. Apa arti Park Yeosin bagi Kim Ryeowook. Apa arti tujuh tahun bersama. Apa arti semua kesan manis dan baiknya.

 

Semuanya kosong.

 

Aku menoleh padanya. Dia berjalan tanpa menoleh kebelakang.

 

“Selamat tinggal.” Ucapku lirih.

 

__________d_e_s_o_n__________

 

Cerita ini diambil dari lagu dan MV doushite-DBSK dengan sedikit perubahan

 

Mungkin bagi reader ini sad ending, tapi bagi author kisah ini happy ending (?) author emang gak pernah bisa terlepas dari kharisma seorang KIM HEECHUL.

 

Don’t forget to comment…

Leave a comment

15 Comments

  1. chanycha

     /  December 25, 2010

    tetep aja ujung2nya lu sama heechul,
    dan ngga akan pernah berubah,
    eeh,ika dimasukin sama donghae..
    koq gw ngga dimasukin sama jungsoo..???
    *puppy eyes*

    Like

    Reply
  2. chanycha

     /  December 27, 2010

    ngga ada baek2nya lu sama temen sendiri..
    😦

    Like

    Reply
  3. vanny

     /  January 5, 2011

    keren…
    pantesan pas baca kek dejavu getu, ternyata dari MVnya DBSK..

    love this FF

    Like

    Reply
  4. Aye koq malah ngebayangin Cewenya tuwh aye cowonya antara abang Jae ama abang Jjong… LoL Wkwkwkwkwkwk *Plaaaaak*

    Bner nyesek dah kalo inget neh MV sedih bner….T___T
    Udah ah… Mo nyari ff laeeeen… *di tendang gara2 GAJE* XD

    Like

    Reply
    • abang jjong? jonghyun???
      wah silahkan berimajinasi sendiri…

      iya itu MV yg membuat saya kacau karena suara Changmin yang melengking bikin emosi naik turun…

      Like

      Reply
  5. aku mngrti…
    Knp yeosin sellu memandang wookieppa,knp dia deket bgt ma wookieppa….

    Akhhh,,,
    Menurutku ini malah happy ending.
    Happy endingkan bkan berarti hrus sllu bhgia tp juga bisa merelakan dengn tulus sperti apa yg di lkukan ma wookieppa,,,,,,

    Aku jtuh bngun padamu oppa….

    Requestan lgi nichhh *nereaderbnyk request*
    Bikinin wookieppa ff yg akhir’y bisa nemukan cina yg lain dong,,, wookie oppa’y jtyh cunta ma aku juga bolehhhh….

    Hahaaha

    Like

    Reply
    • yups aku setuju ma kamu… happy ending tergantung dari sisi mana kita melihatnya..
      hmmm gimana yah…
      itu kan diambil dari MV nya DBSK… nah MV nya cuma sampe situ doang jd aku g bisa nambahin takut di omelin sama SM-nya kkkkkk

      Like

      Reply

Leave a comment