~Run Devil Run~

“hanya ada satu Pria dan satu wanita dalam cinta, tidak akan pernah lebih”

Banyak kisah yang ditulis oleh ribuan pujangga di muka bumi ini. Disetiap belahan bumi, negara, kota, bahkan desa. Menumpakah cinta dalam sastra. Tidak ada yang melarang, Justru karena itu si pembaca menjadi lebih terhanyut.

Kadang aku inginkan pangeran tampan mengecup bibirku dan membangunkanku dari mimpi tidurku. Pangeran yang hanya tampan dimataku. Pangeran yang setia hingga akhir nafas.

Pangeran yang hanya dengan memandang matanya aku bisa merasakan dunia. Hanya dengan disisinya aku akan merasa nyaman dan tenang.

Bagai kisah Romeo and Juliet, Qais dan Laila, Syamsul Bahri dan Siti Nurbaya, Chunyang dan MonRyeong dan banyak romance yang lain yang begitu tersohor. Siapa yang tak ingin dicintai begitu dalam? Siapa yang tidak ingin diagungkan? dalam konteks cinta tentu saja.

Aku ingin, tulus dicintai oleh seorang pria hingga akhir masa.

Aku tidak sekuat tokoh dalam cerita itu. Aku bukan tokoh melankolis. Aku hanya seorang gadis yang takut bila cintanya terenggut.

Kenyataan ini lebih pahit dari mimpi. Seakan ingin tidur lebih lama lagi atau dikurung seperti Rapunzzel sampai sang pangeran datang.

Ini bukan pilihan. Mencintaimu bukan pilihan. Begitu banyak pilihan namun aku tetap memilihmu. Karena kau bukan pilihan, kau adalah takdirku.

__________d_e_s_o_n__________

Seorang gadis terbangun dari tidurnya, langsung merasakan kepalanya berdenyut sakit. Ia meringis kesakitan. Ia mencekram sperei hingga terlepas dari sudut sudur kasurnya.

Seorang perempuan paruh baya yang mendengar jeritan gadis itu segera menghampiri gadis itu dan mencoba menenangkannya.

“Tenanglah Mademoiselle[1] Tia….” Wanita itu menepuk perlahan punggung Tia yang masih terisak di dalam pelukannya. Mademoiselle = Nona (sing)

Setelah merasa bahwa nona mudanya sudah tidur kembali. Ia segera membaringkan Tia lalu pergi dari kamar Tia.

Tia sama sekali tidak tidur. Bagaimana ia bisa tidur jika dalam mimpi pun ia merasa tersiksa.

Tia meringis saat luka di ujung bibirnya kembali terbuka. Rasa sakit itu kembali menjalar ke seluruh rogga tubuhnya. Saat tubuh dan hatinya tak kuat menahan sakit, ia kembali menangis.

Hati dan matanya lelah menangis namun pikirannya lagi-lagi melayangkan sebuah kenangan yang indah namun tragis. Kesebuah tempat benama Eiffel. Menara tang menjulang tinggi menjadi saksi bisu tatapan teduh Tia.

Un thé, Un café et un sandwich au fromage s’il vous plaît[2]” Tia memandang kagum pemuda di hadapannya. Meskipun dia bukan orang Prancis tapi pelafalan bahasa Prancisnya sangat sempurna.  Un thé, Un café et un sandwich au fromage s’il vous plaît = Tolong Satu Teh, Satu Kopi dan sandwich dengan keju.

Oui monsieur![3]” pelayan yang melayani mereka membungkuk lalu pergi ke dapur. Oui monsieur! = Baik Tuan!

“kau tau? Tom Cruise yang melamar Katie Holmes di restoran yang terkenal romantis di Menara Eiffel!”

“aku tau. Lantas?” Tia masih mempertahankan sikap angkuhnya. Perempuan tidak boleh bersikap murahan didepan pria. Apalagi dia seorang anak bangsawan yang cukup terpandang di Paris. Pemilik ratusan rumah mode di seluruh dunia.

Pria itu terkekeh, “aku memang tidak pandai mengombal.”

Tia mengeritkan keningnya tidak mengerti.

“Aku ingin menunjukan sesuatu padamu…” pemuda itu mengantungkan kalimatnya hingga sukses membuat Tia menahan nafas.

Jika ada alat pengukur kadar cinta, mungkin alat itu sudah habis di beli orang yang sedang kasmaran. Tapi tidak bagi Tia. Hanya dengan melihat sorot mata pemuda itu Tia sudah tau bahwa pemuda itu sangat mencintainya.

Kau percaya takdir?? Takdir yang mempertemukanmu dengan seseorang. Suka dan benci. Takdir yang menuntumu menemukanya.

Tidak pernah terlintas sedikit pun dipikiran Tia tentang bagaimana pemuda itu menemukannya. Ia hanya tau jika berada di dekat pemuda itu ia merasa nyaman. Entah sejak kapan tapi ia selalu ingin bersama dengan pemuda itu. Apa ini yang disebut cinta?

“Aku tau ini konyol.” Pemuda itu kembali terkekeh, “tapi sejak pertama kali aku bertemu denganmu aku merasakan sesuatu disini.” dia menepuk dadanya pelan.

Mereka dengan berdiri menatap Eiffel yang mulai bercahaya. Musim dingin menyeruak dingin, tapi mereka masih berdiri menatung memandang Menara Eiffel.

“Kau percaya pada Love at first sight??” tanya pemuda itu lagi, “Aku percaya dan aku melihatmu dengan jelas.”

Tia tertegun mendengar ucapan pemuda itu. Ia tidak tau harus berkata apa lagi. Ia terlalu bahagia mendegar semua ucapan Pemuda itu. bukan sesuatu yang romantis tapi tulus dalam hati.

Tia memeluk pemuda dihadapannya.

Pemuda itu membalas pelukan Tia seraya berkata, “kau tidak perlu menjawabnya Tia, kau hanya perlu memelukku seperti ini selama hidupku.”

Air mata Tia menetes ke pipinya. Ia terlalu bahagia untuk sekedar dicintai

“Kau membuat hatiku terluka.” Pemuda itu menghapus airmata Tia.

“Aku terlalu bahagia, Jeremi.” Tia merengkuh bahu Jeremi dan mendekatkan wajahnya pada Jeremi lalu mengecup bibir Jeremi dengan bibirnya.

Jeremi melingkar tangannya di pinggang Tia mencengram tubuh mungil gadisnya itu. lalu meraih bibir mungil gadis itu. >.<’

Hembusan angin musim dingin tersa panas di tubuh mereka. Semakin lama bibir mereka bertautan, semakin dalam pula ciuman mereka.

Jeremi mengerling nakal saat mereka menghirup udara sejenak karena kehabisan nafas.

“Kau addict. Kau membuatku ketagihan.” Ia kemudian merengkuh lagi bibir Tia. Lebih dalam dari sebelumnya dan menghasilkan bunyi, “Agghhhh… aghhhh…” *hahahahaaaaaaa maafkan aku TIA jangan rajam gw kalo mau nyalahin salahin Heechul aja ^^v*

“Nishita!!!!” Tia dan Jeremi melepas ciuman mereka.

Tia melihat seorang pria berjas Hitam sedang menatapnya tajam, “Joon!!” Tia memeluk Jeremi erat.

“siapa dia?” bisik Jeremi tapi masih terdengar oleh Joon.

“Aku tunangannya.” Ucap Joon sambil menatap Jeremi tajam

Jeremi menatap Tia meminta jawaban. Tia memandang Jeremi takut. Ia tidak ingin kehilangan Jeremi. Baru beberapa menit yang lalu dia merasa bahagia sekarang dia harus kehilangan segalanya.

“aku tidak mencintainya.” Lirih Tia

Tia melihat Joon sudah mengangkat kedua tangannya. Di kiri dan kanan Joon sudah berdiri dua pria beradan kekar. Tia menggeleng mencoba menghentikan Joon. Ia tidak ingin Jeremi terluka.

“Joon kumohon jangan.” Tia menatap Joon dengan penuh harap tapi Joon telah memberikan perintah. Dua bodyguard itu sudah berjalan mendekatinya dan Jeremi.

Salah satu bodyguard menarik tangan Tia dan menjauhkannya dari Jeremi. Tia meringis saat melihat Jeremi di pukuli oleh bodyguard yang badannya tiga kali dari tubuh kecil Jeremi.

Tia menatap geram Joon yang menyunggingkan senyum separonya *I Like Senyum Joon yang separo*. Ia lalu menghampiri Joon lalu menghujaminya dengan ribuan pukulan yang sama sekali tidak berefek.

Joon menatap Tia jijik. Ia menghadiriknya pelan namun membuat Tia tersungkur ke tanah.

Tia merasakan bibirnya pedih. Darah segar keluar dari sudut bibinya. Setelah itu ia tidak sadarkan diri.

Tia memadang langit-langit kamarnya. Peristiwa itu cepat berlalu seperli lampu blizt yang terhempas dari kamera. Sekejap namun berasa.

Terlalu pahit.

__________d_e_s_o_n__________

Bonjour, je m’applelle Aurelia Aurita[4].” Seorang perempuan dengan blazzer putih masuk kedalam ruang introgasi. Bonjour, je m’applelle Aurelia Aurita = Selamat pagi, Nama saya Aurelia Aurita

“Jeremi.” ucap pria itu dingin tanpa memandang lawan bicaranya.

Enchantè[5].” Aurel masih memperlihatkan sikap sopannya. Ia kemudian duduk di hadapan Jeremi. Enchantè = senang berkenalan dengan anda

“apa kau baik-baik saja?”

is it seem good?” ucap Jeremi dalam bahasa Inggris *bahasa Inggrisnya g usah di terjemahn yoo~~*

Aurel mencoba untuk bersabar, ia tau tugasnya sangat berisko tinggi ia juga tidak dapat mengabaikan tugas ini dengan begitu saja.

May be, I can help You. You can telling me ‘bout everything?

Jeremi memandang Aurel dengan tatapan bengis, “Mademoiselle Aurita…”

“Just called me Aurel.”

“Aurel.” Ulang Jeremi dengan penuh penekanan, “I-don’t-wanna-telling-you-‘bout-anything.” Ia kemudian menunduk kembali.

C’mmon Jeremi Kim.” Aurel meremas ujung blezernya mencoba untuk lebih tenang, “or must I call you Jongwoon? Or Yesung?”

Jeremi menatap Aurel dengan tatapan kautaudarimananamaku.

I have all information ‘bout you but I haven’t anything about her.

Jeremi menatap gadis dihadapannya enggan.

I know how deep your love. I can see. I promise to bring her to you. Promise to protect her.” Janji Aurel

Jeremi menadang Aurel mencari kebohongan dimata Aurel. Sialnya ia tidak pernah menemukannya.

Jeremi menghirup nafasnya dalam menimbang nimbang tawaran dari perempuan yang menyebut dirinya Aurel. Aurel adalah tamu tetapnya selama dia tinggal di penjara. Gadis itu memaksanya untuk menceritakan detail mengapa dia masuk penjara. Bukan, bukan dirinya yang ingin gadis itu ketahui tapi gadis itu ingin mencari informasi tentang kekasihnya, Nishita Fitria Anindita.

Jeremi memandang gelas di hadapannya tiba-tiba saja ia merasa haus. Ia meraih gelas itu lalu menenggaknya hingga habis.

Can you tell me ‘bout her?” tanya Aurel sekali lagi, “’Bout Nishita.”

Jeremi memandang Aurel. Matanya sulit sekali terfokus. Mendengar nama Nishita di sebut ia hanya bisa bergumam, “Yes, I can.

Aurel tersenyum puas ia kemudian menyiapkan alat perekam dan alat tulisnya, “Who is She?

She is the most beautiful girl in my world that I have.”

__________d_e_s_o_n__________

Seorang pria berjas hitam masuk kedalam sebuah ruangan lewat pintu yang terbuat dari kayu pohon mahoni. Pria itu menenteng sebuah map berwarna hijau tua. Pria itu menunduk pada orang yang duduk dihadapannya. Lalu menyerahkan map itu.

“Ini berkas yang anda minta, Monsieur[6]” Monsieur= Tuan (sing)

Tangannya sedikir bergetar saat menyerahkan map itu pada Pria kurus bermata sipit itu. Pria sipit itu kemudian mengangkat tangannya menyuruh Pria itu pergi. Pria itu kemudian berbalik dan meninggalkan bosnya sendiri.

Pria kurus itu membuka map hijau itu pelahan. Ia melihat foto yang terpajang didalamnya. Foto seorang laki-laki yang berbeda beberapa tahun di atasnya. Ia mencibir foto ditangannya. Matanya tidak lepas dari senyum yang mengembang di dalam foto itu. Ia menyadari, senyum itu sangat mirip dengannya. Senyum yang sama bahkan tidak berbeda.

Pria itu mendengus kesal. Ia mengutuki dirinya, senyum mereka sama tapi kenapa hanya senyumnya yang dipilih.

“gadis itu sudah buta.” Rutuk pria itu kemudian meletakan foto itu di mejanya kemudian menyusuri biodata yang pria tersebut.

Real Name: Kim Jongwoon (김종운)
Nick Name: Yesung (예성)
West Name: Jeremi Kim
Chinese Name: Jin Zhong Yun 金鍾雲
Date Of  Birth: August 24, 1984 at Cheonan in Southern Choongchung Province, South   Korea
Height: 178 cm, Weight: 64 kg
Blood type: AB
Hobbies: Singing, listening to music, exercise
Favorite Color: Red, Black, White
Shoe Size: 260~270 mm
Favorite Season: Autumn
Favorite Subject: Physical or sport
Least Fave Subject: Math
Education:
  • Boochunduksan Preschool
  • Cheonanchungsoo ES
  • Boosung JHS
  • Byungchun SHS
  • Chungwoon University (청운대학교) and then transferred to Sunmoon University (선문대학교) (Graduated in 2009, Broadcast Music Major)
He can’t even drink one bottle of alcohol. Live in Paris Since 2009. He lives alone in Nice, In a roomrent near his office. He works as singer in Blemooh Café. Has three pet turtles named “Ddangkoma”, “Ddangkkoming” and “Ddangkkomaeng” (땅꼬마, 땅꼬밍 & 땅꼬맹) and he used to own a dog named Sora. He had to be in hospital after he collapsed after running for a charity marathon. He ran 70 km.

Mata pria itu berkelebat ke dalam profil pria yang bernama Jeremi itu. Secara ukuran tubuh, fisik Jeremi kalah darinya begitu juga menurut stamina. Ia yakin Jeremi bukan lawan yang seimbang baginya.

Terlalu mudah untuk melakukan kontak fisik. Ia bisa menang dengan mudah. Ia butuh sesuatu yang lebih menantang. Ia ingin sesuatu yang lebih menyakitkan dari pada serangan fisik. Ia ingin Jeremi menderita,

Tiba-tiba matanya tertarik pada halaman terakhir pada satu trivia. Keluarga Jeremi.

Family: Father, Mother (Im Bokyung/임보경) and Younger brother (Kim Jongjin/김종진; July 11, 1987)

Ia tersenyum penuh kemenangan. Namun tiba-tiba matanya tertarik menuju trivia lain. Fakta yang mungkin Jeremi sendiri tidak pernah mengetahuinya. Fakta yang membuatnya semakin membenci Jeremi.

__________d_e_s_o_n__________

Bayangan delapan jam yang lalu itu berkelebat di otak Tia.  Masih dengan air mata yang sama dan luka yang sama. Hati dan tubuh sama-sama terkoyak.

Tia menghela nafas berat. Ia benci Joon sangat membenci pria itu.

Baru beberapa detik ia merasakan udara bebas, Joon telah merebutnya. Sesuatu yang tidak pernah Joon berikan padanya. Bahkan sebagai tunangan Joon tidak pernah berkata cinta.

Mademoiselle!” Seorang perempuan paruh baya masuk kedalam kamar Tia. Ia membawa nampan berisi air panas dan handuk. Perempuan tua itu menghapiri Tia kemudian mengelap kaki Tia.

Tu[7], pergilah.” Ucap Tia parau. Tu = Kamu

Monsieur Joon, menyuruh anda siap dalam waktu lima menit.”

“Kenapa aku harus mengikuti perintahnya. Dia bukan ayahku.”

Mademoiselle…” Ucap perempuan paruh baya itu penuh peringatan.

Tia menghela nafasnya lagi. Ia tau pelayannya hanya memperingati, Joon tidak akan tinggal Tia tidak mengikuti perintahnya.

“Anda baik-baik saja?”

Tia mengangguk, “kenapa ada mahluk seperti iblis seperti dia.”

Mademoiselle…

“Aku bukan Rapunzel yang di kurung oleh penyihir, aku juga bukan Belle yang terus dikurung bersama dinginnya Beast. Aku manusia biasa bukan perempuan yang hidup di negeri dongeng. Suatu saat aku akan akan bangun tanpa harus ada yang mengecup bibirku.”

Tia menghela nafasnya lagi, “aku lelah. Aku ingin semuanya sepat berakhir.”

Mademoiselle… bagimana jika akhirnya tidak sesuai dengan keinginan anda.”

Tia memandang pelayannya. Pelayannya benar, 90% hidupnya di atur oleh Joon. Bisa apa dia tanpa Joon.

Joon seperti ganja baginya. Meninggalkan Joon membiarkan nyawanya dalam keadaan sakau. Joon juga tidak akan membiarkan dia pergi dengan mudah.

__________d_e_s_o_n__________

Why does she intrest to you?

Jeremi memengang kepalanya yang terasa berpendar. Suara Aurel bergitu jelas di telinga dan mulutnya terus mengucapkan segala seuatu yang Aurel katakan. Ia tidak bisa berbohong ataupun diam. Semakin ia lakukan semakin sakit kepalanya.

“Jeremi, Why Does She interst to you?

I shhhDon’t sssshhh know,” Jeremi menahan rasa sakitnya, “She never tell me.”

Okeh, what kinda of story she have told to you?

she told ‘bout Joon.

Aurel tersenyum saat mendengar nama Joon disebut, tujuannya semakin dekat. Ia lebih mendekatkan diri lagi pada Jeremi, “Who’s Joon?

Her finance ssssshhhhh…. But she doesn’t ssshhhhh love.

Why?” tanya Aurel penuh penekanan

Jeremi memandang Aurel dengan tatapan tajam, “Stop…hsshssss…” Jeremi mengatur nafasnya yang berat, “Stop it, Please Arggghhhhh…” Jeremi memengang kepalanya lagi.

Aurel memandang jam. Setengah jam lagi reaksi obat itu akan habis. Ia tidak bisa menunggu lama lagi. Tujuannya semakin dekat. Ia semakin dekat dengan Joon..

“Why She Doesn’t love Him?

__________d_e_s_o_n__________

Comment ça va?[8]ucap Joon saat melihat Tia turun dari tangga dengan balutan gaun minimalis berwarna putih. Gadis itu cantik terlalu cantik untuknya. Comment ça va? = bagaimana kabarmu.

Gadis itu selalu membuatnya jatuh cinta. Tapi sayangnya gadis itu malah mencintai orang lain.

comme ci, comme ça![9] Jawab Tia sekenanya. comme ci, comme ça! menunjukkan bahwa tidak semuanya dalam kondisi baik, tetapi dia tidak mau mengungkapkan lebih jauh jika tidak ditanya lebih jauh

Joon hanya mengendik tidak peduli.

Mereka makan dalam diam tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Keduanya terlarut dalam pikiran masing-masing.

Tia memandang pria di hadapannya. Ia bisa melihat Jeremi dalam diri Joon mungkin karena mereka sama-sama berasal dari negara yang sama-mulanya. Ya, Joon lahir dari seorang ayah berkebangsan Korea.

Tia menghembuskan nafasnya dalam, seandainya Joon bisa bersikap seperti Jeremi. Bisa membuatnya jatuh cinta. Mungkin segalanya akan lebih mudah di jalani.

“Joon kakiku terkilir.” Ucap Tia saat Joon sudah selesai makannya dan akan beranjak ke ruang kerjanya.

Joon melihat Tia sesaat lalu mengedikkan bahunya, “Aku bukan malaikat yang selalu ada untuk menerima semua keluh kesalmu.” Joon lalu mengggalkan Tia yang mulai berurai air mata.

“Lee Chan Sun, Apa arti aku bagimu? Aku hanya ingin aku melihat padaku bukan pada hartaku.” Tia melempar piringnya ke pintu ruang kerja Joon.

__________d_e_s_o_n__________

“Tidak kusangka dia sangat keras kepala. Dia rapat sekali menyembunyikan identitas gadisnya.” Aurel menyerahkan hasil laporannya pada bosnya, “padahal aku sudah memberikan dosis yang sangat tinggi.”

“Tidak ada pilihan selain menjalankan plan B.” Andrew melihat hasil analis Aurel, “Joon sangat berbahaya. Jangan sampai FBI mengetahui tentang sindikatnya.”

“Kenapa kau masih merasiakan hal ini dari FBI bukankah NIS itu berada dibawah FBI.”

Andrew menatap Aurel dengan sorot mata teduhnya, “secara struktural begitu, tapi pada dasarnya NIS hanya patuh pada Korea. Pada kasus ini Joon terlibat jauh dalam masalah hukum Korea. Jika sampai pihak FBI mengusut kasus ini makan kasus ini akan melibatkan Korut dan Korsel.”

Aurel mengangguk mengerti, “Jadi maksud anda, anda ingin menunda perang antara Korut dan Korsel.”

“Menunda bukan kata yang tepat. Aku ingin menghapusnya. Aku terlalu lelah melihat semua ini. Terpisah dari orang yang sangat dicintai.” Andrew menarik sebuah digura yang selalu terpasang di meja kerjanya. Fotonya yang sedang memeluk seorang gadis bernama JANG DAE AH, “menyedihkan.”

“Lalu bagaimana dengan status Jeremi Kim? Bukankah dia masih berwarga negara Korea?”

Andrew menyungingkan sebelah bibirnya, “harus ada pengorbanan untuk mencapai sebuah misi.”

Aurel menatap Andrew penuh tanya. Ia masih ingin bertanya tapi Andrew menyelanya, “panggilkan Dennis Park.”

Aurel mengerutkan keningnya, “Bukankah dia sedang cuti bulan madu untuk beberapa hari.”

Andrew membulatkan matanya, “dengan siapa?”

“Pacarnya Yoon Sanni.” Aurel menatap gemas Andrew bukankah beberapa hari yang lalu Andrew sendiri yang menandatangi surat Cuti Dennis.

Andrew membulatkan bibirnya, “kalau begitu panggilkan Aiden Lee.”

Aurel menghela nafasnya lagi, bossnya yang satu ini kadang kadang suka eror sendiri, “Aiden sedang menemani Ellisa Choi, Istrinya yang akan melahirkan anak ke tiga.”

what??

__________d_e_s_o_n__________

Tia mondar-mandir dengan dikamar nya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan sakit kakinya maupun kepalanya. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa kabur dari rumah ini.

Tia pernah mencoba kabur dari rumah ini melewati taman belakang tapi akibatnya ia malah di kejar oleh anjing penjaga. Dasar anjing gila, tidak tau mana maling dan tuan rumah.

Tia memutar otaknya. Ia harus keluar dari rumah ini dan mememui Jeremi secepatnya.

Tia lalu menekan beberapa nomor perusahaan taksi. Ia sengaja menelpon semua nomor perusahaan taksi.

Beberapa menit kemudian taksi itu mulai berdatangan. Tia kemudian menyusup ke bawah lalu masuk ke pagar belakang. Mir dan Thunder yang berjaga di depan sibuk mengurusi para taksi itu.

Tia sudah berada di depan gerbang saat Mir dan Thunder menyadari kehadirannya. Ia langsung menambah kecepatan larinya. Ia melihat sebuah taksi mendekat ia berlari meraih taksi itu.

Taxi! Taxi! La gare du Nice s’il vous plaît![10]Tia menepuk bahu supir taksi tersebut untuk segera pergi dari rumahnya. Taxi! Taxi! La gare du Nice s’il vous plaît! = Taksi! Takii! Tolong ke Stasiun Nice!

Oui madame![11]Oui madame! = baik Nyonya

Tia menghembuskan nafas lega saat Mir dan Thunder tidak lagi mengerjanya.

Nice. Ia menghela nafas saat mengetahui perjalannya dari Paris menuju Nice. Ini perjalan yang sangat mengerikan. Mungkin saat ini Joon sudah mengetahui perbuatannya.

Ia tidak peduli.

Tia melihat jalanan yang begitu lengang tiba-tiba saja ia melihat papan menunjuk arah. Ia tidak sedang menuju Nice.

“Excuse me, Apakah ini jalan menuju Nice?”

Bukannya menjawab si supir taksi itu malah tertawa, “Mademoiselle, apakah kau benar-benar terlalu bahagia hingga melupakanku?”

Tia mengerutkan keningnya, ia memandang supir taksi itu dari kaca spionnya, “Tu, Siapa?”

“Ingatan mu benar-benar parah, Mademoiselle”

“Kau hentikan mobil ini sekarang juga.” Perintah Tia tajam. Ia tidak ingin hari indahnya hilang karena di culik orang yang tidak ia kenal.

Supir taksi itu tersenyum separo, “kau benar-benar lupa padaku? Padahal aku yang mempertemukan kalian.”

Tia memandang semburat cantik di wajah supir taksi itu. Ia terlalu tampan untuk menjadi seorang supir taksi, “kau…?”

“Casey Evan Kim.” Ucap Supir taksi itu, “atau Kim Heechul.”

Tia menghembuskan nafasnya dalam, ia merasa aman sekarang.

“aku akan membawamu ke si bodoh itu. Jadi jangan banyak bicara.” Casey menjalankan mobilnya dengan membabi buta.

__________d_e_s_o_n__________

“Mereka pergi ke arah pantai Bordeaux, Monsieur” Ucap Mir yang masih sibuk dengan alat navigasinya.

“susul mereka.” ucap Joon tajam, “gunakan helikopter jika perlu. Aku ingin pria itu mati dan kau kembalikan Tia dalam keadaan mulus. Aku tak ingin menikah dengan gadis cacat.”

Oui Monsieur”

Joon menadang geram alat navigasi yang di tujukan Mir. Untuk apa mereka ke arah pantai Bordaeux. Bukannya pria itu ada Nice.

Joon mencium sesuatu yang tidak beres. Ia merasa kaburnya Tia sudah teroganisir sebelum. Tidak bukan teroganisir, tapi sesuatu yang sudah di harapkan sejak dulu hanya menunggu waktu yang tepat.

Iseng membawa keberuntungan.

Joon meremas kaleng sodanya hingga remuk kemudian membantingnya ke lantai. Tidak ada sesuatu yang pernah luput dari pengelihatannya. Tidak walaupun itu seekor nyamuk.

Ia tidak pernah kalah dari apapun dan siapapun.

__________d_e_s_o_n__________

“Mereka mengejar dengan menggunakan Helikopter.” Ucap Aurel pada Andrew.

“Kau sudah menempatkan Jeremi di tempatnya?”

“Sudah.”

“Kita tinggal menunggu drama ini dimulai lalu muncul di ending untuk membereskan ke kacuan ini. Mudah.”

Aurel melihat tatapan tajam di mata boss nya itu. Bukan bossnya jika ia mempunyai watak keras dan kejam. Semua ini demi cinta.

Cinta yang membuat iblis dalam hati meraung.

Cinta membuat orang menjadi gila.

“aku bisa melihat Dae-ah tersenyum padaku.” Lirih Andrew sebelum pergi meninggalkan Aurel.

__________d_e_s_o_n__________

“Pantai Bordeaux?” Tia menganga saat ia melihat semenanjung yang membentang di hadapannya. Terkahir kali ia kesini sebelum ayahnya meninggal sebelum kebebesannya di rampas Joon.

“indahkan, tugasku hanya sampai disini.” Ucap Casey enggan turun dari mobilnya.

“kenapa kau tidak ikut, bukankan Jeremi itu sepupumu?”

Casey terkekeh, “aku tidak suka melihat adegan romatis tragis seperti itu. pergilah dan jangan lupa berdoa agar Tuhan selalu melindungi kalian.”

Tia menggangguk, “aku selalu lakukan itu.”

“Tia kau atau sesuatu?” Ucap Casey sebelum pergi, Tia menggelengkan kepalanya, “Seseorang yang amat berharga dalam hidupku pernah berkata, Saat dua tangan bertautan dan dua hati dalam cinta yang sama. Hidup bukanlah untuk sekedar hidup. Tapi membiarkan nafas terhenti untuk orang yang kita sayang.”

Casey mengegenggam tangan Tia erat, “Jangan pernah lepaskan tanganmu dari Jeremi. Hanya itu yang kalian butuhkan.”

Tia memandang sosok di hadapannya. Pria itu kadang tersenyum seperti setan namun di satu sisi lain ia seperti malaikat.

Tia melambaikan tangannya mengantarkan ke pergian Casey. Ia kemudian berbalik dan mulai mencari Jeremi.

Ia berjalan menyusuri semenanjung yang indah itu. Matanya terus menyusuri pantai mencari sosok yang selalu di rinduinya.

Matanya menangkap sosok di ujung tebing. Ia pun segera menghampiri bayangan itu.

Dilihatnya Jeremi sedang duduk menghadap tebing. Sebelum Tia sampai pada Jeremi, hembusan angin yang sangat kencang serta gemuruh yang membisingkan. menerpanya

Tia mendongkakan wajahnya dan melihat sebuah helikopter dengan Mir dan Thunder didalamnya.

Tia mencibir. Pasti Joon tidak jauh dari semua itu.

__________d_e_s_o_n__________

Jeremi menoleh ke belakang dan terkejut melihat Tia sudah ada dibelakangnya.

Ia berteriak dengan lantang agar Tia menjauh dari nya namun sia-sia Tia tidak dapat mendengarnya. Gadis itu malah mendekatinya.

“bodoh, kenapa kau kemari. Disini berbahaya. Mereka semua menjebak kita.” Ucap Jeremi saat Tia sudah disampingnya.

“apa maksudmu?”

“Casey dia memberikan informasi tentang keberadaan ayah kandungku. Dan ia ternyata berkomplot dengan agen NSI untuk mengorek informasi tentangmu. Casey sengaja menjebakku karena kau lebih tertarik denganku dari pada dengannya.”

“aku tidak mengerti.” Ucap Tia penuh takut.

“Casey dan teman-temannya berusaha memburumu karena kau adalah kartu mati Joon.”

“Joon??”

“Joon adalah sindikat mafia terbesar penyandang senjata Korea Utara.”

Tia menutup mulutnya tidak percaya.

“Joon membunuh ayahmu dan menikahimu agar mendapat kekuasan di Eropa termasuk Perancis dan sekitarnya.”

Mata Tia mulai berkaca-kaca.

“Sudahi melodrama ini, Tia dan Jongwoon.” Ucap Joon yang sudah turun dari pesawat, “kau sudah tau tentang ayah kita. Ya kita bersaudara.” Joon mengacungkan pistolnya ke arah Jeremi.

Tia memprisai Jeremi dengan tubuhnya, “Hentikan Joon, jangan lakukan itu atau kau ingin aku mati.”

“Aku bukan malaikat berhati putih Tia. Tapi aku akan berbaik hati mengabulkan keinginamu yang satu itu..” Joon menarik pelatuk pistolnya.

“Hentikan. Joon.” Puluhan senjata sudah mengarah pada Joon, Mir dan Thunder juga sudah berhasl dilumpuhkan. Andrew keluar di saat yang sangat tidak mengutungkan baginya.

“Menyerah atau mati.” Ucap Andrew dari balik semak-semak. *abis ngapain ya di semak2??*

Joon terekeh jika harus mati itu bukan aku tapi dia. Joon menarik tuas pistolnya lalu sebuah bunyi meluncur begitu saja.

__________d_e_s_o_n__________

Tia bisa melihat sebuah peluru menerjang dirinya. Lututnya terasa lemas. Ia bahkan tidak bisa menolak saat Jeremi membalikan tubuhnya.

Tia ingin berteriak ketika bibir mungin Jeremi membekap bibirnya.

Duarrr…

Tia bisa merasakan getar dibibir Jeremi. Jeremi mengigit bibir bawahnya untuk menahan sakit. Tubuh Jeremi sedikit terdorong. Ia melepaskan ciumannya.

“Terimakasih untuk hadiah terindahnya.” Ucapnya di sela senyuman manisnya.

Tia memeluk Tubuh Jeremi yang semakin berangsur turun. Tia melihat Jurang dibelakangnya. Ia menarik tubuh Jeremi dan membawanya terjun ke bawah.

Ia memeluk tubuh Jeremi erat. Ia merasakan air laut menghatam tubuhnya. Tekan udara dalam tubuhnya naik seketika. Ia hamoir kehilangan nafas namun saat ia sadari Jeremi lebih kehilangan nafasnya.

Bagimana jika akhirnya tidak sesuai dengan keinginan anda

Pertanyaan pelayannya bergelatut di kepala Tia. Ia memandang luka di tangan Jeremi. Ia menatap wajah Jeremi yang di hiasi senyuman manisnya.

Bukankah hidup penuh resiko. Bagaimana dan apa hasil akhirnya tergantung dari sisi mana kita melihat. Tidak ada sad ending dalam cerita, hanya ada kebahagiaan yang tertunda.

Bagimana jika akhirnya tidak sesuai dengan keinginan anda

Keinginanku hanya satu. Besamanya dan mencintainya. Dalam cinta hanya akan ada satu wanita dan satu pria. Tidak akan pernah lebih.

Bagimana jika akhirnya tidak sesuai dengan keinginan anda

Tia bisa merasakan tangan Jeremi mengenggam tangannya. Bau darah Jeremi keluar mencemari air laut yang bersih. Lukanya bercampur air garam. Tia langsung merobek gaunnya lalu membalut luka Jeremi. Ia tidak ingin lelakinya terluka. Untung saja tembakan itu hanya melukai lengannya saja.

Tia bisa melihat wajah pucat Jeremi. Direngkuhnya wajah Jeremi di kecupnya kedua matanya dengan sayang.

Bagimana jika akhirnya tidak sesuai dengan keinginan anda

Kita tidak akan pernah mengetahui suatu akhir jika tidak mencobanya terlebih dahulu. Hal yang terpenting bukan akhirnya tapi jalan menuju akhirnya.

Meski takdir telah di tentukan tapi taksir bisa di tulis ulang.

Tia merengkuh tubuh Jeremi ia memberikan separuh oksigen dalam mulutnya ke dalam mulut Jeremi, setelah pria itu membuka mata Tia menariknya menuju sumber cahaya yang baru.

__________d_e_s_o_n__________

Joon melihat dengan ke dua matanya saat Tia menarik Jeremi terjun ke laut. Ia tidak bisa melakukan apapun. Bahkan saat Andrew mengmborgol kedua tangannya ia masih berharap Tia keluar dari air dan merengek manja padanya.

Namun Tia tidak juga keluar. Anak buah Andrew pun tidak berhasil menemukan Tia dan Jeremi. Mereka seperti hilang di telan ombak.

Joon hanya bisa menatap nanar pantai Bordeaux. Pantai indah namun menyimpan luka.

Ia menyesal telah membiarkan Tia mencapkannya. Ia hanya tidak ingin Tia larut dalam masalah pribadinya selebihnya ia sangat mencintai gadis itu dan kekayaan yang ia punya.

“aku memang bukan malaikat yang bisa mendengar keluh kesahmu setiap waktu. Aku adalah iblis yang menjagamu, membiarkan kau terluka dengan atau tanpa diriku.” Ucap Joon sebelum meninggalkan pantai digiring oleh anak buah Andrew, “Au revoir[12]Au revoir = selamat tinggal

__________d_e_s_o_n__________

Musim dingin telah berlalu. Hujan rintik membasahi bumi. Memberikan pemuas dahaga bagi kuntum bunga yang berkembang.

Satu kecupan lagi sayang dan biarkan aku memelukmu seperti ini sampai akhir waktuku.

Tidak ada yang abadi didunia yang fana ini. Semua yang indah ini, kisah yang kujaga bersamamu, lambat laun akan memudar. Ingatan manusia tidak kekal, tapi hati manusia bisa memberinya petunjuk.

Seperti apa kisah kita sayang? Aku dan kamu dan kenangan ini. Tak akan pernah ada orang ketiga dalam cinta. Hanya ada satu pria dan satu wanita.

Bagaimana kisah kita sayang? Setiap titik dalam waktuku, terangkai namamu. Bahkan terlalu egois untuk memiliki dirimu seutuhnya.

Pernahkah kau membaca isi hatiku, yang terlalu takut ditinggalakmu. Terlalu kalut untuk sekedar menyadari aku telah kehilanganmu.

Semua kenanganku tentangmu bergelut di pikiranku.

Cinta sejati.

Kamu.

Aku tidak akan pernah tau, bahwa aku pernah memilikinya. Tidak sebelum aku meninggalkan dunia.

Cinta sejati hanya bisa dilihat bila orangnya sudah mati.

Aku meraihnya dan jangan pernah kau katakan jika kau ingin meninggalkanku.

AKU MENCINTAIMU

__________d_e_s_o_n__________

“Ti… Tia…” seseorang menggoyangkan tubuhku.

“Yesung… Lee Joon.”

“Tia bangun…!!!”

Aku mengerjapkan mataku mencoba memfokuskannya sejenak. Dimana ini?

“Nyenyak banget tidur lo?” Dyah menunjuk kearah depan, “Liat noh pak Natmo udah duduk di depan.”

Aku membenarkan letak kacamataku, lalu melihat Pak Natmo sudah duduk di depan sambil membilang kertas buram, “Hah? Astaga Dyah gw lupa hari ini ada Kuis.”

Dyah memandang heran wajah sahabatnya itu, “kirain gw tadi u ngapalin.”

“tadi gw ketiduran Dy… trus gw mimpi ketemu ma Yesung n Lee Joon.”

Dyah menghela nafas, “Tambah lagi orang gila di Indonesia.”

*okeh abaikan momen TiaDyah yang satu ini*

~FIN~

Sorry kalo FF ini ancur *evil smirk*

gw gak bisa bikin FF yang genrenya cinta segitiga, feelnya gak pernah dapet.

Sad ending??? Ngegantung??? Bagi gw ini HAPPY ENDING, tergantung dari sudut mana kita memandang cerita ini dengan kata lain gw emang gak berbakat bikin FF happy ending kekekekeeee…


[1] Mademoiselle = Nona (sing)

[2] Un thé, Un café et un sandwich au fromage s’il vous plaît = Tolong Satu Teh, Satu Kopi dan sandwich dengan keju

[3] Oui monsieur! = Baik Tuan!

[4] Bonjour, je m’applelle Aurelia Aurita = Selamat pagi, Nama saya Aurelia Aurita

[5] Enchantè = senang berkenalan dengan anda.

[6] Monsieur= Tuan (sing)

[7] Tu = Kamu

[8] Comment ça va? = bagaimana kabarmu.

[9] comme ci, comme ça! menunjukkan bahwa tidak semuanya dalam kondisi baik, tetapi dia tidak mau mengungkapkan lebih jauh jika tidak ditanya lebih jauh

[10] Taxi! Taxi! La gare du Nice s’il vous plaît! = Taksi! Takii! Tolong ke Stasiun Nice!

[11] Oui madame! = baik Nyonya

[12] Au revoir = selamat tinggal

Leave a comment

7 Comments

  1. Omet,,
    Ff bhasa prancis neh..
    Les privat dulu iah sblm bkin ne ff??

    it Aiden Lee nama istrinya Ellisa Choi??
    Knp bukan Ellisa Lee?
    Kan udah jd istrinya..

    Bgian action kurang greget..
    Pak natmo numpang ngeksis 😀
    dirimu ga sxan ngeksis??
    Heechul slalu aza eksis.

    NSI?? Bukannya NIS iah??

    Like

    Reply
    • iya FF requesan Tia gw juga butuh satu smester buat ni FF ^^

      oiya lupa kekekekeeee mian…

      iya kah??? maklum baru perdana kekekekeee
      heheheeeee… iya kan gw ngetiknya pas malem2 n besoknya ada kuis keirus jd begtu deh…
      kata siapa gw g ngeksis??? lihatlah dengan seksama…

      Iya gw lupa tapi males ngeditnya ^^

      Like

      Reply
  2. vanny

     /  April 1, 2011

    cinta setia sampe mati ^^

    yaolloh, yg trakhir sumpah bikin ngakak, dah agak mendung pas baca storynya, gw malah tiba2 ngakak getu dah masuk crita ending nya kekekek..

    gw suka endingnya, open ending menurut gw en i love it ^^

    “Kau percaya pada Love at first sight??” tanya pemuda itu lagi, “Aku percaya dan aku melihatmu dengan jelas.” ==> aku sangat percaya hehehehe

    Like

    Reply
    • iyaa abis bingung mau digimanain ceritanya…
      klo di bikin sad ending entar di gorok sama yg punya nama…

      open ending, bpleh juga tuh…

      makasiii udh suka ^^

      Like

      Reply
  3. owowo..gk nyangka sungpa bs romantis jugaa..

    Joon..senyum separo mu emg memukau abis dah..
    *mimisan liat joon*
    *dilirektajemheechul*
    tp kuna0n kamu teh jd jalma jaat atuhh..
    *geleng2 pala*
    #joon : tanya authornya sono..tanyain napa gue dijadiin jaat..

    udah tahan napas dr awal crita saking tragisnya naseb tia…eh eh eh..diending ada dialog kagak jelas cem bgtu..tdinya udah brkca kca mlah ngakak..ckckck..

    Like

    Reply
    • itu hasil latihan Yesung ma Ddangkoma LoL

      Joon g jahat kok cuma mimpinya Tia aja yg kelewat ‘bagus’…

      wah kalo tragisnya di lanjutin bisa2 di gorok sama yg punya nama kekekeee
      makasii udh mampir ^^

      Like

      Reply
  4. Aigoo.. Ternyata mimpi .
    Tapi aku jg mau kalo mimpi nya sama yeye & Lee joon XD .

    Aku suka sama ending nya . Apalagi pas ngebayangin waktu di dalam laut gitu 🙂

    Like

    Reply

Leave a comment