Because I am a Fool (바보라서) part 10

Because I am a Fool (바보라서)

-Prev-

Aku tidak tau harus bagaimana. Heechul terus menunduk di hadapanku. Aku bisa mendengar isakannya.

“Itu adalah anakku. Dia anakkukan??” Heechul tanpa memandangku.

Aku menggigit bibir bawahku.

Heechul mendokakakan wajahnya menatapku, tanggannya meraih tanganku, “Katakan iya padaku, Han Yeosin-ssi!!!”

Chapter 10

“Dia bukan anakmu…Dia anakku.” Ucapku begitu saja sambil menepis tanggannya, “Aku sudah menyerahkan surat cerai kita pada ibumu. Kita akan bertemu lagi dipengadilan.”

Aku membalikkan badan dan membiarkannya sendiri. Aku masuk ke kamar dan menutup pintunya rapat-rapat.

Aku duduk di pinggir ranjang dan merasakan perutku sangat sakit. Aku meremas ujung sprei hingga copot dari tempatnya.

“Arrggghhh… “ aku merebahkan diri ke kasur agar mengurangi rasa sakit. Tapi sakit itu malah bertambah parah.

“Yeosin-ah…” Aku mendengar Heechul menggedor pintu kamarku, “Yeosin-ah.”

“Arghh…” kepalaku terasa sakit. Mataku tidak fokus. Aku hanya bisa merasakan nyeri dibagian bawah perutku. Aku menahannya dengan meremas sprei tapi sia-sia. Semuanya hanya menguras tenangaku tapi tidak meredakan sakitku.

Aku mendengar Heechul mendobrak pintu. Ia lalu meraihku, “Kau kenapa?” tangannya yang besar membelai wajahku, “Jawab Yeosin-ah!”

Aku meringis, “ssa… ssakiittt.” Ucapku sambil mengusap perutku. Aku menahan diri untuk tidak memuntahkan semua jjinbang yang telah aku makan. Aku sesuatu yang hangat mengali di kedua pahaku.

“Darah…” Heechul menyentuh pahaku,  “demi Tuhan… Yeosin-ah bertahanlah.” Ia menggangkatku

Aku bisa merasakan detak jatungnya saat dia menggendongku, dia terus menggumamkan kata, “bertahanlah, Yeosin-ah… bertahanlah, sayang…”

Kata itu yang terakhir aku dengar sebelum semuanya menjadi gelap.

>>deson<<

Aku tersadar saat matahari pagi menyinari wajahku.

Aku merasakan kepalaku seperti di pukul oleh palu yang sangat keras. Tanganku terasa perih tapi yang paling penting perutku sudah tidak terasa sakit lagi.

Aku merasakan hangat di tanganku yang satunya lagi. Aku melihat Heechul tidur sambil memeluk tanganku sementara tangan heechul yang bebas memegang perutku. Ia tidur dengan posisi duduk. Aku bisa melihat lingkar hitam di bawah matanya yang semakin pekat.

Aku menarik tanganku perlahan. Aku menyusuri wajahnya dengan jariku. Keningnya. Hidungnya. Bibirnya. wajahnya. Rambutnya. Semuanya.

Aku merindukan sosoknya. Senyumnya separonya. Suara tertawanya. Sifatnya yang terkadang manja.

Aku tidak tau apa menariknya dari dirinya hingga aku mau menjadi istrinya. Bahkan dia tidak pernah memberikanku cincin kawin. Tidak pernah memberikanku kata cinta. Bahkan aku tidak pernah mengetahui isi hatinya.

Aku bangun mencoba sepelan mungkin agar tidak membangunkannya. Aku mencabut selang infusan yang menempel di tanganku. Aku mengganti baju pasienku dengan baju yang biasa.

Aku mengambil tasku. Mengambil beberapa lembar uang dari dompet Heechul dan meletakan semua kartu identitasku.

Aku memandang Heechul sesaat sebelum aku pergi.

“Lupakan aku…”

>>deson<<

“Mau kemana kau???”

Aku tersentak saat mendapati Junsu ada dihadapanku.

“Kau masih sakit Yeosin-ah.” Junsu berusaha menahanku pergi.

“Aku akan lebih tersiksa lagi jika bersamanya.” Aku berusaha pergi dari hadapan Junsu.

“Tapi kau masih sakit.” Junsu menahanku dengan memegang tanganku

Aku menatap matanya tajam, “Kau bilang kau mencintaiku… kau bilang kau menyayangiku… jika iya… bawa aku pergi.”

Junsu terhenyak. Ia memandangku dengan ragu. Aku membalas tatap matanya dengan keyakinanku. Bawa aku pergi Kim Junsu, jika kau ingin membuatku bahagia.

“Kau bilang bayi ini butuh sesosok ayah… apa ayah yang kau maksud itu dia. Yang bisanya hanya membuatku sakit.”

“Tapi Yeosin-ah.”

“Aku sudah muak dengan ini. Biarkan aku pergi.” aku menepis tangan Junsu dengan kasar.

“Baiklah aku mengikutimu.” Junsu mengikutiku dari belakang. aku berjalan tanpa menoleh. Tidak aku tidak akan menoleh lagi.

>>deson<<

Aku tidak tau harus kemana lagi. Aku tidak mungkin tetap tinggal di Seoul karena Jaena atau Heechul bisa menemukanku. Aku juga tidak bisa pulang ke Cheongju karena bahkan sampai saat ini aku belum memberitahukan keluargaku tentang perceraian ini.

Aku memutuskan untuk pulang ke rumah masa kecilku di Incheon. Tempat dulu aku dan Ryeowook oppa menghabiskan masa kecil kami.

Aku masih ingat dimana aku menaruh kunci rahasia kami.

Junsu pun membantuku membersihkan rumah yang sudah lama tidak ditempati itu.

“Kau yakin akan tinggal di rumah ini snedirian??” tanya Junsu

Aku menggangguk, “Aku akan mencari pekerjaan yang ringan, sambil mengurus perceraianku.”

Junsu menatapku tajam, “Kau masih sakit Yeosin-ah. Jika kau berkerja, bagaimana dengan bayimu.”

“Bayiku sehat. Dia pasti mengerti.”

Junsu menggelengkan kepalanya, “Aku yang akan membiayai hidupmu disini.”

“Tidak.” Ucapku begitu saja. Aku tidak mau berpangku terlalu banyak padanya. Dia sudah membantuku, “kau hanya perlu diam dan tidak memberitahukan keberadaanku pada Heechul.”

“Kau tidak bisa menolak, aku akan tetap membantumu. Iya… sampai kau melahirkan. Anggap saja kau berhutang padaku dan kau akan membayarnya setalah kau melahirkan.”

Aku terdiam.

“Demi bayimu. Pikirkan bayimu.”

“Tapi aku tidak bisa terus berpangku tangan padamu terus menerus.” Lirihku.

“Aku rela menjadi sandaranmu seumur hidupku. Asalakan kau bahagia.” Junsu menarikku kedalam pelukakannya. Aku tidak menolak pelukannya. Aku sudah terlalu lelah.

>>deson<<

Aku menjalani hari-hariku dengan mengerjarkan kegiatan dirumah. Junsu memberikanku buku yoga untuk ibu hamil dan cara-cara untuk mengatasi kelahiran anak. Aku mempelajarinya dengan rajin.

Junsu datang setiap hari senin dan kamis atau hari lain saat dia sedang mempunyai jadwal kosong. Ia menemaniku dirumah dengan berbagai cerita yang menarik. Kadang juga ia menginap menemaniku.

Dia pria yang baik sangat baik. Seandainya aku bisa jatuh cinta padanya mungkin aku akan menjadi wanita yang paling beruntung sedunia. Tapi sayangnya aku tidak bisa. Hatiku sudah beku.

“Berapa usianya sekarang?” tanya Junsu sambil menunjuk perutku yang sudah membesar.

Kami sedang duduk diayunan sambil menatap langit sore

“Tujuh bulan.” Ucapku sambil mengelus perutnya yang sudah sangat besar.

“Kau sudah memeriksakannya lagi.”

Aku menggeleng, “tidak semenjak aku disini. Aku tidak pernah merasa sakit lagi. Dia sudah besar mungkin dia mengerti kondisiku.”

Junsu mengangguk, “Kau tau berita tentang Heechul?”

Aku terdiam, selama kami disini. Kami jarang sekali membicarakan tentang masalah itu.

“Aku tidak tau dan tidak mau tau.”

“Suatu saat anak itu akan bertanya siapa ayahnya.” Ucap Junsu

“Maka aku akan menjawab. Ayahnya adalah kau.”

Junsu menatapku.

“Kau tidak bisa berbohong padanya.”

Aku tidak mengedikkan bahuku, “Kau kan memang ayahnya. Saat dia membuka matanya, dia hanya tau satu ayah yaitu kau.”

Junsu terdiam lagi. Kami sama sama terlarut dalam pikiran masing-masing.

>>deson<<

Aku hampir terjatuh saat melihat Hyoshin berdiri diruang tengah. Tatapan nya dingin dan dalam menatapku. Tatapan mata yang sering aku lihat di mata appa.

Hyoshin mendekatiku.

“Nuna… nuna…” ia mendecak sambil melihatku dari atas ke bawah trus ke atas lagi, “Kau itu selalu mengataiku bodoh tapi kau sebenarnya lebih bodoh.”

Aku menatap Hyoshin tajam, “maksudmu apa, huh?”

Hyoshin merangkulku, “Sudah ku bilang kau itu pembohong yang bodoh.”

“Kau…”

“Nuna… aku mengawasimu setiap hari disini.” Mata Hyosin menjadi teduh, “kami semua mengkhawatirkanmu. Aku, Eomma, Appa, Hyojoo nuna.”

Aku melepaskan tangannya lalu duduk di meja makan.

“Aku sudah curiga padamu saat tiba-tiba Heechul hyung melamarmu padahal kalian tidak akrab sebelumnya. Dan tiba-tiba saja kau bilang kau hamil. Kau tau nuna… aku sama sekali tidak mempecayaimu. Kau itu tidak pandai berbohong.” Hyoshin mengambil segelas air lalu meneguknya, “setelah akting keguguranmu dan aku tidak bisa menghubungimu. Aku mulai curiga. Berkali-kali Heechul hyung kerumah dan menanyakan kehadiranmu, apa kau memberi kabar, apa aku menginap dan sebagainya. Kuakui dia aktor yang berbakat, tapi dia tidak bisa berakting didepanku. Aku tau kau kabur dari Heechul hyung.”

Hyoshin duduk dihadapanku dan menatapku dalam.

“Aku tau kau tinggal di rumah Jaena nuna selama dua bulan, aku tau kau sering pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraianmu dan kau juga ke dokter kandungan. Aku tau kau sedang mengandung anak Heechul-hyung. Tapi aku diam.”

“Aku tau kau akan kesini setelah kabur dari rumah sakit. Karena kau bodoh. Jika aku jadi kau aku tidak akan ke mari karena Eomma mungkin akan berpikir kau akan kemari. Kau beruntung karena Eomma belum memikirkan tempat ini.”

Aku menatap Hyoshin, “jadi selama ini kau menguntitku???”

“Tentu saja, aku menjaga kau dan Hyojoo nuna…”

Aku menyunggingkan senyum sinis ku, “tch, seharusnya kau itu belajar bukan amalah memata-matai kami.”

Hyoshin menggaruk kepalanya, “nuna… bagaimana aku bisa belajar jika Heechul hyung terus meneleponku menanyakan keadaanmu, belum lagi Eomma yang tau kau kabur dari rumah sakit. Kau telah membuat kekacauan diluar sana. Jadwal Superjunior hancur gara-gara kau membuat Heechul terus-terusan badmood, kau juga membuat Eomma khawatir.”

Aku terdiam.

“Kau membahayakan dirimu sendiri. Dan yang paling ku sesalkan adalah kau berselingkuh dengan Junsu Hyung.”

“Hyoshin-ah…” aku menatapnya tajam, “ jaga ucapanmu.”

Ia tersenyum sinis, “kau tinggal berdua dengan Junsu Hyung apa itu tidak disebut dengan selingkuh?”

“Hyoshin…” Aku menaikkan suaraku.

“Kau selalu menuduh Heechul hyung berselingkuh dengan Choi Eunhee dan memutuskan bercerai dengannya, harusnya Heechul hyung yang menceraikanmu. Tapi dia terlalu sayang padamu.”

“Hentikan Hyoshin-ah… Hentikan….” Aku menutup kedua telingaku.

Dia berhenti dan menatapku dalam, “Aku kasian pada bayimu nuna… kau terlalu memikirkan perasaanmu bahkan kau tidak memikirkan nasib bayimu.”

Hyoshin berjalan ke arah pintu, “Aku kesini tidak sendirian. Aku datang kesini bersama seseorang.”

Hyoshin membuka pintu. Seorang perempuan masuk kedalam rumah. Matanya langsung mengarah padaku.

“Yeosin-ah…” wanita itu setengah berlari  lalu memelukku.

“Nyonya Kim???”

>>deson<<

Ibu Heechul memembingkai wajahku dengan tangannya. Ia melihat ku dari atas kebawah lalu ke atas lagi. Pandangannya berhenti di perutku yang besar.

“Mianhae…” lirihnya sambil memelukku, “Jongmal mianhae…”

“Nyonya Kim…”

“Sssttt…. Panggil aku Eomma… sama seperti Heechul dan Heejin.”

“tapi kau yang menyuruhku untuk…”

“Ssstt… Aku meninta maaf atas semua perlakuanku padamu. Heechul sudah menjelaskan semua pada kami. Maafkan aku…”

“Semuanya sudah berakhir.”

Dia menggeleng. Ia merogoh tasnya lalu mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat. Amplop perceraianku.

“Salah satu alasan kalian bercarai adalah aku. Maafkan aku.” Dia merobek kertas itu dihadapanku, “dengan ini kau tidak bisa berpisah dengan anakku… kau tidak bisa memisahkan cucuku dengan ayahnya.”

Aku mengalihkan padanganku, “aku tidak bisa… aku tidak bisa mempertahankan pernikahan tanpa rasa cinta ini.”

“Aku yakin kau mencintainya, nak. Aku bisa melihat dari caramu menatapnya. Dan dia juga sangat mencintaimu, sangat.”

“Dia tidak mencintaiku, begitu juga aku.”

“Dia sangat mencintaimu, sangat. Bahkan lebih besar dari cintamu padanya.”

Aku tediam.

“Dia selalu banyak bicara. Tapi saat di sisimu dia banyak diam dan menatapmu. Aku bisa melihat banyak senyuman diwajahnya saat kau di sisinya. Dia selalu menanyakan keadaanmu saat kau masih dirumah. Dia tidak berani menanyakan langsung. Karena dia sangat pemalu.” Dia menyentuh kepalaku lalu membelai rambutku, “Mungkin aku terlalu egois yang menginginkan rumah tangga yang sempurna. Aku selalu melihat keburukanmu tanpa melihat sisi baikmu. Maafkan aku.”

>>deson<<

“Ibu Heechul datang kemari.” Ucapku pada Junsu

Junsu mengerutkan keningnya.

“Mungkin Heechul akan kemari dan sebelum dia kemari aku ingin bergi dari sini.” Ucapku tanpa melihat ke arah Junsu.

“Apa kau gila, Yeosin-ah…” Junsu menguncangkan bahuku, “lihatlah perutmu yang sudah membesar itu… apa kau tidak takut.”

Aku menatap Junsu, “aku takut jika aku bertemu dengan Heechul.”

“Berhentilah membohongi dirimu sendiri Yeosin-ah. Kau mencintainya.”

“Aku mencintainya maka dari itu aku melepasnya,” Aku membalas tatapan Junsu, “Cinta yang sesungguhnya adalah ketika kamu meneteskan air mata untuknya. Ketika menjauh, kamu tetap menunggunya dan ketika dia memilih mencinta orang lain yang kamu lakukan adalah tersenyum untuknya.”

“Itu bukan perkataan untuk cinta sejati. Tapi seorang yang menyerah pada keadaan dan tidak berusaha untuk merebutnya.” Tukas Junsu, “cinta butuh pengorbanan dan kesetiaan.”

Aku mencibir, “Apa itu pengorbanan? Berdiri dengan hati terluka, sementara dia memikirkan gadis lainnya. Apa itu kesetiaan? Tetap bertahan menunggunya meski dia tidak pernah datang meski  hanya untuk sekedar berterimakasih. Lalu… Apa itu cinta? Apa itu cinta Kim Junsu-ssi.”

Junsu terdiam. Ia tidak bisa membalas. Ia bahkan tidak berani menatapku.

“Setidaknya kau pikirkan bayimu…”

>>deson<<

Dugaanku benar. Heechul sudah berada di rumah saat aku terbangun. Suara gaduhnya membuatku terbangun. Aku mengerutkan kening saat dia memakai celemek dan memegang spatula.

“Duduklah… aku sebentar lagi akan matang.”

Heechul menyuruhku untuk duduk. Aku menurutinya. Aku melihatnya berkutat di dapur sendirian. Kadang-kadang ia melihat ke arahku sekilas kemudian memasak lagi.

Aku mencoba berpikir tentang bayiku. Aku mencoba berfikir tentang Hyoshin, Eomma, Appa, Hyojoo dan semuanya. Aku mencoba untuk memikirkannya dan semakin aku memikirkannya aku merasakan sakit.

“Ini dia…” Heechul memberikanku sepiring nasi goreng, “Hangeng yang mengajariku, ku rasa hasilnya pun tidak jauh berbeda.”

Aku melihat wajahnya dari dekat. Ia semakin kurus dan pucat, matanya lebih terlihat cekung. Aku bisa melihat sorot matanya yang menatapku penuh khawatir.

“Makanlah… Aaaa~~” dia menyuapkan satu sendok nasi padaku.

Aku menatap nasi itu sebentar. Baunya sangat menggoda. Aku membuka mulutku dan mencoba merasakannya. Enak.

“Enak?” tanya Heechul, diikuti anggukanku

Ia tersenyum membuatku ingin mencubit pipinya.

“Mianhae… aku tidak menjaga kalian dengan baik.” Lirihnya, “Aku bukan seorang ayah yang baik.”

Aku menatapnya. Ada sirat penyesalan dimatanya. Apa dia juga terluka?

“Aku tidak apa-apa…” ucapku pelan

Heechul memandangku, “Bagaimana kau bisa berkata tidak apa-apa. Kau pergi tanpa membawa apapun. Kau pergi dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Aku tau marah padaku… tapi kau jangan membiarkannya terluka. Aku tidak bisa memaafkan diriku jika sesuatu yang buruh menimpa kalian.”

Aku terdiam.

“Berhentilah lari dariku, karena aku tidak akan membiarkan kau pergi dariku. Aku tidak akan melepasmu.” Aku melihat binar dimatanya saat dia mengatakan hal itu. Aku ingin memeluknya saat melihat bola mata hitam itu lagi. Matanya yang menatapku seutuhnya. Mata yang aku sukai.

“Tunggu, aku punya sesuatu…” Heechul menaruh sendok yang ia pegang kemudian pergi ke salah satu ruangan.

Aku menatap punggungnya yang menghilang di balik pintu. Aku merasakan sesuatu menendang dari perutku. Aku mengelus perutku sambil tersenyum. Aku tau… anakku menginginkan ayahnya juga.

Seberapa besar aku menghindarinya, aku tidak bisa menghapuskan ikatan darah yang ada di dalam diri anakku. Dia membutuhkan ayahnya seperti aku yang membutuhkan dirinya.

Ddrttt…. drrttt….

Aku melihat ponsel Heechul tergeletak begitu saja di atas meja. Aku penasaran lalu mengambilnya. Sebuah pesan masuk dan foto Choi Eunhee terpampang di layar. Aku penasaran lalu membuka pesan itu.

From: Choi Eunhee ^^

Oppa kau dimana?? Kenapa kau tiba-tiba meninggalkanku?? >.<’

Aku merasakan perutku sakit. Ada sesuatu yang melilit di perutku. Aku berpegangan pada meja dan meremas ujung meja.

Ddrttt… ddrrttt….

Aku melihat sebuah panggilan dari Choi Eunhee. Foto Eunhee bergerak-gerak di layar membuatku tidak tahan ingin membantingnya. Aku memekan tombol Yes…

“Oppa… kau dimana? Kenapa kau meninggalkan aku di cafe sendirian, kau bilang kau hanya pergi ke toilet. Oppa~ jawab aku…” aku bisa mendengar suara jernih Eunhee mengalun di telingaku.

Perutku semakin sakit. Tidak. Bukan… bukan hanya perutku tapi hatiku juga sakit.

“Yeosin-ah… lihatlah…” Aku mendengar suara Heechul di belakangku, “Yeosin-ah?”

Heechul memegang tubuhku. Aku menepisnya aku juga meleparkan ponselnya ke hadapannya. Aku tidak peduli seberapa mahal ponselnya, aku benar-benar muak padanya.

“Yeosin-ah gwenchana???” tanyanya penuh nada khawatir.

“Shiruuuh… aku membencimu Kim Heechul-ssi… aku membencimu…” Aku tidak ingat apapun lagi karena setelah itu semuanya menjadi hitam.

>>deson<<

“Yeosin-ah… Yeosin-ah… sadarlah.” Aku bisa mendengar suara Heechul memanggil namaku. Aku bisa merasakan tangannya menyentuh tanganku.

“Bertahanlah… kau harus bertahan… jangan meninggalkanku.”

Aku tidak bisa membuka mataku atau membuka mulutku. Aku hanya bisa mendengar suaranya dan merasakan dia memegang tanganku.

“Aku tidak bisa hidup tanpamu Yeosin-ah… bertahanlah Yeosin-ah… kembali padaku.”

Aku merasakan cairan hangat yang berasal dari mata Heechul. Dia menangis. Dia menciumi tanganku dan membasahi tanganku dengan air matanya.

“Kau boleh membenciku. Kau boleh memakiku. Kau boleh menamparku, meleparku dengan barang apapun tapi tetaplah hidup. Tetaplah disampingku.”

Aku bisa mendengar suara tangisnya. Ia memangis sambil memeluk tanganku.

“Heechul hyung…” aku bisa mendengar suara Junsu yang serak serak basah.

“Oppa…” dan Choi Eunhee.

Heechul melepaskan tanganku. Kenapa?

“Dia gadis yang kuat, dia pasti bisa bertahan.” Ucap Junsu, “meski terkadang keras kepalanya susah sekali di hadapi. Dia gadis yang kuat.”

“Mainhae… Oppa seharusnya aku tidak mengirimu pesan dan tidak meneleponmu. Aku khawatir padamu karena kau tiba-tiba pergi dari cafe.” Aku miris mendengar suara Eunhee, “Yeosin-ah… Mianhae… Aku tau kau juga marah padaku, karena hubunganku dan Heechul dimasa lalu. “

Aku bisa merasakan tangan Eunhee yang menyentuhku. Aku bisa merasakan kulit halusnya yang dingin menyentuhku.

“Percayalah padaku, Heechul oppa sangat menyukaimu, sangat. Dia bahkan selalu mencarimu, selalu mengkhawatirkanmu. Dia bahkan rela meninggalkan grupnya demi kau dan anak kalian.” Eunhee menggenggam tanganku, “Aku dan Heechul hanya sebatas teman dan rekan kerja, dia sudah memilikimu dan aku sudah membunya Junho. Kami sudah cukup dengan hubungan ini.”

Eunhee membelai keningku. Ia menggenggam tanganku erat. Ada sesuatu yang membuatku bergerak di hatiku untuk tetap tidak menyerah.

“Bangunlah Yeosin-ah… kami disini menunggumu.” Eunhee melepaskan tangannya.

“Yeosin-ah…” kali ini Junsu yang berbicara, “saat kau bertanya apa itu cinta aku tidak bisa menjawabnya. Sekarang aku bisa menjawabnya.”

“Cinta adalah dimana kita menjadi orang yang paling bodoh didunia ini. Berdiri dengan tangan dan hati terluka. Meski demikian kita masih tersenyum karena hanya dengan melihatnya tersenyum pada kita bisa mengobati seluruh luka yang ada. Bodoh karena saat berhadapan dengan cinta, kita tidak memerlukan logika.” Junsu membelai wajahku, “Terkadang kita seperti orang bodoh saat berhadapan dengan cinta, bukan karena kita bodoh tapi karena kita tidak cukup pintar untuk mengungkapkannya, tidak cukup cakap untuk menyadarinya.”

“Cepat sembuh Yeosin-ah… banyak orang yang menantikan kehadiranmu.” Ucap Eunhee.

Aku bisa merasakan kepergian Junsu dan Eunhee. Suasana menjadi dingin kembali. Aku tau Heechul masih denganku masih menatapku dengan tatapan yang sulit ku rasa. Aku ingin membuka mataku, tapi aku tidak bisa.

>>deson<<

Satu persatu orang-orang datang dan kemudian pergi. Mulai dari Eomma, Appa, Hyoshin, Hyojoo Eonni, Heejin Eonni, Abeoji dan Eommonim. Adapula Ryeowook Oppa dan anak-anak suju lainnya dan teman-teman kerjaku.

Heechul tak pernah meninggalkanku. Dia hanya pergi untuk mandi dan buang air besar. Ia menjagaku. Kadang aku bisa mendengar suara dengkuran halusnya di sebelahku. Dia tidur sambil memeluk tanganku. Tak pernah sedikit pun beranjak dari sisiku.

“Apa kau baik-baik saja.” Ucap Jaena saat berkunjung. Aku bisa mencium wangi bunga lily, “wajahmu terlihat berantakan sekali.”

“Aku baik-baik saja.” Ucap Heechul.

“Aku tau apa yang kau rasakan.”

Heechul terkekeh, “Aku salah. Sejak awal aku sudah salah. Sejak pertama kali aku mengajaknya menikah dan dia mengeluarkan ide gilanya. Aku fikir dia baik-baik saja. Karena dia selalu tersenyum saat aku datang. Tapi ternyata aku salah, dia sangat terketekan dengan statusnya. Dia di cap perempuan nakal oleh keluargaku karena hamil diluar nikah, dia tidak disukai oleh ibuku. Dia tersiksa. Tapi dia tetap tersenyum.”

“Aku benci saat melihat raut wajahnya, ekspresinya selalu mudah dibaca namun dia selalu menyembunyikan hal itu dariku. Aku seperti bajingan yang terus mempermainkannya.” Ucap Heechul lagi

“Apa kau mencintainya?” tanya Jaena

Aku tidak tau tapi aku merasakan jantung berdetak dengan kencang. Aku memasang pendengaranku dengan tajam. Aku menunggu jawabannya.

“Sangat. Aku menyukainya lebih dulu sebelum dia menyukaiku. Aku terlalu pengecut untuk mendekatinya. Aku terlalu takut.”

Aku tersenyum. Aku yakin itu aku bisa menarik kedua ujung bibirku. Aku bisa menggerakan ujung jariku. Aku ingin membuka mataku, tapi rasanya ada sesuatu yang membuatnya tetap menutup.

Aku bisa mendengar Jaena terkekeh, “Yeosin-ah… kau dengar. Dia mencintaimu. Sangat. Bangunlah dan lihat dia sedang menatapmu penuh cinta.”

Aku berkata iya. Aku ingin berkata aku juga. Aku mencintainya. tapi yang ada aku malah terdiam, tidak mengeluaran apapun.”

“Kim Heechul-ssi… dia tersenyum.” Jaena membelai wajahku, “dia ingin mengatakah bahwa dia juga mencintaimu. Sangat. kau tau… dia selalu menyebut namamu saat dia tertidur. Jauh di lubuk hatinya dia pun mencintaimu. Bahkan saat dia tidak bisa tidur dia akan mendengarkan suaramu atau melihat fotomu dulu.”

Heechul menyentuh tanganku lembut, “Terimakasih Jaena… Terimakasih sudah menjaga Yeosin.”

Terimakasih Jaena-ya…

>>deson<<

“Selamat pagi… Kim Heechul-ssi… Selamat pagi Nyonya Kim…”

“Selamat pagi Dokter Jang…”

“Kim Heechul-ssi ada yang ingin aku bicarakan tentang istri anda.”

“Ada apa dengannya Dok… kemarin dia tersenyum, aku pikir itu hal yang bagus.”

“Ehmmm… Hasil memeriksaan kami tim dokter bahwa istri anda mengandung anak kembar.”

“Bukankah dokter sudah memberitahuku sebelumnya. Saat pertama kali dia masuk rumah sakit.”

“Kami melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai anak dan istri anda dan kami menemukan sebuah kendala.”

“Apa itu Dok…”

“Salah satu anak anda sangat lemah dan harus dikeluarkan secepatnya.”

“Apa???”

“Kondisi sang ibu yang lemah membuat bayinya ikut melemah. Kita tidak bisa membiarkan semua ini begini terus. Bila bayi itu mati didalam kandungan maka akan berisiko pada ibunya dan anak anda yang satu lagi.”

“Tidak ada cara lain… dengan obat-obatan?”

“Terlalu banyak obat juga tidak baik untuk ketiganya.”

“Tapi mereka masih terlalu kecil, mereka baru tujuh bulan.”

“Mereka sudah terbentuk dengan sempurna, sudah seperti manusia. Aku melihat tubuhnya sudah sempurna. Bahkan salah satu bayi anda sangat sehat.”

“Apa dokter Jang tidak bisa mengambil yang lemah dan membiarkan yang satunya tetap didalam.”

“Tuan Kim kau pikir mereka anak ikan? Itu akan sangat berisiko. Kami akan mengusahan menyelamatkan ketiganya.”

“Berdoalah… tuan Kim kami akan melakukan operasi cesar jika istri anda mengalami kemajuan… jika kondisi tubuh istri anda melemah terpaksa… kita harus menggugurkan kandungannya.”

“Digugurkan?”

“Jika kondisi ibunya melemah maka kami akan menyelamatkan ibunya. Karena jika kita menyelamatkan bayinya. Belum tentu bayinya selamat.”

“Tapi kandungannya sudah terlalu besar untuk digugurkan. Apa tidak akan berbahaya.”

“Hmmm… mungkin dia tidak akan mempunyai anak selamanya.”

TBC

Eottokhae??? ibunya Ichul udh minta maaf tuh… dimaafin gak??? kkk

hmmm… ada lah dua part terakhir jadi next part adalah part terkahir… semoga hasilnya g mengecewakan ^^

Leave ur comment please

_deson_

Previous Post
Leave a comment

21 Comments

  1. Astaga astaga onnieee aku abis baca thanks to nya donge baca ini tambah galau T_T

    ibunya chul dimaapin deeh… tapi tapi tapi aduuh itu bayinya sama maknya selamat dong ahhh ><

    ngakak wktu dokternya bilang "anak ikan" xDD

    Like

    Reply
    • lah kok malah galau???
      iya emaknya ichul udh tobat kan udh bulan puasa hhhhhhh
      Anak ikan??? aku juga suka bagian itu

      Like

      Reply
  2. hiks…..hiks……hiks….
    ge galau abiz baca super junior 5jib thanks to ditambah baca nie ff mkin galau*nah loh apa hubungannya
    hehehhehhehe

    wah maafin ja teh kasian eomma-nya Heechul jg dah minta maaf khan…..
    perasaan tiap ketemu banng ichul ….yeosinnya masuk rumah sakit terus…
    teh itu ceritanya Yeosin koma gitu????*muf lola

    ayo buat yeosin eonnie cepet sembuh biar bisa nglahirn anaknya dengan selamat*I Hope

    wah ga kerasa dah moe kelar ja nie ff……
    semangat buat teh” biar nie ff cepet d’post part akhirnya…
    fighting teteh

    Like

    Reply
  3. pas awal ngebaca gw udah serius..
    eeeh, pas baca part ini..
    “Apa dokter Jang tidak bisa mengambil yang lemah dan membiarkan yang satunya tetap didalam.”
    “Tuan Kim kau pikir mereka anak ikan?”

    ngakak deh gw..
    kalo gw jadi tuh dokter, udah gw timpuk heechul pake stetoskop…
    dikira maenan kali yah…
    /ditimpuk balik sama yeosin../

    Like

    Reply
  4. vanny

     /  August 4, 2011

    baru di part ini judulnya sangat cocok dengan castnya..
    ichul bodoh karna ga mau berjuang lebih keras
    yeosin bodoh karna egonya sangat tinggi
    junsu bodoh karna mau aja dibodoh2in ama yeosin hehehehe

    syukurkan maknya ichul minta maap, cukuplah itu
    pengen seh ampe dia sakit2an, tapi jgnlah..kasian babenya ichul hahaha

    astaga mas junsu bisa pintar juga ya, ampe bisa mendefenisikan cinta sepanjang itu..blajar dimana dia ya??

    btw sukses ya buat lahirannya, jaga baby kembar dgn baik2
    awas kalu ada apa2 ama mereka hahahahahaha

    Like

    Reply
    • sebenernya yang bodoh itu castnya? authornya atau pembacanya??? #plaaaak
      udh insap emaknya… kan bentar lagi lebaran hhhh
      Belajr dari Deson ka Onn… hhhhhh
      ga bisa janji untuk kalimat yang terakhir

      Like

      Reply
      • keknya authornya deh, tapi yg pembaca juga, knapa mau baca hahaha
        brarti ga sia2 junsu selingkuh ya, jadi makin pintar dia, bagus…bagus…bagus *nepok2 kpala junsu*
        wah napa ga bisa janji?? apa karna masih benci ama akang ichul???

        Like

        Reply
  5. rinaaays

     /  August 4, 2011

    anak ikan? donghae dong?

    ih apaan ibunya baru ada kejadian kayak gitu baru minta maaf *beribet bahasanya

    yeosin yg kuat ya 😦 semoga anaknya lahir dengan sehat, cantik/cakep, pokoknya yg baik2
    *kayak beneran aja

    Like

    Reply
    • bukan anak donghae~~
      itu anak manusia hhhhh
      ntar di bialngin k Yeosin supaya ngelahirin dengn selamat, tapi ga janji dianya bakal selamat ya kkk

      Like

      Reply
  6. tivaclouds

     /  August 4, 2011

    Mwo…mau digugurkan???andwae…tuh anak dibuat dgn penuh perjuangan!!

    Itu si yeosin koma ya??

    ihh..nyesek banget….

    Ditunggu last chapt

    Like

    Reply
  7. justrizkaa

     /  August 4, 2011

    annyeong!
    saya reader baru..
    baca FF ini dari part 1 ampe 10..daebak!!!! jadi amat sangat penasaran ^^

    lanjut terus eonni..!! jangan lama-lama ya.. 😀

    Like

    Reply
  8. kimbyen

     /  August 5, 2011

    ak suka critany, trnyata heechul suka am yeosin dr dulu snengny.. Smoga ibu ama anakny slamat.. Ak tnggu klanjutanny thor..

    Like

    Reply
  9. tivaclouds

     /  August 6, 2011

    Kok g janji bisa bahagia?
    kasihan kan mereka masak sejak awal merana terus T.T

    Like

    Reply
  10. Vonis dokternya nyeremin bgt sih… Ya ampunn… Ga nyangka akan sejauh ini masalahnya…

    Like

    Reply

Leave a comment