We Love You Daddy

WE LOVE YOU DADDY

 

Yeosin melangkahkan kakinya dengan riang, senyumnya mengembang seakan tidak pernah takut untuk kehabisan senyuman. Ia mencari kunci rumahnya di dalam tasnya. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan anak-anak dan suaminya. Tiga hari yang lalu ia pergi ke Cheongju karena ayahnya sakit, awalnya ia ragu untuk pulang tapi Heechul bilang ia bisa mengurus anak-anak mereka dengan baik.

Ia tidak pernah jauh dari anak-anaknya, apalagi hanya meninggalkan mereka berdua dengan Heechul. Meski demi kian Heechul terus membujuknya untuk merawat sang ayah, walau sudah menikah dengan Heechul, Yeosin tetap anak dari ayahnya.

Creeekkk…

Yeosin membuka pintu rumahnya perlahan ia masuk kedalam dan kemudian senyum yang menghiasinya langsung pudar. Matanya nyaris keluar saking tidak percayanya pada apa yang dilihatnya.

Huffft…

Ia menghembuskan nafas panjang. Rasanya ingin menangis melihat rumahnya seperti kapal pecah. Baju kotor berserakan di lantai, cucian piring menumpuk, kardus pizza, bungkus jajangmyeon dan makanan lain berserakan didapur. Buku dan majalah bertaburan di ruang tamu.

Rumah kosong, mungkin Heechul sedang menjemput anak-anaknya. Mungkin mereka akan kembali saat makan siang dan sebelum saat makan siang rumah harus dalam keadaan bersih dan makanan harus sudah siap. Yeosin menaruh tasnya di kursi kemudian mulai memunguti pakaian yang berterbaran dimana-mana.

Ia tak habis pikir apa yang dilakukan suami dan anak-anaknya sampai membuat rumah menjadi tempat penampungan sampah. Apa saja yang mereka lakukan selama ia tidak ada dirumah. Hufft… lagi-lagi ia hanya bisa mengambil nafas dan mengambil pemikiran positif, Heechul seorang laki-laki dan anak-anaknya masih kecil.

Yeosin mengambil pita Yeohee yang ada di meja. Ia tersenyum miris melihat benda itu terpotong menjadi dua, “Pasti sulit baginya mengurus seorang anak perempuan sendiri.”

Yeosin kemudian berkutat dengan sapu dan lapnya. Satu jam kemudian ia melihat rumah sudah dalam keadaan bersih. Ia tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Ia hanya tinggal memasak dan makanan akan siap saat suami dan anak-anaknya datang.

Bruuug…

“Shirooo…” suara Yeohee terdengar.

Yeosin menoleh ke pintu dan mendapati anak-anak dan suaminya datang dengan aneka macam ekspresi. Yeohee menangis dan Namhee menekuk wajahnya jutek, sementara Heechul menatap anak-anaknya dengan tatapan sedih.

Yeosin terkejut saat melihat Yeohee dan Namhee masuk begitu saja kedalam kamar mereka masing-masing. Yeosin mengerutkan kening sambil menatap Heechul.

Heechul tidak mau kalah dari anak-anaknya. Ia juga melewati Yeosin yang sedang meminta penjelasan padanya, ia melangkah dengan tenang menuju kamarnya.

Yeosin geram saat melihat ekspresi dingin Heechul yang melewatinya begitu saja. Ia paling tidak suka di acuhkan. Yeosin mengikuti Heechul ke kamar mereka lalu menutup pintu dengan rapat. Ia tidak ingin anak-anak mereka mendengar pembicaraan mereka.

“Kau kenapa? Kenapa Yeohee menangis?” tanya Yeosin pada Heechul.

“Kau yang membereskan semua ini?” Heechul mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar yang sudah rapih dan bersih.

“Tuan Kim, tolong tatap aku saat kau berbicara padaku.” Ucap Yeosin dalam

Heechul membalikan tubuhnya, “aku memang tidak berguna.” Heechul melewati Yeosin begitu saja. Ia pergi dari kamar tanpa mengucapkan kata-kata lainnya.

Yeosin mendecak kesal. Ia benci saat menjadi orang yang tidak tau apa-apa.

>>deson<<

“Aku benci Appa…” ucap Namhee dengan ekspresi lurusnya.

“Aku juga…” Sahut Yeohee.

Yeosin menatap putra dan putrinya dengan tatapan heran. Apa yang terjadi sampai putra-putrinya berkata seperti itu.  Apa yang terjadi sampai mereka berdua berkata seperti itu. Yang jelas sesuatu sudah terjadi pada mereka.

“Katakan pada Eomma apa yang terjadi?” Yeosin menatap tajam putra-putrinya

“Aku benci appa karena ia tidak bisa memasak,” Ucap Namhee

“Dia tidak bisa mengikat rambutku dengan benar.” Sahut Yeohee

Yeosin menghela nafasnya dalam, “hanya itu?”

“Appa jahat. Dia memarahaiku. Dia berteriak di depan kelas dan mempermalukan aku. Appa juga memarahiku untuk hal yang tidak pernah aku lakukan.”

“Appa mengacaukan Class Open-ku dengan hal yang tidak wajar. Dia membuatku malu. Dia benar-benar seorang Nabbeun Appa.”

“Ehmm… jadi tadi Appa menghadiri Class Open kalian?” tanya Yeosin diikuti anggukan keduanya. Yeosin lupa jika ada Class Open di sekolah si kembar. Mungkin susah bagi keduanya memperlihatkan appa mereka yang seorang selebritas.

“Aku ingin punya Appa seperti Ryeowook Adjusi yang bisa membelikan aku banyak eskrim.” Ucap Yeohee.

“Aku juga ingin mempunyai Appa seperti Kyuhyun Adjusi yang bisa selalu diajak main game dan tidak sibuk.” Kata Namhee asal.

Yeosin tersenyum, lalu membelai wajah Namhee,  “Appa bilang ia tidak akan pulang hari ini. Apa kalian mau tidur bersama dengan Eomma?” Yeosin menatap mata kedua anaknya dengan tatapan lembut.

Namhee dan Yeohee saling bertukar pandang.

“Eomma akan menceritakan sesuatu pada kalian.”

Yeohee dan Namhee berpikir sejenak kemudian menggaguk.

>>deson<<

“Kalian tau, Appa tidak seburuk yang kalian pikirkan.” Ucap Yeosin yang tidur diantara Yeohee dan Namhee, “Eomma akan memceritakan rahasia appa kalian.”

“Rahasia apa??” tanya Yeohee penasaran.

“Hal-hal yang tidak kalian ketahui.” Ucap Yeosin sok misterius.

“Apa??” Namhee menyandarkan kepalanya ke bahu Yeosin.

“Pertama.” Yeosin menghela nafas sesaat, “Appa mulai merencanakan hidup kalian ketika tahu bahwa Eomma hamil, tapi begitu kalian lahir, ia mulai membuat revisi.”

“Kenapa? Karena kami kembar? Dan tidak sesuai dengan perkiraannya??” tanya Namhee dingin.

“Bukan.” Ucap Yeosin pelan, “Meski kalian lahir sendiri-sendiri dia akan tetap merevisinya. Karena dia menginginkan rancangan hidup yang sempurna untuk kalian. Dia tidak ingin kalian terbengkalai.”

“Ehmmm lalu…” lanjut Yeohee

”Yang Kedua… Appa tidak suka meneteskan air mata …. ketika kalian lahir dan dia mendengar kalian menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya. Ketiga, ketika kalian masih kecil, ia bisa memeluk kalian untuk mengusir rasa takut kalian…ketika kalian mimpi akan dibunuh monster…”

“Appa ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun – dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya. Appa membiarkanmu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.”

Namhee terdiam, Appa selalu mengalah, tidak seperti Kyuhyun adjusi yang tidak pernah mau mengalah saat bertanding game, tapi dengan Appa ia dapat dengan mudah menang. Kecuali akhir-akhir ini, Appa mulai tidak bisa diajak kompromi dan terlihat lebih menyebalkan.

“Appa tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. Appa selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi sebenarnya lebih menyenangkan.”

Yeohee sangat benci hal ini. Appanya selalu mementingkan pergi bersama Hongki Adjusi atau Geunsuk adjusi dari pada mengantarkan les biola.

“Appa selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka, karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka. Appa membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti berenang di air setelah ia melepaskanya. Ayah bisa membuatmu percaya diri… karena ia percaya padamu. Appa lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri.

“Appa lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup. Appa mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak baik dan menyayangi. Appa benar-benar senang membantu seseorang…tapi ia sukar meminta bantuan.”

Namhee dan Yeohee terdiam. Mereka bisa membayangkan sosok ayah mereka dalam cerita ibu mereka. Seseorang entahlah sangat mereka benci untuk saat ini, tapi disisi lain sosok yang sangat sayang pada mereka.

“Appa di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?… .mmmmhhh…”tidak terlalu mengecewakan”. Appa mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

“Appa percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu. Appa akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat. Appa akan sangat senang membelikanmu makanan selepas ia pulang kerja, walaupun dia tak dapat sedikitpun bagian dari makanan itu. Appa paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut. Appa tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.

Ayah yang mereka benci??? Mereka mulai terdiam. Ayah mereka bukan orang yang selalu hadir setiap hari karena berbagai perkerjaannya yang sering keluar kota dan lain-lain. Tapi ayah mereka, entahlah tapi selalu datang saat momen-momen yang penting.

”Appa menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya. Appa mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan. Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara.

Namhee dan Yeohee tertunduk lagi.

”Appa selalu berdoa agar kita menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat, walaupun kita jarang bahkan jarang sekali mendoakannya. Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya. Appa mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu.

Kini Yeosin yang terdiam. Ia menghela nafas panjang. Ia menyeka pipinya yang mulai basah. Ia tidak ingin anak-anaknya melihatnya menangis.

”Appa akan berkata, ”tanyakan saja pada ibumu” Ketika ia ingin berkata, ”tidak” Appa tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin. Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepergok menghisap rokok dikamar mandi.

Yeosin memeluk kedua anaknya. Perasaan yang sama menghampirinya juga perasaan rindu pada seorang sosok ayah.

”Appa mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan”. Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu hal yang baik persis seperti caranya.

“Appa pernah berkata : ‘kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya’:”

“Untuk masa depan anak lelakinya Appa berpesan: “jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu” Dan Untuk masa depan anak gadisnya appa berpesan :” jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu”.

Yeosin menutup matanya, ia tau ia bukan hanya membicarakan seorang Kim Heechul didepan anak-anaknya tapi ia juga menceritakan sosok seorang ayah pada umumnya. Seorang ayah adalah seorang ayah.

“Appa bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu… Appa tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik…. Dan terpenting adalah… Appa tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.”

Yeosin menghentikan ceritanya. Ia mengerti jika anak-anaknya marah pada ayah mereka. Ia juga pernah marah pada ayahnya. Tapi ia tidak ingin anak-anaknya menyesal, karena tidak bisa membaca hati ayah mereka. Walau bagaimanapun ayah adalah ayah. Kaum yang lebih mementingkan tindakan dari pada ucapan.

Yeosin mengecup kening putra dan putrinya. Ia hanya berharap mereka dapat memahami ayah mereka.

 

Finn~~~

 

Selamat hari ayah semua… saya tau hari ini memang bukan hari ayah tapi hari ini adalah hari ulang tahun ayah saya… dan bagi saya hari ini hari ayah…

Aku g berani bilang selamat ulang tahun… tapi aku selalu inget… aku berdoa semoga Yang Maha Kuasa selalu menyertai ayah.

I Love U Daddy… Wish u all dbest… ur only one Daughter

>>deson<<

 

Read more: http://bambang-gene.blogspot.com/2011/06/42-fakta-nyata-tentang-ayah.html#ixzz1QlJqBwxI

 

Leave a comment

11 Comments

  1. tivaclouds

     /  September 19, 2011

    Aku hampir nangis bacanya~

    Jadi kangen sama bapak =(

    Like

    Reply
  2. Great!!!
    terkadang aku memang tak bisa membaca hati ayah
    tapi ff ini bisa membuka pandanganku tentang seorang ayah 😀
    Selamat hari ayah~

    Like

    Reply
  3. uwa…aku jadi rindu papi…
    papi semoga papi bahagia disisi-Nya..amin..

    Like

    Reply
  4. aah terharu bacanya :’)
    lucu anaknya kembar,,
    heechul pasti keren banget kalo jadi ayah >___<

    Like

    Reply
  5. LJK~

     /  December 25, 2011

    aaaa
    Sedih sedih baca ttg ayaah

    Like

    Reply
  6. Gak kuat baca nya.. Aku sampe bercucuran air mata . Ff nya bagus bgt!!!!!

    Jadi kangen ayah :”) hehe

    Like

    Reply
  7. sagittaliez

     /  May 20, 2013

    hampir nangis udah mau keluar 😦 ya ampuuunn kaa kata nya nyentuh bgt >.<
    untuk Appa ku saranghae ❤

    Like

    Reply

Leave a comment