BLIND and BLOODY

           BLIND and BLOODY

Author: -deson-

Picture: -IkANDonghae-

Cast: Han Hyena, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo, Han Yeosin, Kim Heechul, Lee Sungmin, Kim Kibum and other

Disclaimer: I just a little girl who like Romance Fantasi, the cast is not mine. Copy-Paste is NOT ALLOWED without my Permision.

LULUS SENSOR

Note: FF ini panjang banget jadi klo baca sebaiknya cari posisi yang enak ^^

happy Reading^^

BLIND and BLOODY

Seperti apa Stephanie Meyer menggambarkan sosok Edward Cullen?? Tampan?? Kaya??  Kurasa dia akan berpikir ulang jika ia melihat pria dihadapanku. Pria itu tidak bisa di gambarkan dengan hanya kata TAMPAN dan KAYA. Tapi… … entahlah, aku sendiri tidak tau apa yang berada di atas kata tampan.

Dia SEMPURNA kecuali Dunianya.

 

-deson-

Seorang gadis berjalan dengan langkah cepat menyusuri jalan yang sudah di terangi lampu berwarna-warni. Tangannya dengan sibuk membalas satu persatu pesan yang masuk. Belum lagi ia menuliskan pesan untuk atasannya dan sanak saudaranya. Ia juga harus menelepon kedua orang tuanya, pertama untuk mengucapkan tahun baru dan yang kedua permintaan maaf karena tidak bisa ‘mudik’.

Ia menghembuskan nafas panjang, mengambil sedikit jeda dari ‘kesibukan’ kecilnya. Tulisan ‘selamat tahun baru’ yang berjejer di outlet-outlet pinggir jalan sama sekali tidak menarik perhatiannya apalagi jika melihat pegawai-pegawainya memakai Haengbok modifikasi. Haengbok pendek dengan memerkan paha sampai atas bahkan dengan sengaja memarkan lekuk tubuh si pemakainya. Berbeda sekali dengan Haengbok yang ada di dinasti Juseon yang rapi dan sopan.

Aishhh… Kau tau ini tahun berapa? Jaman apa ini? Jaman dimana tekhnologi berkembang dengan pesat dan budaya hampir mati. Semua orang berpikir dengan logis dan mengindarkan tradisi turun temurun. Tradisi yang dianggap rumit dihilangkan dan diganti dengan sesuatu yang praktis. Intinya untuk apa menggunakan Haengbok yang berbelit jika ada yang praktis dan lebih terlihat sexy dan menarik.

Alat-alat di ciptakan untuk mempermudah aktivitas manusia, ia memandang ponsel yang sedari di genggamnya. Jadi untuk apa mengharapkan hal gaib untuk mempermudah pekerjaan. Hal-hal yang dianggap mitos seolah terlupakan dan hilang dengan sendirinya.

Tidak usah jauh-jauh, seperti Chuseok ini misalnya.

Bertahun-tahun lalu anak-anak pergi kerumah orang tua dan saling menggunjungi kerabat di tahun baru itu. Tapi sekarang, mereka hanya bertemu di sebuah dimensi hampa waktu yang tersambung oleh sebuah wireless. Bertatap muka, meski dengan jarak yang sangat jauh. Mereka bilang untuk mempererat tali silahturahmi tapi tidak perlu repot-repot datang dari suatu tempat yang berjauhan. Mereka benar, tapi nilai Chuseok menjadi semakin lemah.

Menggunakan telepon, webcam, communicator atau apapun yang mereka ciptakan tidak akan sebanding dengan perasaan orang tua yang bertatap muka langsung dengan anaknya. Tapi lagi dan lagi, kecepatan dan ketepan menjadi kendala. Semua orang berlomba untuk menjadi yang pertama. Para bos meminta karyawannya untuk tetap berkerja. Dengan alasan itu anak-anak mereka mengatakan pada orang tua mereka bahwa mereka sedang sibuk.

Gadis itu memelankan langkahnya. Sibuk?? Ia yakin bahwa ia sangat tidak sibuk. Kesibukannya adalah membalas pesan-pesan yang terus berdatangan. Ia tidak punya perkerjaan yang terlalu memaksanya selalu berkerja. Ia adalah bosnya sendiri. Ia berkerja atau tidak itu urusannya.

Gadis itu mengehentikan langkahnya dan memandangi bulan yang bulat sempurna. Bulan selalu menampilkan sisi berbeda dimatanya. Bulan selalu menampilkan hal yang terduga. Bukan kenikmatan berinvestasi untuk lahan yang akan dibuka di bulan. Tapi ia bisa melihat sesuatu dari bayangan bulan. Seperti televisi yang menampilkan sebuah drama, ia bisa melihat sesuatu disana.

Awalnya ia pikir bahwa itu merupakan salah satu iklan atau teknologi baru yang menggunakan bulan sebagai media. Tapi saat ia bercerita pada teman-temannya ia dikatakan sebagai pembual. Sejak saat itu ia tidak pernah bercerita pada siapun juga. Terkadang ia malah bisa melihat temannya sendiri dalam bayangan bulan.

Seperti saat ini, ia melihat seorang pria sedang melihatnya dengan pandangannya yang aneh. Pria itu sudah berkali-kali muncul saat bulan purnama penuh. Ia tau siapa pria itu. Ia juga tidak mempunyai ‘remote’ bulan untuk mengganti wajah pria itu dengan drama yang ingin dia tonton.

Ia lebih memilih mengacuhkan pria itu dan kembali berjalan. Ia harus menemui seseorang dan orang itu paling tidak suka menunggu dan paling tidak suka berbicara di telepon. Ribet. Gadis paling tradisional yang pernah ia temui seumur hidupnya-kecuali neneknya- gadis yang tidak terpengaruh pada teknologi dan hanya percaya pada sesuatu yang-kadang-kadang tidak masuk akal.

>>deson<<

“Sudahku bilang, aku tidak bisa kau bohongi.” Ucapan Hyena berimbas pada tatapan tajam Yeosin. Tapi gadis itu bukannya takut malah menghisap jus strawberinya dengan nikamat. “Kemarin aku melihat kau tidur di rumah Heechul dan kau bilang pada Jiyong bahwa kau sedang merayakan Chuseok di rumah nenekmu dan kau bilang pada Junsu bahwa kau sibuk dengan perkerjaanmu.”

Yeosin mengatupkan mulutnya tidak percaya, “Kau memasang kamera mengantai? Speaker rahasia atau apa?”

Hyena menatap Yeosin, “Apa kau menemukan alat-alat pengintip seperti itu diapatermenmu?”

Yeosin menggeleng.

Hyena menghembuskan nafas panjang. Teman-nya ini, satu-satunya teman yang percaya padanya tentang ‘drama bulan’-nya itu. Meskipun memori otaknya yang sempit dan tidak bisa di upgrade membuat gadis itu sering melupakan hal yang paling penting.

“Ah~ aku tau… drama bulan itu?!!” Akhirnya Yeosin bisa menyadari, hal yang terpenting itu.

“Aku melihat semuanya.” Ucap Hyena pelan. Hanya Yeosin yang mengerti hal itu. Hanya Yeosin yang mau mendengarkan cerita penuh ketidakmasukakalan itu. Mungkin karena hanya gadis itu yang masih percaya pada takdir dan keajaiban.

“Pantas saja aku merasa kau ada disana,” Yeosin melepaskan burger yang sedang di pegangnya, lalu menoleh pada Hyena, “Apa kau juga melihat yang ‘itu’?”

“Yang ’itu’ apa?” Hyena mengernyitkan keningnya tidak mengerti

“Katanya kau melihat semuanya.” Ucap Yeosin penasaran bercampur kesal.

“Iya aku lihat sampai… sampai… entahlah melihat kalian berdua sungguh membosankan. Saling bertatap muka selama bermenit menit. Sekalinya bicara hanya membicarakan sesuatu yang tidak bermutu. Tidak ada yang menarik.”

Yeosin menghembuskan nafas lega, “lalu apa yang kau lihat lagi setelah itu?”

“Aku melihat seorang pria. Dia kurus sekali. Dia tampak pucat.”

“Apa pria ini Park Jungsoo?” Mata Yeosin membulat penasaran.

“Bukan.”

“Ehmmm… Park Jungsin??”

Hyena menggeleng.

“Park Jungnim? Park Jisung? Park Jiman?”

Hyena tetap menggeleng.

“Park Jigong???”

Hyena memandang Yeosin tajam, “bukan. Bukan mereka semua”

Yeosin terdiam, jawaban Hyena membuat Kening Yeosin mengerut. Sepanjang eksistensi Hyena menjadi gadis dewasa yang mengenal pria, tidak pernah sekalipun ia mengucapkan nama pria selain Park Jungsoo. Pria menawan hatinya karena lesung pipi yang begitu menggoda.

“Aneh sekali. Dulu kau selalu bercerita panjang lebar tentang Jungsoo tapi hari ini kau tidak menyinggung tentangnya sama sekali. Ada apa ini?”

Hyena menerawang. Hmmm… entahlah tapi menurutnya intensitas pertemuannya dengan Jungsoo yang semakin menyusut membuat cintanya untuk Jungsoo juga memuai. Mungkin itulah kunci dalam suatu hubungan. Sering bertemu.

“Entahlah aku juga tidak tau. Tapi… kemarin malam dia mengunjungiku setelah satu minggu tidak bertemu. Dia bilang sedang menangani suatu kasus tentang orang-orang yang hilang. Dari wajahnya yang pucat kurasa dia benar-benar lelah. Aku ingin sekali memeluknya dan memberikan semangat.” ucap Hyena antusias.

“Hmmm mulai lagi…” gerutu Yeosin saat melihat kilatan mata Hyena saat membicarakan Jungsoo.

Hyena mencibir pelan. Bukankah Yeosin yang keheranan karena dirinya tidak membicarakan Jungsoo, tapi kenapa sekarang dia yang malah tidak respek pada ceritanya tentang Jungsoo, benar-benar gadis yang plin-plan.

“Bukan begitu, kau selalu saja terpaku pada Jungsoo. Dari dulu kau hanya melihat Jungsoo saja padahal ribuan pria datang padamu. Kau hanya bicara pada Jungsoo padahal banyak orang yang ingin bicara padamu,” Yeosin meneguk CoffeeMilk-nya, “kau hanya peduli pada Jungsoo.”

“Aku baru tau bahwa aku mempunyai banyak penggemar.” Ucap Hyena tidak peduli.

Yeosin melirik Hyena, “Apa kau tidak bosan selama bertahun-tahun terus memikirkan Jungsoo? Pria yang lebih senang mengejar buronan dari pada mengejar seorang gadis bodoh yang siang dan malam terus menerus membicarakannya. Pria yang senang duduk di meja intrograsi dari pada duduk kencan dengan seorang gadis.”

Hyena mendelik, “Maaf yah aku tidak seperti kau yang jika bosan dengan Heechul pindah ke Jiyong atau ke Junsu, Junho, Jongki, Junhyung, Jonghyung atau ke Jonghoon. Dan berapa banyak J lagi sebagai selingkuhanmu.” Hyena tau Yeosin bukan seorang playgirl. Gadis itu sangat setia pada Kim Heechul, tapi herannya ia jarang sekali berduan dengan Heechul, ia malah sering kencan dengan salah satu pria J-nya itu dan Heechul terlalu sibuk berkencan dengan dengan patung-patung ratu-ratu lilin jaman kerajaan, “Aku malah berpikir jika status kalian adalah palsu.”

Yeosin menatap Hyena datar, “Aku hanya benci Heechul karena dia terlalu mencintai perkerjaannya.” Ucapnya lirih.

“Kalau kau benci, apa yang kau lakukan di apartermennya tadi malam?”

“Aku dan Heechul hanya merayakan perpisahan kami,” ucap Yeosin lirih, “Dia akan pergi ke Roma dan aku tidak bisa ikut walaupun aku mau.”

Hyena merespon ucapan Yeosin dengan sangat lambat. Ia tau bahwa sahabat – mungkin ia harus menaikan derajat Yeosin karena toh hanya dia yang bisa dekat dan berbagi cerita dengan nyaman. “Kenapa???” kata itu meluncur begitu saja meski ia sudah menyimpulkan semuanya dari awal, sebuah hubungan akan hancur tanpa pertemuan, dan sahabatnya itu sudah membuktikan.

“Aku akan pergi ke Mesir.”

Mesir??? Satu kata itu menghancurkan asumsi Hyena. Bukan, tidak menghancurkan, tapi menunda keberhasilan hipotesisnya dalam teori hubungannya yang ia ciptakan, “untuk apa kau ke Mesir??”

“Aku akan mengantikan Cleopatra menjadi ratu disana.” Sebuah senyum mengembang di wajahnya. Mengerikan! Yeosin bukan tipe orang yang bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan. Hyena bisa melihat bahwa mata gadis itu lembab. Gadis itu pasti menangis semalaman.

“Hah?”

“Aku akan belajar tentang Psikologi yang ada di Mesir. Sepertinya cukup menarik. Aku juga butuh suasana belajar yang baru. Sepertinya Mesir yang panas lebih cocok untukku.”

Butuh suasana baru, Hyena mendelik. Orang yang ingin melupakan sesuatu cenderung akan mencari sesuatu yang baru, itu teori yang pernah di beritahukan Yeosin padanya. Dan ia yakin sekali Yeosin bukan sedang ingin mencari suasana baru tapi ingin melupakan sesuatu, “Kalau kau pergi. Lalu aku???” bukan, Heechul maksudnyabagaimana dengan pria itu, bagaimana dirinya sendiri???

Yeosin memutar bola matanya. Mata bulatnya yang kecoklatan dan postur tubuhnya yang tinggi, mungkin dia akan di disangka orang Mesir jika kulitnya sedikit lebih gelap. “Kau kan bisa melihat ku dari bulan sana.” Ejek Yeosin sambil tertawa lepas.

Hyena melemparkan serbet yang di pegangnya.

Gadis itu memang menyebalkan. Tidak pernah serius dan… … hangat. Hyena yakin jika gadis itu sangat sakit saat tertawa seperti itu. Dasar Psikolog, mengobati orang lain sangat mahir tapi melihat luka sendiri tidak bisa.

“Kau yakin dia tidak akan berselingkuh dengan Putri Roma?” tanya Hyena

Yeosin menggeleng, “jika menurutmu, intensitas pertemuan faktor utama dalam suatu hubungan maka menurutku, faktor utama dalam suatu hubungan adalah kepercayaan.”

Hyena mendesis, Jika dalam satu kota saja mereka jarang berkomunikasi, bagaimana jika mereka berada di dunia yang berbeda, Apalagi melihat tingkat kebawelan Yeosin yang sudah akut, bicara di telepon mungkin akan menghabiskan waktu yang lama, “Kau percaya padanya. Bahkan dia sendiri belum membuktikannya.”

“Karena itulah kepercayaan diberikan. Pada sesuatu yang belum terjadi. Jika sudah terjadi itu namanya fakta.”

Hyena mencibir, baginya Kepercayaan itu adalah sebuah besi jutaan ton yang di gantung dengan benang tipis dan rapuh. Satu sentuhan saja bisa membuat besi itu terjatuh menimpa kepala. Menyakitkan.

Tapi bukan Yeosin jika ia berpikir lebih logis. Yeosin terlalu sederhana di tengah teknologi yang serba canggih seperti saat ini.

>>deson<<

Hyena meregangkan lehernya yang terasa kaku. Ia mengedarkan pandangannya dan mendapati cafe yang ia tempati sudah kosong. Ia memang menyukai perkerjaannya sebagai penerjemah. Ia menyukai buku. Buku bisa membuatnya lupa waktu dan tempat. Seperti saat ini. Ia bahkan lupa jika ia sedang berada di cafe dan menghambiskan waktu lima jam tanpa melakukan hal apapun kecuali membaca.

“Kau sudah selesai???”

Hyena menoleh dan mendapati Hyukjae sedang menatapnya.

Hyukjae melepaskan tangannya yang menopang dagunya. Ia menguap kecil. Lalu duduk di hadapan Hyena.

“Kau belum pulang??” Hyena berbalik bertanya

“Kau pikir ini jam berapa?? Ini sudah lewat tengah malam dan kau masih saja membaca. Apa aku tega membiarkan kau pulang sendirian.” Hyukjae menyunggingkan senyum cassanovanya.

Hyena mengerutkan keningnya, “kau kan bisa memberitahuku bahwa kau akan tutup. Aku juga tidak akan keberatan untuk angkat kaki dari sini.”

“Tadinya aku mau memberitahumu. Tapi kau terlalu sibuk dengan duniamu sendiri.” Hyukjae kembali menguap, “kau bahkan membiarkan ponselmu terus berdering.”

Hyena langsung memeriksa ponselnya. Ia mendapati puluhan misscall dan SMS dari Park Jungsoo. Hyena hendak membalas pesan Jungsoo ketika Hyukjae menghentikannya.

“Dia tadi meneleponku katanya, dia akan menjemputmu. Tunggulah sebentar lagi.”

Hyena melirik jam di tangannya. Ia ada janji untuk mengantar Yeosin ke bandara. Pesawatnya penerbangan pertama, mungkin membuatnya hanya bisa mampir ke apartermennya sebentar lalu langsung pergi ke bandara.

“Kau tidak mau menunggu Jungsoo dulu??” tanya Hyukjae saat melihat Hyena bergegas.

“Aku harus ke apartemen untuk mengambil kado lalu pergi ke bandara.” Ucap Hyena sambil membereskan buku-bukunya, “kau tau kan Nona yang satu itu paling tidak suka dengan kata-kata terlambat.”

“Tapi Jungsoo Hyung??”

Hyena berhenti dan memandang Hyukjae, “hmmm… katakan saja terimakasih. Aku harus pergi.”

Hyukjae tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat Hyena melangkahkan kakinya keluar dari cafenya. Ia lalu membereskan tempat duduk Hyena lalu setelah itu, ia pergi ke lantai atas tempat Jiyoo menunggunya.

Hyena mengeratkan jaketnya. Musim gugur memang musim favoritnya tapi sekalipun ia tidak pernah berpikir untuk keluar di tengah malam seperti ini. Ia menggosok-gosokan tangannya yang mulai membeku. Ia mencari taksi karena bus sudah pasti tidak ada.

Hyena tersenyum saat sebuah taksi mendekat padanya. Ia mengulurkan tangannya ketika seseorang membekap mulutnya. Ia meronta tapi tangan itu lebih besar dan sigap darinya.

Ia merasakan sesuatu meresap ke dalam otaknya dan mematika saraf motoriknya. Ia merasakan tubuhnya diangkat lalu dimasukan kedalam kotak. Ia merasakan nyeri disekujur tulangnya dan setelah itu ia merasa dunianya gelap.

>>deson<<

“Hyun?!!!”

Pria yang di panggil Hyun itu menoleh. Ia mendecak kesal lalu melepaskan mouse yang ia pegang dengan berat hati. Ia hampir menyelesaikan permainan level terakhirnya jika saja gadis yang bernama Sun itu tidak terus-terusan mengomel.

Ia melewati Sun begitu saja. Ia paling tidak suka di ganggu, toh dia juga tidak pernah mengganggu aktivitas siapapun juga.  Ia senang dengan dunia yang dibuatnya sendiri dan melupakan dunia yang sebenarnya ia tinggali. Ia lebih nyaman dengan dunianya sendiri.

Ia menuruni tangga dan juga melewati pria yang sedang membaca koran begitu saja seakan pria itu tidak pernah ada disitu. Ia langsung pergi ke garasi dan menemukan sebuah kotak besar yang ditutup terpal hitam.

Ia membuka terpal hitam itu. Ia kaget saat melihat seorang gadis tertidur lelap dalam kotak berukuran kecil itu. Ia tertegun, wajah gadis itu sangat cantik. Ia terlihat sangat polos. Apa yang akan di pikirkan gadis itu jika menyadari keadaannya sekarang. Apa tidurnya akan senyenyak sekarang.

Ia menghembuskan nafas panjang. Senandainya ia mempunyai dunia yang biasa dan keluarga yang biasa-biasa saja. Mungkin akan berbeda ceritanya.

Ia memperhatikan wajah gadis itu sesaat. Gadis itu cantik. Ia seperti boneka dengan bulu mata yang panjang. Kulitnya putih seperti marmer. Kuat tapi halus. Bibirnya?? Ia tidak tau apa tapi ia ingin sekali merasakan bibir gadis itu. Perasaan itu kemudian ditepisnya lalu dikubur.

Ia kemudian membawa gadis itu ke suatu tempat. Tempat yang disediakan khusus – hmmm… mungkin Sun akan menyebutnya gudang makanan tapi baginya itu bukan gudang makanan tapi penjara.

Ia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang saat menyentuh kulit gadis itu. Ia harus mengubah pendapatnya tentang kulit gadis itu. Bukan marmer tapi entahlah tapi sesuatu yang menggambarkan kerapuhan yang dibungkus kecantikan. Secantik apapun gadis itu. Dia dalah gadis rapuh.

Biasanya ia memangku korbannya di pundak. Tapi kali ini ia ingin membopong gadis itu. Ia ingin melihat wajah gadis itu dengan seksama. Memasukan setiap inchi garis wajahnya ke dalam ingatannya. Gadis itu… ia ingin melindunginya.

>>deson<<

Hyena memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menguruangi rasa sakit. Novel terakhir yang ia baca tentang medis mengatakan bahwa asupan oksigen yang banyak bisa mengurangi sakit kepala. Dan sayangnya teori itu tidak berhasil padanya. Kepalanya terus berdenyut kencang dan pengelihatannya gelap. Bukan gelap, tapi ia memang tidak menangkap ada cahaya di sekitarnya.

Ia mencium bau darah yang begitu menyegat dan ia sangat membecinya.

“Kau sudah bangun???”

Hyena menggangguk sambil memfokuskan pengelihatannya. Ia melihat seorang pria sedang melihatnya. Wajahnya yang awalnya terlihat seperti pria yang ketus, sirnah saat tersenyum penuh aegyo.

“Siapa namamu??” Tanya pria lain yang juga tampan, tapi pria ini berbeda. Senyumnya dingin dan terlihat sangat misterius.

“Han Hyena.” Ucap Hyena yang masih bingung.

“Aku Lee Sungmin.” Ucap pria pertama.

“Kim Kibum.” Sambung pria kedua.

Hyena mengedarkan pandangannya. Ia masih merasa tidak nyaman dengan susana tempatnya sekarang. Ditambah dengan dua orang asing super imut dihadapannya. Bahkan kedua pria itu lebih imut darinya.

“Dimana ini??”

Sungmin dan Kibum saling bertukar pandang. Keduanya tidak pernah tau karena mereka datang dengan cara yang sama. diculik lalu dimasukan kedalam ruangan gelap. Semua alat komunikasi di copot dan arrghhh… mereka hanya menunggu.

“Kau tidak akan pernah percaya tempat apa ini.” Ucap Kibum

Hyena mengerutkan keningnya, “maksudmu?? Ini di alam lain begitu atau planet baru? Atau dimensi kedap waktu??”

“Itu kedengaran lebih bagus dari pada ini.” Sahut Kibum

Sungmin menatapnya dengan serius, “kau percaya jika kau masuk kedalam rumah Vampire?”

Hyena terdiam. Ia memandangi Kibum yang terlihat cuek, “Vampire?? Mana ada mahkluk yang seperti itu.”

Kibum tersenyum tipis, “didunia ini memang tidak pernah ada yang namanya Vampire tapi ada satu mahkluk yang lain.” Kibum menghentikan ucapannya sejenak, “KANIBAL.”

Hyena tertawa garing. Memangnya ini jaman apa? Ini jaman dimana android sudah mulai berkembang dan tekhnologi super canggih berkeliaran. Masyarakat sudah mulai maju dan organisasi tentang hak asasi manusia sudah ramai terbentuk, bahkan sejak puluhan tahun lalu. Jadi???

“Mana ada makhluk barbar yang hidup di jaman sekarang?” Meskipun setengah hatinya berkata bahwa selalu ada kemungkinan yang tidak pernah terpikirkan oleh otak manusia. Itu adalah kata-kata yang pernah diucapkan Yeosin saat ia bercerita tentang drama bulannya. KANIBAL, suku itu sudah punah. Orang-orang sudah mulai jijik dengan memakan daging saudaranya sendiri. Seperti orang yang sudah tidak makan bahan organik tapi sudah makan makanan cepat saji.

“Kami juga. Awalnya, tapi kita memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi.”

“Setiap orang yang di panggil melewati pintu itu, tidak akan pernah kembali kesini.”

Hyena melirik pintu yang ditunjuk Sungmin. Itu sederhana itu tampak tidak menyeramkan sama sekali. Hanya saja bau darah lebih ketara dari tempat lainnya.

“Apa kita harus merayaan anggota baru kita?” tanya Kibum

“Merayakan kematian kita???!”

Hyena mengerutkan keningnya, “hah??” ia masih tidak percaya pada dua pria pembohong di hadapannya.

“Kita akan mati.” Ucap Sungmin putus asa.

“Tentu saja kita akan mati. Cepat atau lambat. Tidak ada manusia yang bisa hidup kekal.” Segah Hyena. Semua keadaan ini memang tidak masuk di akalnya. Tidak logis.

“Seandainya bisa begitu Nona, aku lebih memilih mati di makan harimau dari pada dimakan para kanibal itu.” ucap Kibum tidak mau kalah.

Sungmin menepuk bahu Hyena, “Aku tidak tau bagaimana mereka bisa hidup di jaman seperti ini. Aku juga tidak tau kenapa aku bisa terperangkap didalamnya. Aku hanya berharap jika seseorang bisa menemukanku dan mempertemukan aku dengan istri dan anak-anakku.”

Hyena terdiam. Tidak pernah terpikir didalam otaknya memang ia tidak pernah yakin dengan ras kanibal. Memakan daging manusia?? Iashhh memang apa enaknya. Bukannya itu salah satu tindakan kriminal dan melanggar hak asasi manusia. Hak untuk hidup.

Hyena merasakan perutnya bergejolak. Ia memang tidak pernah ikut kampanye tentang Hak Asasi Manusia. Tidak pernah ikut campur dalam urusan orang lain. Baginya selama orang itu tidak mencapuri urusannya dan tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, ia tidak akan bertindak. Semua orang punya privasi, dan ia juga tidak ingin privasinya terganggu.

“Kau bisa melihat tulang belulang ini.” Kibum meleparkan sebuah tulang manusia yang masih baru. Bau darah langsung menyergap hidungnya dan membuatnya mual, “Mereka memang ada. Jadi haruskan mereka memakanmu dulu baru kau percaya jika mereka itu ADA??”

Hyena bergidik ngeri. Ia benar-benar mual.

>>deson<<

“Dia menghilang.” Jungsoo masuk kedalam sebuah cafe lalu mendekati Hyukjae yang sedang melayani pembeli.

“Siapa??” tanya Hyukjae bingung

“Hyena. Dimana kau terakhir bertemu dengannya.”

Hyukjae melepaskan cengkraman Jungsoo, “Demi Tuhan Park Jungsoo-ssi, aku sudah menceritakan kejadiaannya secara lengkap padamu.”

Jungsoo mengepalkan genggaman tangannya, “Aku tidak menemukannya sama sekali. Seharusnya kau mencegahnya pergi sendiri.” Jungsoo meninggalakan Hyukjae begitu saja.

“Kenapa dia??” tanya Jiyoo sambil menepuk bahu Hyukjae pelan.

“Hyena menghilang. Ia menjadi korban ke 9 orang hilang yang terjadi belakangan ini.”

Jiyoo membulatkan bibirnya, “Apa ini akan menjadi kisah cinta segitiga?? Cinta seorang penulis, polisi dan designer. Ya ampun dengan perkerjaan yang tidak nyambung seperti itu kenapa mereka bisa berada di satu tempat yang sama.”

Hyukjae memandang Jiyoo, “Tuhan tidak pernah menciptakan 3 hati dalam satu cinta. Mereka punya pasangan masing-masing. Jika ada orang ketiga diantara mereka maka itu bukan cinta, tapi ia adalah orang yang belum menemukan tempat.”

“Itukah sebabnya Jungsoo-Oppa masih merahasiakan statusnya dengan Sanni Eonni. Untuk menjaga hati Hyena??”

Hyukjae mengedikan bahunya, “Hanya Jungsoo yang tau.”

“Pokoknya mulai sekarang kau tidak boleh pergi sendirian,” Hyukjae memandang Jiyoo dengan intens, “Aku tidak bisa hidup jika kau tidak ada.”

Jiyoo membalikkan wajahnya yang memerah. Cinta adalah sepasang sayap yang saling melengkapi, bila tidak ada salah satu maka tidak akan ada cinta.

>>deson<<

Ia, Sea dan Sun. Sejak kematian orang tua mereka –ia tidak pernah mengklaim bahwa ia benar-benar anak mereka setidaknya hatinya yang terdalam tidak mengatakan demikian- mereka pindah dan membuat koloni yang baru. Koloni kecil yang sangat rapuh. Tapi bagi Sun dan Sea, itu adalah kebahagian yang tiada tara. Dunia seakan milik mereka, dan dirinya hanya seorang pesuruh.

Dan itulah yang dilakukannya sekarang, dengan semena-mena Sea menyuruhnya memberi makan peliharaannya. Jika saja orang tuanya masih hidup, Sea pasti tidak akan berani menyuruhnya. Ia sangat dimanja, mungkin karena ia anak laki-laki satu-satunya. Tapi sejak Sun lahir, dunianya berubah. Ia menjadi orang kedua. Dan setelah Sea datang -Sea berbeda koloni dia datang dari dunia sebelah barat- Sun lebih menyayangi Sea.

Ia tidak pernah menyalahkan kedua orang tuanya. Ia malah sangat berterimakasih pada orang tuanya yang telah merawatnya. Ia lebih sering menghindar, apalagi saat jam makan. Ia lebih suka makan sendiri, lebih tepatnya ia lebih suka sendirian. Ia juga tidak pernah menyalahkan Sun dan Sea. Ia hanya merasa ada yang salah. Ada yang hilang darinya.

Ia ingin seperti orang lain yang bisa hidup berdampingan dengan normal. Bukan hidup dengan perasaan ingin memakan. Bukan perasaan ingin memuaskan hawa nafsu. Dia ingin berbagi cerita pada orang lain. Menjadi penyanyi terkenal dan dilihat semua orang. Bukan seseorang yang bersembunyi di balik jati diri kedua orang tuanya dan menghabiskan waktu dengan bermain game.

“Mereka harus diberi makan agar sehat dan dagingnya enak.” Ucapan Sea masih terngiang dikepalanya.

Bagian yang ia benci adalah memberi makan ‘peliharaan’ Sea. Sea sangat sekeltif dalam memilih korban ia jenius dalam membuat polisi kebingungan. Tapi kali ini buruannya terlalu banyak dan menimbulkan sedikit kecurigaan. Sea terlalu gegabah dengan tindakannya. Dan siapalagi yang membuat Sea begitu bodoh jika bukan Sun.

Sun sedang mengandung dan membuatnya lebih rewel soal makanan. Sea yang bodoh hanya menuruti.

“Hyun~~ kau tidak boleh membuat mereka sakit.” Ancam Sea sekali lagi

Apa yang orang lain lakukan saat ngidam? Makan buah asam? Melakukan sesuatu yang aneh? Bermimpi artis idola? Tapi hal itu tidak akan menimpa Sun. Yang Sun inginkan saat ngidam adalah makan Jantung bakar anak gadis berusia 20 tahun dengan bumbu balado dan parutan Nederland Cheese diatasnya. >>gw jd berpikir ulang buat makan ayam balado di tukang nasi padang<<

Ia hendak membuka pintu gudang saat Sun menariknya dan mendahuluinya masuk kedalam. Sudah seminggu Sun tidak masuk gudang, bau darah yang menyengat membuatnya sering mual. Padahal setiap pagi Sun mengalami morning sick membuat Sea selalu kalang kabut.

“Aku ingin melihat stok makanan kita.” Sun melangkah tidak perduli.

Ia memperhatikan tubuh Sun yang masuk kedalam gudang. Tubuh kecil itu sekarang tampak sedikit lebih besar. Apakah karena ada calon baby??? Mungkin saja tapi harapan terbesarnya adalah bayi mereka tidak seperti orang tuanya. Seorang vampire. Ia lebih suka menyebut bangsanya sebagai vampire dari pada kanibal. Meski keduanya sangat berbeda. Vampir adalah makhluk mortal penyedot darah sementara kanibal adalah manusia yang memakan daging sesamanya.

Setidaknya vampir lebih keren dan berkelas.

Ctrekkk…

Sun menyalakan lampu. Ia bisa melihat seorang gadis duduk dengan anggun dibawah sorot lampu. Tatapannya penuh kebingungan. Matanya berkeliling menyapu ruangan dan melihatnya dan Sun dengan tatapan yang aneh.

Kaget.

Wajar jika gadis itu kaget. Siapapun tidak akan percaya dengan keadaan ini. Ia masih mencoba memasukan pikiran logisnya dengan apa yang ia lihat. Sayangnya semua yang dilihatnya merupakan barang asli bukan tiruan. Semua itu tulang-tulang dan potongan tubuh manusia asli.

“Aku ingin dia.” Sun menunjuk gadis itu.

Ada jeda waktu sekitar tiga detik. Dalam tiga detik itu muncul seribu pernyataan dalam 2 kepala yang berbeda dalam ruangan itu. Jika Sun membayangkan Jantung Bakar, maka ia berpikir bagaiman Sun bisa tega menginginkan hal yang sangat tidak masuk akal seperti itu. Sementara 3 lainnya bisa disimpulkan isi pemikirannya bahwa gadis yang bernama Sun itu benar-benar monster.

>>deson<<

Ctrekkk…

Cahaya lampu menerobos mata Hyena yang sudah terbiasa dengan gelap. Ia bisa melihat wajah Sungmin dan Kibum dengan jelas. Mereka benar-benar imut tapi sesuatu yang berada dibelakang mereka yang yang membuatnya tepana. Ratusan tulang dan daging yang terpotong-potong. Mereka tergantung tak bernyawa. Puluhan kepala tanpa tubuh yang dijejerkan diatas lemari seperti bola basket yang ditumpuk diruang olah raga.

Hyena bergedik nyeri. Ia ingin menangis. Ia tidak kuat lagi menahan rasa mualnya ketika ia melihat seorang gadis dan seorang pria masuk kedalam ruangan itu. Gadis itu tidak menarik perhatiannya sama sekali, tapi pria yang di belakangnya membuatnya tidak berkedip dan menahan nafas.

Apa definisi tampan??? Mempunyai kulit putih, hidung mancung, alis tebal, senyum menggoda, mata bulat hitam pekat dan tajam dan rahang yang sempurna. Tapi tampan yang ini tidak terdefinisikan, dia begitu sempurna tentu saja jika tidak melihat siapa dia sebenarnya- tapi kata tampan itu begitu mutlak dan membutakan mata wanita.

Seperti Edward Cullen yang tampan, sialnya dia seorang vampir yang tampan.

Seperti Percy Jackson manusia biasa tapi sayangnya dia mengalami gangguan pusat perhatian.

Dan kini pria dihadapannya, tampan dan lebih nyata dari dua tokoh yang ada di novel kesayangannya itu. Tampan, nyata dan Vampire. Ia berharap jika pria dihadapannya benar-benar seorang vampire – setidaknya ia bisa hidup abadi dan mendapatkan pria tampan, seperti Bella Swan. Tapi – kenapa harus ada kata ‘tapi’ di dunia ini – kenyataan memang tidak pernah seindah dongeng.

Dia dengan tatapan dinginnya menatap Hyena. Dia dengan auranya sendiri membuat siapapun bisa merinding. Dia adalah seorang kanibal. Dia adalah seorang yang nyata.

“Aku ingin dia.” Gadis itu menunjuk Hyena. Gadis yang tidak menarik bagi Hyena justru gadis itu menjadi pusat perhatian Hyena. Gadis itu. Tersenyum seolah sedang berbelanja di supermarket dan melihat ikan segar yang baru di ambil dari laut dan berniat membakarnya dengan bermacam bumbu.

“Aku ingin dia saat bulan purnama penuh nanti.” Gadis itu berkata pada pria dibelakangnya lalu berbalik. Tubuhnya seperti boneka barbie dengan kulit putih mulus tanpa cela. Ia terlihat seperti putri-putri dalam istana raja yang melakukan berbagai treadmen kecantikan. Belum lagi rok panjang yang ikut berayun saat ia berjalan. Sayangnya, dia seorang yang tidak pantas di sebut putri. Dia kanibal.

Hyena menunduk lemas saat kedua orang itu pergi.

“Sekarang kau percaya??” Sungmin menepuk bahunya.

Hyena memegang kepalanya yang masih terasa pusing. Prinsip dan kenyataan yang dia lihat saling berperang. Baginya hidup adalah pilihan. Seorang perokok bisa mati dengan cepat karena ulahnya sendiri. Seorang yang baik mendapat banyak bantuan dari orang lain karena dia memang pantas mendapatnkannya. Selama dia menjadi orang baik dan maka dunia akan baik padanya.

Toh, jika ada yang jahat padanya dia bisa melaporkannya pada Jungsoo. Jungsoo,… huffft,  ia merindukan pria itu. Pria yang selalu menolongnya. Pria yang beberapa minggu ini mengacuhkannya. Harusnya ia mendengarkan Hyukjae untuk menunggu Jungsoo bukan malah membiarkan gengsinya menang dan memilih pulang sendirian.

“Kau menangis??”

Hyena mendongkak dan melihat Kibum menatapnya penuh perhatian.

“Kau tidak usah takut…  kita masih mempunyai satu kesempatan untuk lari.” Kibum menunjuk sebuah lubang di balik tumpukan tulang.

“Mereka yang mati setidaknya memberi kesempatan kepada kita untuk kabur.” Ucap Sungmin

Hyena memadang lubang itu dengan ngeri.

“Kita pasti bisa kabur dengan selamat.”

>>deson<<

“Ayoo Hyena… sebentar lagi sampai.” Hyena memandang lubang kecil di hadapannya. Tangannya sudah pegal menopang tubuhnya merangkak melewati lubang yang pas-pasan belum lagi bau tanah bercampur darah yang membuatnya semakin lemas.

“Berikan tanganmu.” Kibum mengulurkan tangannya menolong Hyena keluar dari Lubang itu. Hyena menjabat tangan Kibum lalu keluar dari lubang menyedihkan itu.

Setelah Sungmin keluar dengan selamat mereka mengedap-endap keluar dari tempat itu.

“Dimana kita?” tanya Hyena asing saat melihat pemandangan yang sangat kontras dengan Seoul tempat tinggalnya.

“Sepertinya ini di daerah pegunungan. Aku tidak yakin tapi sepertinya ini hutan Lindung yang tidak boleh di diinjak oleh siapapun.” Jawab Kibum

“Kita harus segera kembali.” Ucap Hyena penuh perintah. Ia bukannya tidak suka. Mungkin ia akan menyukai taman bunga indah ini jika tidak mengingat tanggal kematiannya itu.

“Oo oow…” Sungmin menghentikan langkahnya. Beberapa meter di hadapannya sosok Sun menatapnya dingin. Hyena dan Kibum meneguk ludahnya. Gadis itu menatap ketiganya dengan bengis

“Lariii…”

Hyena langsung berbalik dan berlari setelah mendapat aba-aba dari Kibum.

“SEAAA~~~~”

Hyena mendengar gadis itu berteriak. Bulu kuduknya merinding. Ia memacu kakinya agar bisa berlari dengan kuat. Ia tidak peduli dengan bunyi perutnya yang kosong.

“Larilah…”

Hyena berhenti saat melihat Kibum berhenti. Ia mecondongkan tubuhnya untuk mengatur nafasnya yang masih tersenggal.

“Kenapa?” tanya Sungmin yang juga masih tersenggal.

“Kita tidak bisa berlari bersama. Pergilah biar aku yang menghalangi Sea.” Kibum merogoh sakunya dan mengerluarkan selembar foto lalu menyerahkan foto itu pada Hyena, “katakan padanya maaf dan… dia boleh berhenti mencintaiku.”

“Baiklah jika itu yang kau mau.” Sungmin membalikan tubuhnya dan bergegas berlari kembali.

Hyena memandang Kibum dengan tatapan tidak mengerti. Ia memasukan foto itu kedalam celana jinsnya. Ia memandang Kibum sesaat sebelum pergi.

“Aku tidak akan mudah mati.” Teriak Kibum pada Hyena dan Sungmin.

Hyena menatap langit yang sudah kemerehan. Mereka berlari di sepanjang hari dan memakan apapun yang mereka temukan di jalanan. Tidak ada waktu untuk memesan fast food dan yang lainnya. Baju yang di pakainya kini sudah kotor dan tidak nyaman. Sudah ratusan luka akibat gesekan ranting dan duri. Sakit? Ia hanya takut.

Mereka berjalan mengikuti arah matahari. Barat. Mereka tidak begitu yakin kemana mereka pergi, tapi mereka harus menemukan ujung hutan yang ini. Setidaknya jika mereka menemukan desa atau penduduk setempat mereka bisa selamat.

“Kenapa pemerintah harus membanggun hutan lindung seluas ini.” Gerutu Hyena yang merasakan kakinya hampir copot, “Aku perlu cadangan kaki.”

Sungmin hanya tersenyum mendengar gerutuan Hyena.

“Kenapa kau tersenyum?” ucap Hyena jutek

“Teruslah berbicara. Agar aku bisa yakin bahwa aku tidak sendirian disini.”

“Kau gila.” Rutuk Hyena

“Selamatlah… Jika aku harus pergi seperti Kibum. Ku mohon katakan pada mereka apa yang terjadi padaku. Agar kematianku tidak sia-sia dan tidak ada korban yang lagi.”

Hyena mematap Sungmin, “kita tidak akan mati.” Mulut Hyena bergetar saat mengucapkan hal itu. Ia sendiri tidak yakin dengan apa yang di ucapkannya, “kita tidak akan mati.” Ucap Hyena lagi untuk menyemangati dirinya sendiri.

>>deson<<

“Tunggu disini dan jangan kemana-mana.” Ucap Sungmin sebelum meninggalkan Hyena. Mereka sudah menemukan ujung hutan itu dan buruknya mereka harus melewati kawasan tebing yang curam. Sungmin berencana untuk masuk kembali ke hutan dan mengambil banyak buah-buahan. Mereka mungkin butuh banyak makanan nanti.

Hyena mendengus kesal. Ia memeluk tubuhnya sendiri. Angin laut mengayunkan anak rambutnya. Ia tidak tau dimana. Ia ingin menangis tapi tidak ada air mata yang menetes.

Ia menghembuskan nafas panjangnya sambi duduk di pinggir hutan.

Kreekkk…

Hyena menoleh. Ia bangkin dan mencari sosok Sungmin dari dalam hutan.

“Hyun… apa kau menemukannya?”

Hyena membulatkan matanya. Itu bukan suara Kibum atau Sungmin. Hyena mundur beberapa.

Dukkk… Hyena menabrak sesuatu. Ia membalikan tubuhnya perlahan dan menatap sepasang kaki manusia di hadapannya. Ia mengangkat kepalanya perlahan untuk melihat wajah si pemilik kaki itu. Ia menelan ludah saat melihat rahang keras itu, wajah keras dan mata yang tajam menatapnya. Meski tanpa senyum sedikitpun ia merasa bahwa pria itu mempunyai kharisma yang sangat hebat.

Hyena memaksa kakinya untuk bergerak. Ia mundur secara periodik lalu berlari sejauh yang ia bisa. Langkahnya terhenti saat melihat jurang di hadapannya. Ia menatap ke belakang dan melihat pria itu berjalan santai ke arahnya.

Hyena merasakan tangan dan kakinya bergetar hebat. Ia bahkan lupa caranya bernafas saat pria itu mendekatinya. Seolah seluruh oksigen di bumi ini di hisap oleh pria itu.

“Hyun~~”

Pria itu menoleh ke sumber suara sesaat. Hyena bisa melihat pandangannya berubah. Pria itu panik.

Pria itu mengulurkan tangannya lalu mendorong kening Hyena dengan telunjuknya. Hyena hanya bisa memejamkan matanya saat merasakan tubuhnya melayang di udara. Ia menggigit bibirnya saat tubuhnya menubruk air laut.

>>deson<<

Ia tau bahwa suatu saat akan ada pelarian. Manusia diciptakan dengan otak yang luar biasa hebatnya. Miliaran sel neuron hanya dalam 1300 gram dan ribuan keistimewaan lain. Bahkan saat terdesak pun masih bisa menciptakan suatu taktik yang hebat.

Mudah saja baginya menangkap pelarian itu dan memasukan semua buruan Sea kedalam kandangnya lagi. Tapi yang ia lakukan adalah mengikuti salah satu ‘makan’ Sun dan mengamati gerak-geriknya.

Awalnya ia gerah saat melihat mereka hanya berputar-putar di tempat yang sama dan melakukan hal yang bodoh. Tapi ia terus melakukannya. Mengamati wajah gadis itu dengan seksama seakan ia tidak pernah melihat seorang gadis sebelumnya. Tidak, bukan itu tapi dia seperti Sun yang menginginkan gadis itu. Tapi bukan untuk di konsumsi tapi untuk dimiliki. Gadis itu terlalu cantik untuk menjadi makanan. Terlalu sempurna untuk menjadi boneka.

Entahlah tapi sepertinya ia melupakan sesuatu yang sangat penting.

“Aku tidak mau tau… aku ingin gadis itu. Hanya gadis yang itu.” Ia tau bahwa Sun akan akan mengatakan hal tersebut. Ingin sekali ia memukul kepala Sea dengan godam. Ia terlalu memanjakan Sun hingga Sun menjadi manja seperti ini.

Ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya dan itu memang terjadi ia harus menangkap buruan Sea yang kabur. Semuanya. Sekali lagi, itu bukan pekerjaan yang susah baginya untuk melakukan hal itu. Ia bisa mengejar buruan itu lalu memasakannya untuk Sun.

Tapi kali ini berbeda.

Ia tidak ingin menangkap buruan Sea meski Sun akan merusak gendang telinganya kelak.

Ia melihat gadis itu sedang memukul-mukul kakinya yang pegal. Luka di tubuhnya semakin banyak. Ia ingin sekali mendekati gadis itu dan mengobati lukanya. Ia ingin mengajak gadis itu berlari dan menyimpannya di tempat yang tidak akan pernah di temukan oleh Sea dan Sun.

“Hyun… apa kau menemukannya?”

Sial, umpatnya dalam hati. Gadis itu berdiri dan terlihat panik tanpa dia sadari ia berjalan mudur dan menubruknya. Ia bisa melihat manik mata gadis itu bergoyang saat menatapnya. Gadis itu ketakukan. Bukan tidak hanya ketakutan tapi ia mencoba untuk memastikan dirinya bahwa semua ini bukan mimpi.

Gadis itu berhasil menguasai pikirannya lalu melangkah pergi dari hadapnnya. Ia terkesima saat melihat gadis itu berjalan menjauhinya. Tidak pernah ada gadis yang pernah sedekat ini dengannya selain Sun dan ibunya. Ia selalu menghindari semua gadis. Bukan karena dia tidak peduli atau tidak ada yang menarik. Tapi ia takut jika gadis-gadis itu menjauhinya dan ketakutannya terbukti. Ia menginginkan gadis itu tetap di dekatnya.

Tanpa ia sadari ia mendekati gadis itu. Gadis itu terpokok diantara dirinya dan jurang. Bukan jurang yang terjal tapi lumayan untuk melakukan jumpping gratis.

“Hyun…”

Ia mendecak kesal saat menyadari keberadaan Sea yang semakin mendekat. Ia harus menyelamatkan gadis itu. Ia menatap ragu gadis itu kemudian mengulurkan telunjuknya. Ia mendorong gadis itu hingga jatuh ke dalam air.

Tepat sebelum Sea datang gadis itu sudah menghilang di balik air.

“Apa kau menemukannya?” tanya Sea yang datang dari arah hutan.

Ia segera memasang air muka yang tenang kemudian menatap Sea, “Kau lihat ini jalan buntu.” Bukan sebuah pertanyaan tapi penyataan. Perintah yang ia susupkan untuk mengusir Sea.

“Kau benar. Dia tidak mungkin kemari.” Sea mengedarkan pandangannya kemudian pergi mencari buruannya.

Ia memastikan Sea sudah jauh kemudian menjatuhkan dirinya ke air. Ia melihat gadis itu sedang mengambang di air. Ia menepuk wajah gadis itu untuk membuatnya sadar. Gadis itu membuka matanya perlahan. Bibirnya terbuka membuat air masuk kedalam paru-parunya.

Ia menggeleng gadis itu tidak boleh mati sekarang. Minimal dia tidak mati tenggelam karena tidak berenang. Terdengar tidak elit. Ia segera menempelkan mulutnya ke mulut gadis itu lalu memberikan oksigen yang dia punya pada gadis itu. gadis itu harus hidup minimal untuk beberapa hari kedepan. Tidak. Dia harus hidup sampai waktu yang sangat lama.

>>deson<<

Hyena merasakan dunianya menjadi gelap. Dadanya sesak dan tubuhnya menjadi dingin. Sesuatu menariknya agar tetap di bawah. Ia sudah tidak mempunyai tenaga untuk berenang ke atas.

Hyena menutup matanya. Ia menangis. Ia bisa merasakan air matanya bercampur dalam air.

Sesuatu menepuk pipinya. Hyena membuka matanya. Hyena bisa melihat wajah samar yang sangat familiar di otaknya. Pria bulan dalan drama bulannya. Pria itu menepuk wajahnya dengan dengan penuh khawatir. Pria itu mengkhawatirkan dirinya. Pria itu menyentuhnya. Pria itu bukan khayalan.

Mungkin Yeosin akan menjadi orang yang paling senang jika mendengar hal ini. Pria bulan itu nyata. Pria bulan itu bukan sekedar ilusi dan dia benar-benar ada.

Pria itu mendekatkan bibirnya. Hyena bisa merasakan hangat bibirnya. Rasa hangat itu kemudian menjulur keseluruh tubuhnya. Ia merasakan oksigen yang banyak masuk kedalam tubuhnya.

Pria itu melingkarkan tangannya ke pinggangnya lalu menariknya ke permukaan.

Hyena membuka mulutnya saat ia menemukan udara. Pria itu masih mencengkram pinggangnya. Membiarkannya memeluk tubuh kekarnya. Pria itu kemudian menariknya ke darat lalu meninggalkannya begitu saja.

Hyena melihat punggung pria itu yang menjauhinya. Ia tidak bisa berteriak atau mencegah pria itu pergi. ada banyak pertanyaan yang ada d pikirannya saking banyaknya ia tidak tau mana yang menjadi prioritas. Ia hanya bisa mengatupkan mulutnya dan melihat pria itu semakin jauh.

Hyena mengatur nafasnya lagi. Ia mengumpulakan kekuatannya untuk duduk. Tangannya berhasil menopang badannya yang kemudian ambruk. Hyena tersungkur.

“Tolong…” lirihnya perlahan.

“Hyena… Hyenaaaa…” Hyena bisa mendengar suara seseorang, Jungsoo. Ia yakin bahwa itu suara Jungsoo, “bangunlah Hyena bangun.”

Hyena bisa melihat wajah Jungsoo dengan samar sebelum ia tidak sadarkan diri lagi.

>>deson<<

“Kau melanggar janjimu, Park Jungsoo.” Yeosin menatap Jungsoo tajam saat pria itu menanyakan kejadian yang dialami Hyena, “kau tidak boleh menanyakan hal itu.”

“Tapi ini sangat penting.” Elak Jungsoo, “Kita harus mencari tau penjahat itu dan memasukannya ke dalam penjara. Mereka sudah membunuh banyak orang.”

“Kau tau apa yang di alami Hyena. Bagaimanapun dia tidak akan menjawab. Kau hanya mengorek traumanya saja.”

Hyena memandangi dua orang yang sedang beradu mulut itu. Suara-suara berisik itu seakan menyadarkannya bahwa dia tidak sendirian. Ia sudah kembali ke dunianya sendiri dengan Jungsoo dan Yeosin.

“Kau bisa melihatnya sendiri. Hyena baik baik saja.” Ucap Jungsoo yang mendengar suara kikikan Hyena yang geli melihat dua orang dewasa bertengkar.

“Terserah, tapi selama Hyena menjadi pasienku. Kau tidak boleh menyentuhnya.” Ancam Yeosin.

“Ya Tuhan… Yeosin dia tidak kenapa-kenapa.” Jungsoo mengacak-acak rambutnya kesal.

“Luka badannya memang sudah sembuh tapi pikirannya belum. Dia masih harus menjalani beberapa terapi dan…”

“Aku baik-baik saja…” potong Hyena, “Aku akan menceritakan semuanya padamu.”

Jungsoo menyunggingkan senyuman kemenangannya sementara Yeosin melipat tangannya kesal tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

“Masih ada dua orang disana. Kami berpisah. Aku tidak tau mereka masih hidup atau tidak. Salah satu dari mereka memintaku untuk mencari gadis ini.” Hyena menyerahkan foto yang di berikan oleh Kibum pada Jungsoo, “sedangkan yang satunya aku tidak tau.”

“Siapa nama mereka?” Hyena menggeleng, “Apa kau melihat pembunuhnya?”

“Aku tidak tau. Gelap dan aku tidak bisa melihat dengan jelas. Aku hanya mendengar suara laki-laki dan perempuan. Perempuan itu menginginkan jantung bakar.”

“Jantung bakar???”

Hyena terdiam. Ia mengalihkan pandangannya dari Jungsoo. Ia masih bisa merasakan tatapan Sun yang menginginkan jantungnya. Rasanya seperti diberi beban jutaan ton dan terasa menyakitkan.

“Kau bisa berhenti jika kau tidak mau menceritakannya.” Saran Yeosin yang kemudian diikuti oleh anggukan Hyena.

Jungsoo tampak tidak setuju dengan usul itu tapi ia tidak bisa melawan. Hyena masih sangat rentan. Ia bahkan tidak terlihat seperti Hyena. Ia seperti patung dewi aphrodite yang mencoba tersenyum. Secantik apapun aphrodite, jika dalam bentuk patung. Tetap saja patung. Sesuatu yang tidak mempunyai kehidupan meskipun patung itu sedang tersenyum sekalipun.

“Sudah ku bilang dia melakukan hal yang sia-sia.” Yeosin duduk di sofa lalu mengambil majalah tidak mempedulikan tatapan Hyena.

Saat Hyena tersadar ia melihat Yeosin dan Jungsoo. Yeosin bilang Jungsoo yang menemukannya dan membawanya ke rumah sakit. Yeosin sendiri membatalkan penerbangannya ke Mesir dan memilih menjadi psikiater Hyena untuk beberapa waktu sampai saat yang tidak di tentukannya. Padahal selama ini Yeosin selalu menolak tawaran untuk berkerja sebagai psikiater. Tapi kali ini, dia yang memintanya sendiri.

“Kau tidak pergi ke Mesir, bagaimana dengan Heechul?”

Yeosin menatapnya, “Dia meminta waktu selama empat bulan. Jika dalam empat bulan itu dia tidak kembali maka dia membebaskanku untuk memilih pria lain atau menunggunya.”

“Menunggu? Sampai kapan?”

“Aku akan menunggu sampai aku benar-benar yakin bahwa dia tidak akan pernah kembali.”

“Bagaimana jika dia tidak pernah kembali.”

Yeosin memutar bola matanya, “Bagaimana jika kau berhenti bertanya macam-macam dan beristirahat. Jernikahlah pikiranmu dan besok kau harus mengatakan siapa yang kau rahasiakan itu padaku.” Yeosin merekatkan jas putihnya lalu menatap Hyena tajam.

“Darimana kau tau?” Hyena menatap Yeosin tidak percaya.

“Aku seorang dokter nona Han. Aku bisa saja membeberkan rahasiamu. Tapi para polisi itu ingin kau yang mengatakannya sendiri.”

Hyena mencibir, ia lupa bahwa Yeosin sangat suka mengurusi urusan orang lain, Yeosin selalu menanyakan apa yang akan ia lakukan selanjutnya meski ia sendiri sudah tau apa yang akan terjadi nantinya. Ia selalu tau tapi tidak pernah tau apa yang harus dilakukannya, “Yak~ berhentilah mengurusi masalah orang lain dan urusi saja urusan hatimu.”

>>deson<<

Hyena merasakan udara disekitarnya menjadi dingin. Ia membuka matanya perlahan dan sambil mengeram. Ia melihat sebuah silulet di dekat pintu. Ia memfokuskan matanya saat bayangan itu mendekat.

“Hyun~” ucapnya tidak percaya. Pikirannya berkata bahwa pria itu memang orang yang sang sama dengan yang ada di rumah kanibal itu. Tapi hatinya berharap bahwa dia bukan. Hanya seseorang yang berwajah sama.

“Aku tidak suka di panggil seperti itu.” ucap pria itu dingin, “Pergilah dari sini sebelum Sea dan Sun menemukanmu. Pergilah sejauh mungkin hingga aku pun tidak bisa menemukanmu.”

“Kau….” Hyena tercekat saat mendengar suara jernih pria itu. Dia pernah mendengar suara pria itu sebelumnya. Belum lagi menampilan pria itu yang 180 derajat berbeda dari sebelumnya. Kemeja merah kotak-kotak santai di tambah jins yang membuatnya seperti pria yang hidup di tengah mode bukan pria yang menghabiskan hidup di hutan belantara.

“Lebih baik aku tidak melihatmu dari pada aku melihatmu menjadi hidangan adikku.” Pria itu memakai kacamata hitamnya lalu berbalik, “pergilah.”

Hyena masih melihat titik dimana pria itu menghilang. Ia masih mencoba mencerna kata-kata pria itu. Dia terlalu ambigu. Dia begitu rumit di balik wajahnya yang lebih terlihat easy going.

Hyena memejamkan matanya. Ia berharap saat bangun nanti semua ini hanya mimpi. Tapi saat ia membuka matanya ia menemukan hal yang sama. Rumah sakit, gelap dan bau obat.

“Aaaaarrrggghhh…”

>>deson<<

“Kenapa dia tiba-tiba ingin pindah?” tanya Jungsoo begitu Yeosin mengatakan Hyena ingin pindah ke Seoul malam itu juga.

Yeosin mengedikkan bahunya.

“Baiklah aku akan menyiapkan mobil.” Jungsoo segera pergi dari hadapan Hyena dan Yeosin.

Yeosin membereskan barang-barang Hyena. Ia sengaja mendiamkan Hyena. Gadis itu masih perlu berpikir jernih. Yeosin tau Hyena masih bisa menggunakan pikirannya sendiri, ia akan meminta pendapat Yeosin jika ia benar-benar tidak butuh dan sudah mentok. Gadis itu bukan tipe gadis yang rubuh hanya karena sedikit gebrakan.

“Aku takut.” Ucap Hyena memecah keheningan.

Yeosin menatapnya dengan lekat, “semuanya akan baik-baik saja.”

“Aku takut.”

“Kau harus percaya pada dirimu sendiri. Kau harus percaya pada keputusanmu.”

Hyena menatap Yeosin, “percaya?”

“Kau bukan seorang atheis bukan? kau mempunyai tempat untuk mengadu dan jika kau inginkan aku bisa menjadi pendengarmu.” Yeosin memberikan Hyena sebuah liontin berwarna biru safir, “ini jimat keberuntungan. Terbuat dari batu sudah di bersihkan oleh air suci sebanyak 200 kali.”

“Kau tau aku tidak percaya dengan mitos dan sebagainya.” Hyena hendak mengembalikan jimat itu tapi Yeosin menolaknya.

“Mungkin suatu saat kau bisa menggunakannya.”

Hyena memasukan liontin itu kedalam sakunya secara asal.

“Hyena-ya… “

Hyena menoleh.

“Kau bisa mempercayaiku, jika kau mau.”

Hyena menggagguk.

>>deson<<

“Dimana Sea??”

“Sea sedang keluar mencari buruan yang hilang.”

Sun mundur beberapa langkah saat melihat tatapan dingin kakaknya itu. Sun memang tidak pernah dekat dengan kakaknya itu. Tapi Sun tidak peduli selama ia masih punya Sea disisinya.

“Kau masih menginginkannya?? Apa kau sudah gila???”

“Aku lapar Hyun… Aku lapar…”

“Jika kau lapar makanlah aku. Aku sudah muak melihatmu makan manusia. Aku sudah tidak tahan melihat kau menyiksa kaummu sendiri.”

“Hyun~…”

“Namaku Kyuhyun… bukan Hyun.”

“Oppa~”

Kyuhyun melembutkan tatapannya, suara Sun mengingatkannya meluluhkan tatapannya, “kau bisa makan nasi, jika kau mau aku bisa membuatkanmu bubur kimchi.”

“Oppa~”

“Aku hanya ingin mempunyai sebuah keluarga yang normal. Hidup bertetangga dan tinggal dengan damai. Bukan seseorang yang terus memburu kaumnya sendiri dan hidup berpindah pindah.” Kyuhyun mengalihkan pandangannya dari Sun, “Aku juga ingin mempunyai keluarga, membesarkan anak-anakku dan hidup bahagia bersama mereka.”

“Kau menyukainya? Katakan padaku apa kau menyukainya?” Sun mengalihkan wajah Kyuhyun agar menatapnya.

Kyuhyun mengalihkan pandangannya, ia tidak bisa melihat wajah Sun. Ia tidak bisa berbohong. Ia tidak bisa mengatakan tidak.

Sun melepaskan tangannya dari tubuh Kyuhyun, “syukurlah jika tidak. Karena sebentar lagi Sea akan membawanya untuk makan malam.”

Kyuhyun tersentak mendengar ucapan Sun. Gadis itu tersenyum puas, matanya berbinar sambil membayangkan makanan favoritnya akan segera terhidang.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya. Perlahan ia mundur kemudian menghilang dari pandangan Sun.

>>deson<<

Dduk…

Hyena membuka matanya. Ia tidak boleh tertidur. Tidak. Meski kedua matanya terus merapat. Ia takut jika ia tertidur maka mimpi buruk itu akan kembali datang lagi. Ia takut melihat bayangan pria itu. Ia takut.

“Kau mengantuk tidurlah…” ucap Jungsoo saat melihat Hyena menahan kantuknya dari spion.

“Aku baik-baik saja. Aku akan menemanimu sampai Seoul.”

Sepi. Hyena mengutuki dirinya saat ia tidak menemukan bahan obrolan untuk Jungsoo. Ia juga menyesal telah mengijinkan Yeosin untuk tidak ikut bersama mobil Jungsoo. Yeosin bilang harus memeriksa Rumah sakit itu sebentar dan menyusul ke Seoul besok pagi.

“Aku sudah menemui wanita yang ada di foto yang kau berikan kemarin.” Jungsoo memberikan sebuah file pada Hyena.

Hyena menatap file itu tanpa minat. Ia membuka perlahan dan menemukan data yang sama sekali tidak penting. Sampai saat ini ia tidak menyukai perkerjaan Jungsoo di tambah lagi sekarang Jungsoo terus menerus mengorek informasi darinya. Membuatnya semakin risih.

“Namanya Choi Eun-ri. Dia seorang pemilik wedding organizer. Dia tidak memiliki seseorang yang hilang. Apa kau yakin orang itu ada hubungannya dengan wanita itu.”

Hyena menggeleng, “Aku tidak tau. Pria itu hanya bilang aku harus menemukan wanitanya.”

“Tidak ada yang lain??”

Hyena menggeleng. Brukkk… Hyena terbanting ke sisi kiri mobil

“Kenapa?” tanya Jungsoo pada Supirnya

“Bannya kempes.”

Jungsoo mendecak kesal. Ia segera pergi keluar dan memeriksa mobilnya. Hyena dapat melihat wajah frustasi Jungsoo.

Hyena mengedarkan pandangannya kesekeliling. Hutan.

Hyena bisa melihat sebuah sorot mata yang sedang memandangnya dari dalam hutan. Sorot mata yang langsung menghujamnya begutu saja. Hyena menpleh pada Jungsoo yang masih sibuk dengan mesin mobilnya.

“Kau tunggu disini. Aku akan mencari bantuan.” Jungsoo menatap Hyena sesaat kemudian beranjak.

Hyena membuka pintu kemudian menyusul Jungsoo, “Oppa tunggu aku tidak mau di ting….”

Hyena menatap pria di hadapannya. Pria itu menggulum senyumnya dan tidak melepaskan tatapannya. Hyena mundur beberapa langkah tapi pria itu dengan sigap menarik tangannya dan membawanya menjauhi Jungsoo.

>>deson<<

“Bodoh.”

“Apa maksudmu mengatakan aku bodoh?” Sea memiringkan kepalanya meminta jawaban dari orang di hadapannya. Orang di hadapannya mencibir. Bibirnya di angkat sebelah menandakan ketidak peduliannya tapi dalam hatinya dia sangat peduli.

“Kau tau mereka sedang mencarimu dan kau dengan mudahnya menunjukan batang hidungmu sendiri.”

“Mereka tidak akan menemukan kita… kemungkinannya sangat kecil.” Sea mengelus pisau tangannya. Ia sudah bersiap untuk membunuh mangsanya.

“Tapi analisismu salah Sea.”

Sea meletakan pisaunya kemudian berdiri di sebelah Kyuhyun yang dari tadi berdiri menghadap ke pekarangan. Sea mendelik saat melihat sekitar lima orang polisi dengan 3 anjing pelacak bergerak menuju rumahnya. Mereka melewati semua jebakan-jebakan Sea dengan mudah dan tampa celah.

“Mereka datang.” Ucap Kyuhyun saat para polisi itu masuk ke gerbang utama.

“Kabur.” Sea berbalik kemudian mengambil pisau kecilnya. Ia langsung berlari ke kamarnya dan mengambil senjata sebanyak yang ia bisa bawa, “Sun lari… mereka menemukan kita.”

Sun yang sedang memberi makan kucingnya langsung berdiri mematung, “apa?”

Sea mendekati Sun lalu mencium bibir Sun mesra, “Kita akan baik-baik saja.” Sea menggandeng tangan Sun menuju Pintu belakang, “Hyun, bawa dia juga.” Sea menujuk gadis itu dengan dagunya.

Kyuhyun mendecak. Gadis itu menatapnya dengan sorot mata ketakutan. Ia tau gadis itu ketakutan meski ia berusaha untuk tidak menunjukannya.

Kyuhyun mendirikan gadis itu. Ia mencekram tangan gadis itu. Ia ingin sekali melepaskan ikatan yang ada di tangan gadis itu. tapi ia tidak mau mengambil resiko.

Ia berjalan di belakang Sea yang menggandeng tangan Sun. Mereka melewati lorong bawah tanah yang di buat oleh Sea untuk kabur. Lorong yang seperi labirin yang di tengahnya rumah mereka dan di ujung labirin ada jalan keluar, jalan menuju lubang buaya dan jalan buntu. Jalan itu juga yang di pakai oleh gadis itu untuk kabur. Hanya saja mereka tidak salah jalan dan menemukan jalan keluar.

Kyuhyun melirik gadis di sebelahnya. Jantungnya terasa berdebar. Seumur hidupnya, modusnya tidak pernah tercium oleh siapapun. Mulus dan tanpa cela. Dulu ia selalu berburu membunuh dan melakukan apap yang di minta ayahnya. Tapi ia selalu tidak suka dengan bau darah. Ia benci darah.

Gadis itu oleng dan kulitnya menyentuh kulit Kyuhyun membuat jantung pria itu berdetak lebih kencang lagi. Kini ia yakin bukan pengejaran ini yang membuatnya deg-degan tapi gadis di sebelahnya yang memapu membuat lututnya bergetar hebat.

“Kita sudah sampai.” Sea menggendong Sun menaiki tangga yang cukup curam. Tangga itu sangat tinggi dan besar membuat Sun yang kecil itu tidak bisa menaikinya terlebih lagi ratusan buaya kelaparan yang ada di sebelah tangga.

Kyuhyun melirik gadis di sebelahnya. Gadis itu tidak mungkin menaikinya sendiri. Kyuhyun mencengkram kedua lengan gadis itu. Gadis itu menatapnya penuh tanya. Ia kemudian menaikan gadis itu ke bahunya kemudian mulai memanjat tangga itu perlahan-lahan.

>>deson<<

Mereka ada di dunia bagian lain. Batin Hyena masih berkecamuk. Ia takut. Bukan takut karena kematiannya telah di tentukan tapi ia takut bila kematian itu tidak semudah yang ia bayangkan.

“Sea…” gadis yang bernama Sun itu terlihat kelelahan.

Sea mengacak-acak rambut gadisnya.

“Kau mau apel?” tanya Hyun yang entah dari mana pria itu menemukan sebuah apel.

Sun menggeleng. Tentu saja ia menggeleng. Sun bukan seorang pecinta buah-buahan dan ia akan lebih memilih daging manusia dari pada buah.

“Makanlah.” Hyun melepaskan lakban yang menutupi wajah Hyena. Ia menaruh apel merah itu di tangan Hyena.

Hyena menatap apel itu ragu. Mungkin jika di lain kondisi ia akan menolak apel itu. ia takut apel itu ada racunnya. Tapi kali ini, mati keracunan atau mati di bunuh para kanibal itu tidak ada bedanya. Sama-sama mati dengan cara menyakitkan. Sejenak terlintas di kepalanya. Bagaimana cara mati yang tidak menyakitkan.

Harusnya ia minta obat penahan rasa sakit dulu pada Yeosin sebelumnya.

“Mereka datang….” ucap Sea.

Hyena menajamkan telinganya. Ia bisa mendengar suara gonggongan anjing dan derap langkah yang tidak beraturan.

Jungsoo. Itu pasti Jungsoo.

“Kita lari.” Ucap Sea

Mereka berlari menembus hutan. Sea menggandeng Sun yang terlihat sudah semakin lemas. Sementara tangan pria yang satunya mencengkram tangannya. Ia tidak merasa ada pemaksaan dalam cengkraman pria ini. Ia merasa bahwa pria yang dingin bermuka dua ini sedang menyelamatkannya. Bermuka dua? Ia masih ingat malam ketika pria ini memperingatinya, seakan pria itu menunjukan sisi malaikatnya kemudian pria ini bersama saudara-saudaranya menculiknya lagi. Kemudian pria ini memberikan dia apel dan…

Entahlah Hyena tidak yakin dengan analisisnya.

“Aishhh…” Pria itu mendadak berhenti. Hyena mengedarkan pandangannya dan mendapati mereka hanya berdua.

Pria itu menariknya kebelakang dan menyusuri jalan setapak yang mereka lewati. Ia terdiam mematung saat melihat Sea dan Sun sudah terpojok di ujung jurang di hadapan mereka para polisi itu mengacungkan pistol mereka. Hyena melihat Jungsoo. Mereka menodongkan pistol ke arah Sea dan Sun.

“Jangan lakukan itu.” Hyena bisa mendengar gumaman Kyuhyun dengan jelas.

“Dimana Hyena?” tanya Jungsoo dengan mata yang mencekam Sea.

Sun dan Sea terdiam. Sun memegang perutnya sementara Sea menatap dingin tanpa ekspresi pada Jungsoo.

“Hana… deul… set…” Sea menarik Sun kedalam pelukannya. Ia kemudian membuat sebuah ancang-ancang lalu melompat setinggi mungkin ke belakang.

“Jangan di tembak.” Ucap Jungsoo saat melihat ke duanya terjun dari atas tebing. “Aku ingin mereka dalam keadaan hidup. Cari mereka dan juga Hyena.”

Pria itu menarik tangan Hyena lagi. Ia maksa Hyena untuk berlari. Hyena merinding saat melihat tatapan pria itu menjadi dingin dan… entahlah tatapan yang tidak mungkin dilihat untuk orang yang baru saja kehilangan saudaranya.

Ia tidak memberikan kesempatan Hyena untuk bernafas. Ia bahkan mengendong Hyena saat kecepatan lari Hyena menurun. Pria itu sama sekali tidak bicara. Tidak menatapnya, hanya berlari dan berlari.

Pria itu berhenti saat sampai di jalan yang besar. Ia mengacungkan jempolnya pada setiap mobil yang lewat. Aksinya berhasil ketika mobil Hyundai hitam berhenti.

Pria itu menebaskan pisau ke ikatan Hyena. Dalam sekali tebasan ikatan itu hancur. Pria itu kemudian mendorong Hyena pada Hyundai hitam itu.

“Kami tersesat dan mobil kami masih ada di dalam hutan.” Ucap pria itu lancar.

“Naiklah.”

Pria itu tersenyum pada Hyena. Hyena tau itu bukan semacam senyuman. Itu adalah cara pria itu mengancam. Ancaman yang manis.

>>deson<<

Hyena terkejut saat melihat rumah mewah di kaki gunung Daegu itu bisa dimasuki begitu saja oleh pria itu. Hyena sempat bertanya kenapa pria itu memilih pergi ke Daegu. Mungkin karena pria itu ingin melarikan diri sejauh mungkin dari kejaran polisi.

Hyena hampir menjerit tidak percaya saat melihat ratusan kaset game bertebaran di rumah itu. rumah itu kaya tekhnologi bahkan kunci utamanya menggunakan password dan sidik jari. Tidak ada yang tidak berbau tekhnologi di rumah ini. Smart tivi, penghangat ruangan otomatis, lampu otomatis, pintu geser otomatis dan hal lainnya berbau tis tis tis.

Pria itu merebahkan tubuhnya di sofa panjang. Ia langsung memejamkan matanya dan melipat tangannya di dada. Rambut kecoklatannya di padukan dengan kulit putih susunya mengingatkannya pada Ken-pasangan boneka barbie. Belum lagi bibirnya yang berwarna merah.

Hyena mengedarkan pandangannya kesekeliling. Ia mencoba mengamati rumah ini dengan seksama. Apakah ada telepon. Ponsel atau jaringan internet.

“Kau tidak bisa kabur.”

Hyena menelan ludahnya saat mendengar suara pria itu.

“Ini rumahku dan hanya akan menuruti perintahku.”

Hyena mendelik tidak percaya. Rumahnya??

>>deson<<

Hyena merapikan rambutnya. Setelah mandi ia merasa lebih baik. Semua penat, lelah, cape hilang begitu saja bersama dengan daki yang mengalir ke saluran pembuangan. Hyena memakai kaos kecil yang ada di lemari. Tidak ada baju untuk wanita disana. Satu-satunya hal yang berbau kewanitaan di sana adalah foto seorang wanita yang tengan memeluk putra kecil mereka.

Hyena hampir menjatuhkan sisir yang dia pakai saat melihat pria itu dengan kemeja dan kaos putih di bagian dalam dan celana hitam simple. Ia terlihat seperti manekin yang memamerkan baju termahal didunia. Bukan bajunya yang membuat dia tampan tapi dia yang membuat bajunya mahal.

Mereka duduk berdua berhadapan di meja makan sambil menyantap jjangmyeon yang ada di lemari. Tidak ada satupun dari keduanya yang berniat memulai percakapan. Hyena merasa canggung saat melihat pria itu dengan wajah bersih tanpa noda itu.

“Mereka tidak akan menemukan kita disini.”

“Kenapa?”

“Karena ini rumahku.”

Hyena menoleh, pria itu sedang menerawang. Berbagai ekspresi tertuang di wajahnya. Manekin itu semakin terlihat seperti patung.

Hyena mengutuki dirinya sendiri. Ia tidak tau apa yang harus dia ucapkan. Apa yang harus di katakan seseorang pada orang lain dalam kondisi seperti ini. Apa yang akan di ucapkan Yeosin saat mulai merecoki dirinya dulu.

“Ceritakanlah.” Ucap Hyena ragu.

Pria itu tertawa, “bagaimana aku menceritakan sesuatu yang bahkan kau sendiri tidak akan mempercayainya.”

Hyena mendengus kesal. Tentu saja ia tidak akan percaya. Bodoh.

“Tapi aku bisa mendengarkannya.”

Pria itu menoleh sejenak. Ia mengnarik nafas perlahan kemudian menghembuskannya.

“Namaku Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Tapi sejak… entahlah mereka mulai memanggilku Hyun dan aku sangat membencinya. Ini adalah rumahku dan yah kau tau ini rumah ku dan…”

Hyena menggenggam tangan Kyuhyun. ‘ceritakanlah apa yang ada di hatimu. Bukan di pikiranmu.’ Hyena mengingat salah satu kalimat ajaib Yeosin.

“Ceritakanlah Kyu, apa yang ada di hatimu. Bukan di pikiranmu.”

“Kenapa?”

“Karena Hati itu tidak pernah berbohong dan selalu percaya pada pikiran. Sekalipun pikiran telah berbohong padanya.”

“Lalu bagaimana jika aku berbohong padamu.”

Hyena memutar matanya mencari jawaban, “Ehmmm… Kau menyia-nyiakan waktumu.”

Kyuhyun menarik nafasnya, “Saat aku kecil, aku dan kedua orang tuaku bertamasya ke hutan. Orang tuaku tewas di tembak oleh pemburu, aku sendirian dan mereka menemukanku. Aku dirawat oleh mereka. Awalnya aku takut pada mereka. Saat Sun di lahirkan aku mulai terbiasa tapi aku tidak mau memakan apa yang mereka makan.

“Aku bersekolah, aku bermain dengan teman-teman dan aku melihat dunia dengan caraku sendiri. Aku tau apa itu manusia dan untuk apa itu manusia.”

“Aku melakukan apapun yang mereka katakan kecuali soal makanan. Aku selalu makan diluar. Jika mereka menyuruhku makan malam maka jawabanku adalah aku sudah makan diluar dan jika mereka menyuruhku sarapan maka jawabnya aku sudah telat ke sekolah.”

“Aku tidak mempunyai banyak teman. Sekolahku juga sekolah biasa dengan jumlah anak nakal yang luar biasa banyaknya. Mereka tidak pernah benar-benar melihatku.”

“Begitu kehidupanku sebelumnya lalu kemudian Sea datang dan mengubah segalanya. Sun menjadi manja dan cenggeng. Aku tau Sea menyukai Sun dan begitu juga Sun. Aku iri dengan keduanya dan aku mulai berfikir. Bagaimana dengan aku?”

“Aku melihat begitu banyak manusia yang tidak pernah di lihat oleh Sun. Mereka tertawa, tersenyum dan menangis. Aku tidak pernah merasakan hal itu karena memang tidak pernah ada orang membuatku tertawa, menangis, tersenyum bahkan marah.”

“Aku penasaran dengan kata-kata bahagia dan cinta…. aku selalu merasa ada yang kurang dalam hidupku…. aku hanya pernah mendengar kata sakit saat kepergian kedua orang tuaku untuk kedua kalinya. Aku ingin mengubah hidupku. Mengajak Sun dan Sea juga. Membuat sebuah keluarga di tengah kota. Seperti rumah ini. Aku membangunnya sendiri. Aku tetap merasa ada yang kurang.”

Hyena terdiam. Mangkuknya sudah kosong dan ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia meneguk air dihadapannya sampai kosong. Hyena bangkit lalu menaruh mangkuknya di tempat cuci piring. Saat ia berbalik ia mendapati Kyuhyun ada di hadapannya. Kyuhyun menaruh mangkuknya juga.

Hyena mudur dan mendapati ia terpojok. Ia menatap Kyuhyun dengan seksama. Hyena menyelami wajah Kyuhyun dengan seksama. Sepertinya ia mengenal wajah pria itu.

“Apakah foto yang ada di atas itu adalah foto ibumu?”

Kyuhyun tercegang, “kau… bagaimana…”

Hyena mengedikan bahunya, “kau mirip dengannya.” Hyena berjalan melewati Kyuhyun dan lagi-lagi tangan mereka bersentuhan.

“Hyena…”

Hyena menghentikan langkahnya kemudian berbalik.

“Ada yang tidak mengerti.”

“Apa?” Hyena mengerutkan keningnya.

“Cinta. Kenapa orang-orang menyebutnya cinta itu buta.” Kyuhyun mendekati Hyena.

Hyena memutar otaknya. Cinta? Jungsoo??

Aku menganggapnya hanya sebagai seorang adik. Tidak lebih. Jika dia mengatakan suka mungkin suka kepada kakaknya. Ucap Jungsoo saat mengungkapkan perasaannya pada Sanni. Hyena mendengar sendiri ucapan Jungsoo tapi ia tidak pernah peduli

Bukan begitu, kau selalu saja terpaku pada Jungsoo. Dari dulu kau hanya melihat Jungsoo saja padahal ribuan pria datang padamu. Kau hanya bicara pada Jungsoo padahal banyak orang yang ingin bicara padamu, kau hanya peduli pada Jungsoo. Ucapan Yeosin melintas di kepalanya.

“Ya… mungkin benar cinta itu buta.” Lirih Hyena

“Seperti apa?”

Hyena memalingkan wajahnya, “seperti tidak akan melepaskannya meskipun dia tidak menyukaimu.”

Kyuhyun menarik dagu Hyena menghadapnya, “seperti kematian orangtuaku?”

Hyena menggeleng. Ia mengigit bibirnya seakan ia tidak mau menceritakan rahasianya. Kyuhyun terus menatapnya meminta jawaban. Hingga akhirnya pria itu jera dan mencium bibir Hyena.

Hyena tersentak ia merasakan sapuan manis bibir Kyuhyun di bibirnya.

“Aku hanya ingin tau…” Ucap Kyuhyun menyerah pada Hyena yang masih bungkam.

“Kau mau… tau?” ucap Hyena ragu.

Kyuhyun mengangguk. Hyena menarik tangan Kyuhyun kemudian meletakannya di pinggangnya lalu melingkarkan tangannya di leher Kyuhyun.

Kyuhyun menyunggingkan senyumnya, “seperti ini?” Ia lalu mencium Hyena lebih ganas dari sebelumnya. Ia memiringkan wajahnya agar bisa menikmati setiap inci mulut Hyena.

Kyuhyun menggangkat tubuh Hyena lalu didudukannya di atas meja makan. ia masih terus menjelajah mulut Hyena dengan lidahnya. Ia meringis saat Hyena mengigit bibirnya dan hanya tersenyum saat ia menatapnya.

>>deson<<

Hyena mengubah posisi tidurnya. Ia menghadap Kyuhyun dan mengamati wajah Kyuhyun dengan seksama. Semalaman Kyuhyun tidur dengan memeluknya dari belakang. Hyena nyaman dengan posisi itu, ia merasa tubuh Kyuhyun memang diciptakan untuk dirinya bersandar.

Hyena membelai wajah Kyuhyun yang sehalus porselin. Ia ingat setiap inci wajah Kyuhyun. Wajahnya mengingatkan tentang pria di drama bulannya itu. Pria yang selalu dia lihat di saat bulan purnama.

Hyena memandang sejenak wajah pulas itu. Inikah namanya ikatan jodoh itu. Bahwa Tuhan telah menciptakan sepasang hati yang saling mencintai bahkan jauh sebelum manusia itu terlahir dan mendengar kata cinta. Dan Hyena di berikan kesempatan untuk melihat pria itu sebelum ia bertemu.

“Apa aku jatuh cinta padamu?” lirih Hyena pelan.

Hyena merapatkan tubuhnya yang masih polos kedalam tubuh Kyuhyun mengunci tubuh Kyuhyun agar tidak terlepas darinya.

“Kau mencintainya?” tanya Hyena saat Yeosin mengatakan bahwa ia dan Heechul jadian, “Dia kan seperti patung. Workholic, tidak mudah bergaul, selera humornya aneh dan terlalu cantik, sama cantiknya dengan patung yang dia teliti. Dan… … kalian belum lama saling mengenal.”

“Aku mencintainya. Tidak masalah kami sudah lama saling mengenal atau belum. Jika kami berjodoh cepat atau lambat kami akan menikah.”

Hyena menyandarkan kepalanya ke dada bidang Kyuhyun. Ia bisa mendengar dengan jelas detak jantung Kyuhyun.

“Kenapa kau begitu sempurna? Kenapa kau tidak sesempurna itu dimataku? Kenapa kau tercipta seolah untuk? Kenapa aku tidak bisa menegaskan perasaan ini? Kenapa bukan kau yang lain saja kenapa bukan kau yang ini?” Hyena mengertutu tidak jelas hingga akhirnya ia jatuh tertidur.

>>deson<<

Jungsoo mengebrak mejanya saat ia tiba di ruangannya. Ia menenggelamkan wajahnya di telapak tangannya. Dua orang di kejarnya menghilang. Mereka menjatuhkan diri dari tebing yang curam dan tidak berhasil di temukan lagi. Belum lagi Hyena yang di carinya tidak di temukannya.

“Lee Sungmin dan Kim Kibum sudah di temukan mereka sedang di bawa ke rumah sakit terdekat dan mendapat pertolongan.” Ucap Ryeowook yang merupakan asistennya di kantor.

“Pastikan mereka dalam keadaan baik dan korek keterangan mengenai para kanibal itu.” Jungsoo sebenarnya tidak percaya jika ia tidak melihat sendiri rumah para kanibal itu. Ia menyuruh Shindong untuk menganalisis semua tulang belulang itu dan menemukan Hyena. Ia berharap tes forensik terhadap tulang itu negatif dengan Hyena.

“Ada telepon dari seseorang.” Sooyeon mengintrupsi

“Siapa?”

“Dia hanya mengatakan nomor penduduk Hyena tidak ada yang lain. Dia ingin bicara denganmu.” Sooyeon menyerahkan telepon wirelessnya pada Jungsoo.

Jungsoo menatap telepon itu dengan ragu, “Yeobseyoo~”

“Hyena ada di Daegu di blok… …”

Jungsoo segera mengambil pulpennya dan mencoretnya di kertas yang ada di hadpannya, “Siapa kau?”

“Dia hanya menunggumu… hanya kau…”

“Tunggu siapa kau?”

“Aku bukan siapa-siapa…”

Ttut… ttut… ttut…

Jungsoo mendengus kesal. “Lacak nomor ini dan seregera pergi ke tempat ini.” Jungsoo menyerahkan alamat yang di berikan oleh pria asing itu.

“Sooyeon.” Jungsoo menoleh pada sekertarisnya itu, “Kabari Yeosin. Mungkin kita butuh Yeosin sekarang.”

>>deson<<

“Hyena-ya… Hyena irona…”

Hyena membuka matanya perlahan. Ia menyesuaikan matanya dengan cahaya sekitar.

“Hyena…”

Hyena memicingkan matanya, di hadapannya ada seorang gadis manis dengan rambut  panjang bergelombang, seyum miringnya mengingatkannya pada seseorang, “Yeosin-ah…”

Hyena langsung menarik selimutnyanya begitu menyadari Yeosin dan orang lain di hadapannya.

“Gwenchanaya.” Yeosin seakan mengerti kepanikan Hyena lalu menyuruh orang-orang itu keluar dari kamar.

Hyena mengamati tubuhnya yang sudah terbalut kemeja besar Kyuhyun. Bercak merah di sekitar tubuhnya sudah tidak semerah tadi malam tapi masih meninggalkan bekas.

“Tidak perlu takut… aku mengerti.”

Hyena mengerutkan keningnya.

“Nanti kau akan tau. Sekarang mandilah dan keluar mereka akan mengintrogasi mu. Jika kau tidak ingin aku akan mengatakannya.”

Hyena menatap Yeosin. Ia mengedarkan pandangannya, “dimana dia?”

Yeosin menatap Hyena sejenak, “Hanya ada kau disini.”

Hyena menatap Yeosin tidak percaya. Ia meremas selimut yang ada di hadapannya, “ini tidak lucu. Dimana dia? Semalam kami masih bersama.”

“Apa kau ingin mengatakan padaku bahwa kau melakukan ‘itu’ semalam. Kau ingin mengatakannya ke seluruh Korea dan dunia. Kau tau siapa dia? Bahkan kau tidak pernah yakin padanya dan kau menyerahkan milikmu pada pria asing itu.”

Hyena terdiam. Kejadian semalam begitu cepat. Ia tidak pernah mencium siapapun dan pria itu berhasil merebut semuanya. Pria itu yang sering dilihatnya di pantulan cahaya bulan. Pria yang sering membuatnya bertanya. Pria yang berhasil membuat Hyena percaya pada keajaiban..

“Mandilah aku akan menemuimu lagi jika kau sudah selesai.”

>>deson<<

Hyena menatap cahaya bulan yang bulat sempurna. Matanya terus menerawang jauh mencari sosok yang selama ini selalu muncul disaat yang tidak diinginkan. Sosok yang tidak pernah muncul lagi, padahal Hyena berharap bisa melihat wajah itu.

“Melamun lagi?” Yeosin membuat Hyena menoleh. Gadis itu menyerahkan sebuah undangan pada Hyena, “Kami akan menikah, Hyena-ya.”

Hyena menatap undangan itu dengan dingin. Ia tidak tau apa yang harus di ucapkan pirkirannya terlalu kalut.

“Jimat? Dandelion?”

Hyena melihat jimat yang dulu diberikan oleh Yeosin dan setangkai dandelion di tangannya.

“Dandelion. Bunga pengabul keinginan.” Yeosin ikut duduk di kusein jendela kamar Hyena mengikuti arah tatapan Hyena yang menuju bulan. Yeosin sudah tau kebiasaan Hyena dua bulan terakhir, siang hari ia habiskan dengan menejermahkan ratusan buku dan malam hari duduk di kusen jendela dan menatap bulan.

Yeosin mencoba menggerak-gerakan dandelion yang ada di tangannya menerbangkan putik-putik bunga itu, “Kau mulai percaya dengan mitos dan hal yang seperti ini?”

Hyena menyunggingkan bibirnya, “Yeah~~ Meski terkadang tidak masuk akal, tetapi disisi lain ketika posisi kita menjadi korbannya justru kebalikannya. ‘Mitos mampu mengalahkan sebuah logika dan keyakinan.’

“Kau masih menunggunya?”

“Aku akan menunggu sampai aku benar-benar yakin bahwa dia tidak akan pernah kembali.” Hyena menjiplak kata-kata Yeosin tempo dulu.

Hyena sebenernya tidak yakin dengan dirinya sendiri. Ia takut ia akan merindukan pria itu dan akhrinya menangis sendiri karena tidak menemukan pria itu. Hyena tidak bisa setegar Yeosin yang masih bisa tersenyum bahkan saat Heechul pergi jauh darinya. Hyena tetaplah Hyena, sekeras apapu ia melangkah setinggi apapun prinsipnya di junjung. Ia tetap seorang gadis yang rapuh. Seorang gadis yang bisa menangis.

Yeosin tersenyum, “Kau tau saat dirumah sakit dulu. Aku tau kau menyembunyikan sesuatu. Kau menyembunyikan identitas pria itu. Tanpa sepengetahuan Jungsoo dan kau aku menaruh sebuah kamera pengintai. Dan tebakanku berhasil dia datang menemuimu.” Yeosin menyerahkan sebuah kaset kecil pada Hyena.

“Jungsoo berhasil mengorek keterangan dari Sungmin dan Kibum. Sun dan Sea seperti cerita horor bagi mereka. Tapi begitu aku melihat video itu aku merasa ia tidak seburuk Sun dan Sea.”

“Aku yang menyuruh Jungsoo mengantarmu ke Seoul. Diam-diam aku meminta Heechul untuk melacak siapa pria itu. Melacak sidik jari dan apapun yang dia tinggalkan di kamarmu.”

Hyena memandang Yeosin, “kau menemukannya?”

“Tentu saja. Aku tau siapa dia. Terlebih sangat mudah mendapatkan data dari Heechul. Yah… kau taukan profesinya menyangkut silsilah manusia dan hidup orang banyak. Dia sempat menemuiku dan kami juga mengobrol banyak.”

Hyena mengeser duduknya menghadap Yeosin, “Apa yang kalian obrolkan?” Tanya Hyena semangat.

Yeosin tersenyum, “Dia bilang maaf, maaf karena dia bukan manusia yang sempurna.”

Hyena menatap Yeosin sejenak. Ia ragu. Ia takut. Tapi ia berharap Yeosin menceritakan lebih dari yang ia tau. Ia ingin Yeosin membawanya pada pria itu. Ia Yeosin membantunya

Hyena menyerahkan sebuah testpack pada Yeosin. Ia bisa melihat ekspresi kagaet Yeosin saat melihat tanda di alat itu.

>>deson<<

Yeosin menatap pria dihadapannya dengan kesal. Pria itu sama sekali tidak menoleh padanya. Iya yakin pria itu mendengarkan dengan seksama apa yang di jelaskan oleh Yeosin. Tapi bukan itu yang diinginkan oleh Yeosin. Yeosin ingin pria itu bergerak.

“Kau tau kau tidak membutuhkan psikiater. Kau cukup sehat dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.” Yeosin mendecak kesal.

“Sebenarnya apa yang kau cari. Apa yang kau butuhkan. Kau bahkan tidak tau apa-apa. Kau hanya membuang-buang waktumu.”

“Sembilan bulan dia menunggumu dan menantikan kehadiranmu. Siang malam dia terus bertanya padaku, memintaku untuk bertemu denganmu, merecoki perkerjaan Heechul tentang siapa dirimu sebenarnya. Apa kau tidak mengerti. Dia bahkan tidak pernah peduli pada duniamu. Dia hanya menginginkan kau. Kau sebagai manusia yang diciptakan untuknya. Setidaknya datang dan temui dia. Beri tahu dia bahwa kau memang ada. Kau masih mencintainya. jangan siksa batinynya.”

Yeosin menaruh selembar kertas berisi catatan di atas meja, “dia mungkin sedang meregang nyawa sekarang. Dia mungkin akan di cerca, di hina tapi dia tidak peduli. Dia hanya menginginkan kau. Meski hanya separuh dari DNA-mu saja.”

Yeosin membalikan badannya dan meninggalkan kertasnya dengan pria itu. ia tau pria itu akan membaca note yang diberikannya. Meski ia tidak yakin pria itu akan bergerak.

>>deson<<

5 tahun kemudian…

“Eomma~~” seorang anak kecil berlari kehadapan Hyena. Tangannya yang kecil kesulitan untuk memegang gulali yang besar.

Hyena menggedong anak laki-lakinya itu, “Aigoo siapa yang memberikan gulali padamu?”

“Adjusi.” Jawab anak itu polos

Hyena mengerutkan keningnya, “adjusi??” Hyena membersihkan mulut anaknya yang penuh dengan gulali.

Cho Yeonghon. Dia selalu mendapatkan sesuatu yang aneh saat Hyena sedang lengah. Misalnya saat ini, ia meninggalkan Yeonghon untuk membayar uang bayaran playgroup Yeonghon yang ternyata sudah dibayar oleh seseorang dan mendapati anaknya sudah mendapat gulali dari seseorang.

Yeonghon selalu mendapatkan benda-benda, mainan atau makanan dan selalu menyebutnya dari seorang adjusi. Hyena mendekap anaknya dengan erat. Ia takut saat Yeonghon menceritakan sosok adjusi itu. Ia takut orang itu berbuat macam-macam pada anaknya.

Hyena membawa anaknya jauh dari sekolahnya. Ia bergegas takut orang itu muncul dihadapannya.

“Eomma kita mau kemana?” tanya Yeonghon yang sudah mulai menguap di gendongan Hyena, “ngantuk…”

“Eomma harus menemui Imo dulu… nanti setelah selesai kita pulang.” Hyena membetulkan letak gendongannya kemudian menyebrang jalan.

Hyena harus berbicara pada Yeosin mengenai prilaku anaknya. Ia takut terjadi hal yang buruk pada anaknya. Terlebih pada perhatian orang asing itu pada anaknya. Ia tidak mau hal buruk terjadi pada anaknya.

Hyena sudah menghubungi Yeosin dan menurut Heechul Yeosin sedang berada di sebuah kafe dekat sekolah anaknya. Hyena tidak mau membuang waktu membuat janji dengan Yeosin terlebih dahulu. Ia takut. Ia memeluk tubuh Yeonghon dengan erat.

“Adjusi…” tiba-tiba Yeonghon bergerak dalam gendongan Hyena dan mencoba untuk turun.

Hyena membiarkan Yeonghon turun dan berlari menuju seorang pria yang sedang duduk dengan seorang gadis.

“Adjusi…” Yeonghon langsung mengulurkan tangannya meminta di gendong.

Hyena tertegun saat melihat pria itu mengendong anaknya. Ia masih ingat dengan wajah itu meski hampir 6 tahun pria itu meninggalkan dirinya.

Pria itu menatap Hyena dengan kikuk. Ia berusaha untuk menutupi wajahnya dengan tubuh kecil Yeonghon tapi rasa penasarannya melebihi rasa malunya. Pria itu menatap Hyena dengan ekspresi biasanya meski jantungnya berdegup dengan kencang, ia bahkan tidak mempedulikan rengekan Yeonghon di dalam gendongannya.

“Kyuhyun.” Lirihnya pelan

Mata Hyena kemudian beralih ke perempuan yang ada di hadapan Kyuhyun. Wanita itu menoleh dan…

“Yeosin…”

Hyena menatap Yeosin dalam. Yeosin tau keberadaan Kyuhyun selama ini dan dia tidak mengatakan apa-apa. Padahal gadis itu tau, setiap hari ia mencari Kyuhyun.

“Hyena-ya…”

“Kau mengecewakanku. Padahal aku sudah percaya padamu.” Hyena mendekati Kyuhyun hendak mengambil Yeonghon dari dekapan Kyuhyun tapi Kyuhyun mencegahnya.

Yeosin menatapnya seakan tidak pernah terjadi apa-apa, “sebaikanya kalian menyelesaikan masalah kalian sendiri. Kalian sudah tidak membutuhkanku.” Padangan Yeosin beralih pada Yeonghon yang tenang di dekapan ayahnya, “Hon-ah… sini Imo gendong… kita beli permen yang banyak.”

Yeonghon menatap ibunya dan tampak tidak rela melepaskan pelukan ayahnya. Ia harus menyerah ketika Kyuhyun menyerahkan Yeonghon pada Yeosin.

>>deson<<

“Aku yang membayar sekolah Hon… aku juga yang sering membelikan Hon mainan dan makanan tanpa sepengetahuanmu. Aku juga yang sering menemaninya bermain.“

Hyena menatap pria dihadapannya dengan dingin. Dia selalu berharap pria itu datang kehadapannya tapi tidak dengan cara yang seperti ini, “kenapa?”

“Karena aku takut. Aku tidak sesempurna yang kau bayangkan.”

“Sejak kapan?”

Kyuhyun memalingkan wajahnya, “Sudah lama. Aku bahkan melihatnya saat dia lahir ke dunia. Aku yang memilihkan nama padanya. Cho Yeonghon. Aku yang mengurus semua administrasi saat dia lahir dan membuatk dia bermarga Cho meski kita tidak menikah. Tapi aku tidak berani menunjukan wajahku di hadapanmu.”

Hyena membekap mulutnya tidak percaya. Ia pikir semua itu Heechul dan Yeosin yang melakukannya. Apalagi saat yang sulit yang di laluinya Yeosin dan Heechul yang melakukannya.

“Heechul hyung memintaku untuk membantunya dalam penelitian tentang pemikiran para kanibal. Kami meneliti banyak tulang dan mengidentifikasinya dan menyusun sebuah silsilah yang hilang. Sebagai gantinya aku meminta dia untuk menutup mulut tentang keberaanku padamu. Berkali-kali Yeosin memintaku untuk menemuimu. Tapi aku tidak mempuyai keberanian. Aku terlalu pengecut.”

Hyena mendesis, “bodoh.”

Kyuhyun menatap Hyena.

“Padahal aku sudah percaya padamu. Bahkan tanpa kau memintanya padaku. Aku menunggumu, hanya berharap kau bisa memampakan batang hidungmu disini. Setiap hari Yeonghon tumbuh besar dan bertanya siapa ayahnya. Kenapa ia tidak mempunyai ayah seperti Yeohee dan Namhee dan teman-temannya yang lain. Kenapa? Dan aku tidak bisa menjawabnya. Aku tidak pernah peduli Kyu… tidak pernah peduli dengan apapun yang menjadi masalalu. Kau berbeda dengan saudara-saudaramu dan itu cukup menahanku untuk tetap percaya padamu. Aku tidak pernah peduli dengan duniamu. ”

Kyuhyun mendekati Hyena kemudian memeluknya.

“Kau membuatku untuk percaya. Kau membuatku menjadi gadis yang rapuh. Kau membuatku menjadi sosok yang tegar di hadapan Yeonghon.”

Kyuhyun menghapus air mata Hyena, “Kau tidak tau betapa tersiksanya aku tanpa-mu. Berkali-kali aku lari dari hadapanmu dan pada akhirnya aku tetap memikirkan kalian berdua. Tapi aku tidak bisa mendekat. Aku merasa masih ada yang kurang dariku.”

Hyena menatap Kyuhyun. Ia tau Kyuhyun tidak berbohong. Ia tau Kyuhyun juga merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakannya

Kyuhyun mendekatkan wajahnya ke wajah Hyena kemudian mengecup bibir Hyena singkat

“Aku selalu merasa ada yang hilang dari diriku dan saat aku melihatmu. Aku tau bahwa aku kehilangan dirimu. Bahwa aku selalu membutuhkanmu. Kau lah wanita yang diciptakan untukku.”

Hyena tersenyum mendengar perkataan Kyuhyun lalu memeluk pria itu erat, “aku tidak ingin kehilanganmu lagi.”

>>deson<<

Yeosin menidurkan Yeonghon disebelah Namhee dan Yeohee. Mereka bertiga tidur kelelahan setelah seharian bermain bersama. Yeosin tidak keberatan menjaga Yeonghon untuk sementara waktu. Lagi pula ia bisa menjaga Yeonghon sambil menjaga anak-anaknya. Lagi pula Kyuhyun dan Hyena membutuhkan waktu lebih banyak berdua tanpa ada pengganggu. Dan tidak baik pula Yeonghon mendengar pembicaran dewasa kedua orang tuanya.

“Mereka sudah tidur?” Heechul menghampiri Yeosin kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang istrinya.

“Mereka sangat kelelahan.”

“Kau membiarkan Hyena dan Kyuhyun berduaan?”

Yeosin menggangguk, “mereka butuh tempat dan waktu.”

“Kenapa kau begitu percaya pada cinta mereka? Kenapa kau begitu yakin dan gigih untuk mempersatukan mereka?”

Yeosin berbalik dan menatap Heechul, “Karena cinta tidak lahir dari logika, tapi dari hati. Maka sehebat apapun sebuah robot diciptakan, mereka tidak akan bisa jatuh cinta. Karena cinta itu sederhana. Hanya perlu hati untuk merasakannya. Mereka punya hati tapi butuh kepercayaan dan keberanian untuk mengungkapkannya.”

Heechul tersenyum mendengarkan penjelasan Yeosin. Ia menarik Yeosin ke dalam pelukannya.

FIN~~~~~~~

Bolehkah sy narsis??? selain jago bikin ff yang g nyambung sama judul, Typo dan cerita galau dan g jelas, ternyata sy memiliki bakat lainnya yaitu membuat poster yg di bikin ikan dengan keringat segede jangung, bertabur TYPO ckckckckc mianhae chingu ya… mianhae… Sarang hae Sarang Lee Donghae /cipok Donghae/

Leave a comment

37 Comments

  1. Canibal??
    ga kebayang klo didunia da canibal beneran..
    gw lebih suka klo Sun n Sea dtembak mati aja daripada ngebiarin mereka terjun ke laut..

    Jahat banget bikin Hyena ditinggal Hyun..
    Kapan mereka nikah resmi??
    Hyena bener” udah ternoda sbelum dy nikah /PLAKK

    Yeosin jadi psikolog??
    Cocok bgt.. Biasanya kan dokter kejiwaan kayak gitu pikirannya juga ga normal kayak pasiennya /cipok Heechul

    Gw maklum bgt klo u emang miss typo tapi bisa ga ceh sekali-kali nulisnya yg bener 😦

    Finally,,, Saengil Chukae uri Deson ^_^
    Moga Yeosin makin langgeng ma Heechul (?)
    n u ga jadi miss typo lagi… Yg elitan dikit napa julukannya (Miss Korea ga masuk hitungan)
    Wish u all the best

    Like

    Reply
    • Kaum kanibal kan emang pernah ada tp g tau tuh skrg
      Kasian sun dr kmaren kerjaan nya mati mulu

      Gak tau tanya aja sm yg bsangkutan
      Udh bakat gw gw g tau hrz gmana lg

      Gomawo~~~

      Like

      Reply
  2. vanny

     /  October 18, 2011

    awal ke tengah aye kagak ngerti critanya
    tapi tengah ke end aye baru tau arah critanya seperti apa wahahahaha..

    baru di FF ini aku liat kyu agak minderan, biasanyakan dia narsis to the akut hehehe

    aniwei dah lewat jam 11 kan *liat jam*
    once again happy birthday buat dewi sonia yg cantik dan manis pujaan seorang pria bernama kim heechul wakakakak

    Like

    Reply
  3. lizzeaa

     /  October 18, 2011

    kanibal??????????????
    pertama kali baca mrinding,abis it mual ngebayangin tempat menskap hye na dkk,lembab bau darah,amis tumpukan tulang,sumpah saya pengen muntah waktu baca bagian it,,,,,,bagus bgt eon ini cerita murni dr pemikiran sendiri pa d adaptasi dr novel??????bahasanya ringan,pokoknya enk bgt bacanya……..

    aku pikir mau sad and,kasian bgt wkt hye na besarin anknya dri#terlepas ada kyu jga sbnarnya,yosin ma chull pinter bgt jga rahasia pe 5th g ktauan,sebenarnya msh penasaran ma kimbum siapa tu cwe…..trus nasib sun ma sea……d buat afsor eon…..:-)

    yg terahir*SAENGIL CHUKAEHAMNIDA*
    WIS ALLTHE BEST FOR YOU:-D
    sukses untk kuliahnya n terkabul sgala harapanya.amin.

    satu lg siapa yg edit posternya~~~sumpah kerend bgt ngiler saea8-)

    Like

    Reply
    • Hmm cerita ini it udh lm ada d leptop, mau ngelanjutin tp dpt inspirasi
      Pas kmaren g tau knapa tiba2 aj jd pengen nulis hehe

      Afstor?
      Nanti deh klo dpt ide lg hehe

      Makasi say
      Amiiin

      Yg ngedit fto it ikandonghae hehe

      Like

      Reply
  4. utit

     /  October 19, 2011

    lho,deson ultah ya.Saengil chukae #todong kue tart#
    dijamin si yuli pritania jingkrak2 karena di ff ini dia eksis bgt.
    Tetep semangat nulis y

    Like

    Reply
  5. vanny

     /  October 19, 2011

    bukan terlalu berbelit cuma otakku aja yg lum bisa adaptasi hehehe
    maklum aku baca pas nyuri jam kerja, so konsentrasinya berkurang hehe

    Like

    Reply
  6. KANIBAL???? menyeramkan tp klo g salah sih masih da khan orang yg seperti itu
    beneran nie ff panjangnnyo kaya kereta untung baca dari hp jadi bisa sambil guling-gulingan
    hehheeheheh
    waahhh kasian bgt Hyena ditinggal selama itu dan memikul beban sendiri…
    endingnya so sweet pertemuan tak sengaja yang berujung kebahagiaan ..
    wahh aku suka bgt
    hwaiting 4 teh Deson …

    Like

    Reply
  7. step it up dlu yahh eonn~~ heheh 😀

    Like

    Reply
  8. ceritany rada serem.sun kanibal sejati wkwk.sea jg.
    untg kyu beda.
    ckck akhrny kyuna ktmu jg.
    penasarn ma nasib sun ma sea?mati ato hdp yah.

    saengil chukae hamnida

    Like

    Reply
  9. wah keren banget.. aku g pernah baca ff tentang kanibal kaya gini..
    dan kata-kata puitis yang bertebaran di ff ini bener2 keren deh…
    eh iya, gimana nasip sea ama sun???

    Like

    Reply
  10. shiiiin

     /  October 29, 2011

    Harus dibikin love story nieh 1part lgi wkkwkwkwk masih ngegantung critanya

    Like

    Reply
  11. Ghye_

     /  November 11, 2011

    keren,,ga nyangka kalo kyu seolah-olah ninggalin hyena,
    tp nyatanya dia malah pemperhatikan hyena ma anaknya dari jauh…
    happy ending..suka ^^

    Like

    Reply
  12. LJK~

     /  December 27, 2011

    sweet
    Untung stelah 6 tahun hyena msih mau nerima kyu

    Like

    Reply
  13. huaa seru! tp agak bingung sama sun dan sea o.O
    kyu sm hyena romantis yaw, hehe

    Like

    Reply
  14. Itu mereka tinggal di hutan ya ? Jadi inget berita tapi bukan canibal melainkan psikopat , tinggal di hutan tapi tengah2 nya bolong nah disitu banyak org2 psikopat . Ini di indo

    thor masa dah saya nangis baca nya T___T apalagi sama penantian hyena yg sampe bertaun taun gitu , takjub deh!

    Kharisma nya dpt bgt kyu disini , jadi terpesona hahahaha

    wow bgt ff . Daebak! Suka sangat!!!! ^^

    Like

    Reply
    • Apanya yang di Indo??? yah mereka tinggal di hutan dan nomaden
      hmmmm karena orang yg bersangkutan tidak suka sad end maka dibikin Happy end padahal klo menurut aku bagusan sad end
      terimakasiiih^^

      Like

      Reply
  15. ya ampuuunnn sumpah aku waktu itu baca ff ini baru setengah, pas nyari lanjutannya di google gak ketemu dan akhhirnya ketemu jugaaa aaaaaaa sumpah ini ff thriller daebak!! romance nya dapet, ngeri nya dapet, apalagi yang pas hyena dikejar-kejar di hutan sama sun sama sea. tuh orang dua belum pernah ngerasain pizza, spagetti, daging rendang, ayam bakar dll kali yak sampe hobinya makan manusia -_- daripada jantung manusia bakar, enakan bebek bakar mbak /slapped/ keren keren pokoknya~~~~~~~

    Like

    Reply
  16. dng nyesek sekali pas bacanya yaa? Kyaaaaa*kabur

    Like

    Reply
  17. Aku puas banget bacanya.. Awalnya nggak bisa mbyangin kyuhyun jadi kanibal.. Tapi ternyata dia beda dari saudaranya. Ikut cemas sendiri wktu kabur sama kibum sungmin.. Si kyuhyun sweet banget lah. . Diem diem tetep mengutamakan anak istrinya (walopun belom nikah sih)
    Suka banget akuuu

    Like

    Reply
  18. Ayusyavitri

     /  April 4, 2013

    Sumpahhh keren abissss!! Jujur aku ga bisa komen apa2, ini bagus banget, kanibal? Gilaaa, ceritanya bikin aku deg-degan dimana kyuhyun yg selalu berusaha menolong hyena dari kedua saudaranya, bingung sea itu cowo apa cewe sih? Sempet khawatir, gimana nasib kibum sama sungmin tapi akhirnya mereka selamat juga, dan kyuhyun sama hyena terlibat dalam percintaan sehingga menghasilkan Cho Yeonghon, sempet kasihan sama hyena kenapa kyuhyun ga balik lagi nemenin hyena, tapi ternyata diam2 kyuhyun membiayai semua kebutuhan hyena dan yeonghon, dan akhirnya happy ending juga, aaaa berharap ada sequel untuk part ff ini!! Kereeeennnn abisss!! Sukses thor!! ^^

    Like

    Reply
  19. Multazam Nuzul

     /  May 19, 2013

    ini ff keren bgt…
    ff ttg kanibal prtama yg ku baca…

    pengen mual sumpah thor pas denger sun pngen makan jantung bakar tadi. perut rasanya diaduk aduk

    sun sama sea mati aja deh
    mnakutkan klo msh berkeliaran..

    Like

    Reply

Leave a comment