Because I am a Fool (바보라서) Part 3

Because I am a Fool (바보라서)

Apa itu pengorbanan? Berdiri dengan hati terluka, sementara dia memikirkan gadis lainnya.

Apa itu kesetiaan? Tetap bertahan menunggunya meski dia tidak pernah datang meski hanya untuk sekedar berterimakasih.

Lalu… Apa itu cinta?

>>deson<<

-Prev-

“Aku akan minta pihak manajemen untuk menyembunyikan kasus ini. Kau akan aman. Aku juga akan meminta teman-temanku untuk melindungimu. Kau jangan khawatir. Cepat atau lambat para fans akan melupakanmu dan kau akan bebas.”

Aku menatapnya sesaat. Aku harus berkata apa. Aku ragu dengan diriku sendiri.

“Lebih baik kita tidak bertemu lagi.”

Aku memandangi luka-lukaku lagi. Pedih.

Chapter 3

Tting ttong.. tting ttong…

Aku menarik selimutku lagi. Aku tidak ingin hari ini. Tidak ingin.

Aku ingin dari mimpi buruk ini. Aku ingin dan kembali ke diriku sebelumnya sebelum kejadian tadi malam terjadi.

Aku meraih ponselku yang mati. Aku sengaja membiarkan posel itu mati karena terus berdering dan minta diangkat. Aku tidak ingin berbicara dengan siapapun. Aku takut aku kembali merasakan sakit.

Tting ttong.. tting ttong…

Aku bangkit dengan malas. Bel apartermenku terus berbunyi dari subuh. Aku menggerutu kesal, “bukahkah aku sudah bilang aku tidak ingin bertemu siapapun.” Aku melepar bantal ke pintu kamarku.

Bodoh mana mungkin orang itu mendengarnya.

Aku melangkahkan kakiku dengan malas. Aku menuju dapur lalu mengambil segelas air putih.

Matahari sudah sangat tinggi. Mataku pun sebab karena menangis sambil tidur. Aku benar-benar tidak bernafsu untuk melakukan aktivitas apapun.

Bagaimana perasaanmu saat orang yang kau taksir berkata, aku tidak ingin menemuimu lagi.

Sakit.

Tting ttong.. tting ttong…

Aku duduk di meja makan. Ku sandarkan punggung ke senderan kursi dan ku peluk ke dua kakiku dan ku tenggelamkan wajahku disana. Aku tidak mempunyai semangat untuk menjalani hidup lagi. Jika reinkarnasi itu benar-benar ada. Aku ingin mengakhiri hidup dan menjalani hidup lainnya.

Krekkkk…

Aku tersentak pintu terbuka. Aku bisa melihat Hyojoo Eonni masuk kedalam dan menatapku tajam.

“Eonni…” lirihku

Dibelakangnya ada Appa, Eomma, Jaena, beberapa teman sekantorku dan adik bungsuku.

Aku menatap mereka satu-per satu. Mereka menatapku penuh tanya.

“Aku ingin mandi.” Ucapku untuk mengalihkan perhatian mereka dariku.

“Yeosin-ah.”

Aku menatap Hyojoo Eonni, “Aku tidak akan bunuh diri untuk hal seperti ini.”

>>deson<<

Lukaku terasa sakit saat menyentuh air. Semakin sakit jadinya saat aku tau jika ini bukan mimpi buruk semata.

Air mataku berlinang saat aku mengingat kejadian semalam. Aku ingin kembali ke hari kemarin dan menolak ajakan Ryeowook Oppa

Mereka masih menungguku sampai aku selesai mandi dan berganti baju.

Aku duduk di antara mereka. Pikiranku kacau.

Mereka semua menatapku dan aku tidak suka. Aku tidak suka menjadi pusat perhatian.

“Ada apa kalian semua ke sini?” tanyaku bodoh.

“Kenapa kau mematikan ponselmu?” tanya salah satu teman sekerjaku.

“Aku tidak mematikannya, ponselku mati sendiri.” Ucapku jujur.

“Kenapa kau tidak menjawab panggilan kami. Kenapa kau tidak membuka pintu.” Ucap Jaena.

“Aku baru bangun tidur.”

“Yeosin-ah apa yang kau lakukan. Kenapa kau berbuat seperti itu.” Tanya Eomma.

“Aku tidak mengerti.” Aku menggeleng frustasi. Pertanyaan mereka semakin membuat kepalaku sakit.

“Sejak kapan kau berhubungan dengannya?” tanya Appa.

Aku menatap Appa, “Kami tidak mempunyai hubungan apapun.”

“Jika kalian tidak mempunyai hubungan kenapa kalian bisa tertangkap netizen.” Ucap Hyojoo sambil menatapku garang.

Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya. Kejadian semalam kembali melintas dikepalaku. Tanpa sadar aku kembali meneteskan air mata, “aku tidak tau… kejadian itu tiba-tiba sekali.”

“Jadi kau benar-benar melakukannya Nuna?” ucap Hyoshin

Aku menatap adik bungsuku, “ne???”

“Kau dan Heechul-ssi di hotel Namsan.”

“Hotel?”

Belum sempat ak menjawab, seseorang memberiku sebuah surat kabar yang baru beredar. Disana tepampang jelas wajah Heechul yang sedang memelukku. Mataku terbelak saat membaca judul artikelnya.

“Super Junior Kim Heechul membawa seorang wanita ke sebuah hotel kemudian membuatnya menangis.”

Aku meneguk ludahku sendiri. Ku tatap orang –orang yang ada disekitarku. Aku tidak tau bagaimana menjelaskan semua ini.

“Apa yang dia katakan?” ucapku entah pada siapa.

“Dia bilang kalian dari namsan tower.” Ucap Jaena.

“Heechul hyung akan mengelar konferensi pers siang ini.” Ucap Hyoshin, “sekedar info.”

“Apa yang dia katakan padamu setelah kejadian itu?” tanya Hyojoo Eonni.

“Dia bilang agar kami tidak saling bertemu, dia akan melindungiku dan menyuruh orang-orangnya agar menutupi identitasku.”

Eomma membelai rambutku. Aku menyandarkan kepalaku ke bahunya sambil menangis.

“Jadi setelah melakukannya dia membuangmu, begitu?” ucapan Hyojoo Eonni begitu memekakan telingaku.

Tangisku semakin menjadi. Eomma memelukku dengan erat.

>>deson<<

“Dia memang suka berbuat hal yang aneh-aneh. Kadang-kadang tingkahnya tidak terduga.” Ryeowook Oppa mulai membuka pembicaraan.

Ryeowook datang setelah yang lain pergi. Ia bahkan sempat berdebat dengan Hyojoo Eonni. Hyojoo tidak ingin membiarkan ku sendiri sementara Ryeowook ingin bicara berdua denganku.

Akhirnya Hyojoo mengalah karena menurut Hyoshin, aku juga perlu bicara dengan Ryeowook. Hyojoo juga tidak ingin adu argumen dengan Hyoshin.

“Aku tau Oppa… kau sering membicaran semua member padaku. Aku sudah hapal.”

Ryeowook terdiam. Dari sorot matanya aku tau dia sangat kebingungan.

“Aku tidak tau harus berbuat apa.” Lirihnya, “Aku yang sengaja mengajakmu ke pesta perkawinan itu, aku tau hyung juga akan ada dan dengan sengaja aku meninggalkanmu sendirian.”

“Aku melihat berkali-kali menatapmu. Dia seperti kebingunangan. Dia berjalan ke arahmu kemudian dia menggelengkan kepala lalu berbalik.”

“Dia memilih menatapmu.”

“Begitu juga dengamu. Kau hanya diam dan menunggu. Tanpa berani menatapnya. Kalian harus bicara. Kalian harus membicaran masalah yang itu. Aku tau kalian saling menyukai, tapi kalian saling diam.”

“Tapi dia tidak pernah mengatakan jika dia tertarik padaku.” Elakku.

“Dia cemburu saat melihat kau akrab dnegan Changmin. Apa itu bukan suka?” tanya Ryeowook Oppa

Aku menunduk.

“Tapi aku salah. Aku salah menduga. Heechul Hyung hanya akan menyakitikimu. Dia membatalkan konferensi pes nya begitu saja. Dia tidak berbuat apa-apa. Dia hanya diam didalam kamar saat para manager ingin membicarakan hal itu.”

“Aku tau kau menyukainya bukan sebagai seorang fans.” Ryeowook Oppa menatapku, “Yeosin-ah tolong hilangkan perasanmu.”

Aku menatapnya tidak mengerti, bukankah kemarin dia yang bilang agar aku menghubungi Heechul tapi kenapa sekarang dia yang menyuruhku untuk berhenti menyukai Heechul.

“Dia bilang au tidak perlu menghubunginya atau bertemu dnegan dia lagi. Maka lakukanlah, itu kesempatanmu untuk pergi dan menutup hatimu untuk tersakiti lagi.”

Aku mengerutkan keningku, “Aku tidak mengerti. Apa maksudmu?”

Ryeowook menatapku dalam, “Aku tidak suka melihat kau dan dia menangis. Lupakan dia Yeosin-ah.”

>>deson<<

Aku menandang sungai Han yang terbentang luas di hadapanku. Sungai yang tenang itu seolah memberikanku kekuatan untuk terus bertahan. Suara anak-anak kecil yang berlarian menjadi pusat perhatianku. Mereka bergerak lincah di hadapanku.

Satu minggu berlalu dan Aku mulai lelah terus menerus berada didalam kamar dan menangis. Aku butuh mengalihan perhatian. Beruntung Jaena mengajakku menjadi crew di acara hari bumi. Kami mengadakan lomba menggambar untuk anak-anak TK.

“Nuna… aku crayon birumudaku habis.” Seorang anak laki-laki menghampiriku sambil menyerahkan kertas gambarnya yang hampir jadi.

Aku memandang gambar itu sejenak. Sebuah gambar dengan sungai Han yang jernih yang menjadi titik utamanya.

Aku memandang anak itu lalu tersenyum, “bagaimana jika kita membuat eksperimen?”

Mata polos anak itu menandangku dengan tatapan tidak mengerti.

“duduklah!” aku menepuk bangku di sebelahku. Anak itu lalu mengikuti ucapanku

“kita hanya butuh warna biru dan putih.”

Anak itu menggeleng membuat ujung rambutnya bergerak, “warnanya tidak sama. Aku ingin biru muda” Dia menyunggingkan bibirnya membuat lesung pipinya terlihat.

Aku mengambil kertas lalu mencoretkan crayon biru pada kertas lalu menimpanya dengan warna putih.

Dia terkejut saat melihat warna biru muda yang dia inginkan.

“Siapa namamu?” Ucapku sambil menyerahkan dua crayon itu.

“Park Juni.” Ucapnya sambil tersenyum.

“Hwuaaaaaa…. hiks… hiks… hiks…”

Aku menoleh dan mendapati seorang anak perempuan sedang menangis. Anak-anak lain yang di sekelilingnya mulai menertawakannya. Aku menyuruh anak lain untuk melanjutkan menggambar. Lalu kuhampiri anak itu. Aku berjongkok untuk mensejajarkan tubuh kami.

“Kenapa menangis?” bukannya menjawab dia malah semakin mengencangkan tangisannya.

“Gambarnya jelek seperti monster.” Ucap anak laki-laki lain berbadan besar.

“Sssttt…” aku menatap anak itu agar diam.

Aku melihat gambar oleh anak perempuan itu. Gambarnya acak-acakan. Tidak berbentuk, seperti benang kusut.

Aku tidak tega melihat anak itu di tertawakan. Aku kemudian menggendongnya ke luar dari kelompoknya. Aku mendudukannya di hadapan Juni.

“Gadis manis, siapa namamu?” Tanyaku sambil mengelus rambutnya.

“Lee Sunhae.” Ucapnya sambil mengelap air matanya.

“Sudah jangan menangis lagi.”

Sunhae menatapku dengan mata berkaca-kaca, “mereka bilang gambarku jelek.”

Aku tersenyum, “gambarmu tidak jelek, kau cuma butuh hmmmm… Pensil ajaib.” Aku menunjukan sebuah pensil bergambar spongebob.

Sunhae menatap pensil itu dengan takjub.

“Apa yang ini juga crayon ajaib?” tanya Juni dengan wajah polosnya.

Aku mengangguk.

Sunhae menatap pensil itu saat aku menyerahkannya bersama selembar kertas kosong, “Gambarlah.”

Sunhae menatap kertas kosong di hadapannya. Tangannya bergetar, “Aku tidak bisa menggambar.” Dia melepaskan pensilnya.

“Ini pensil ajaib. Semua orang bisa menggambar dengan pensil ini.” Aku mengambil pensil itu, “Yang kau butuhkan hanyalah membayangkan apa yang kau ingin gambar. Siapa yang ingin kau gambar?”

Sunhae memutar matanya, “Eomma, Appa dan Dongsun Oppa.”

Aku memutar otakku, “karena aku belum perah bertemu dengan orangtua dan Oppamu bagaimana jika aku menggambar orang lain?”

Sunhae menggangguk.

Aku menggenggam pensil itu kuat-kuat. Sudah lama aku tidak menggambar dan aku tidak tau harus menggambar apa. Akhirnya kubiarkan tanganku bergerak dengan sendirinya menyatukan garis dan garis yang terpisah kemudian membentuknya menjadi sebuah pola. Hingga akhirnya membentuk sebuah gambar yang sempurna.

Aku terkejut saat melihat gambar itu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku gambar. Gambar itu sangat detail dan sempurna. Meski hanya dengan sebuah pensil biasa tapi warnanya seperti hidup apalagi detail matanya. Seperti hidup.

“Aaaa Kyeopta…” Ucap Sunhae sambil bertepuk tangan

Berkali-kali Juni menggumankan kata “daebak.”

“Eonni… dia itu siapa? Mengapa dia sangat tampan?” tanya Sunhae

“Dia pasti kekasihmu, nuna?” ucap Juni

Aku terbelak, bagaimana cara aku menjawabnya.

“Iya dia pasti kekasihmu, karena dia datang kemari.” Juni mengarahkan telunjuknya ke belakangku.

Aku mengikuti arah yang ditunjukan Juni, Aku tidak percaya saat melihat seorang pria berjalan mendekati kami.

“Annyeonghaseyo,” ucapnya ramah meski pada anak kecil, “Bolehkan aku meminjam Seosangmim sebentar.”

“Seosangmim? Tch, aku bukan guru.” Gumamku.

Dia tersenyum. Manis. Sangat manis.

Aku mengalihkan padanganku dari wajahnya. Mataku menangkap gamabr yang baru ku gambar. Gambar wajahnya. Aku langsung menarik gambar itu tidak ingin dia melihatnya.

“Aku sudah bicara pada Jaena dan dia mengijinkanmu pergi bersamaku.” Ucapnya lalu duduk diantara Sunhae dan Juni dan itu artinya dia duduk di hadapanku.

“Maaf jika aku melanggar janjiku untuk tidak menemuimu. Aku menemui karena ada sesuatu yang ingin ku bicarakan. Penting.”

Aku memberikan Sunhae pensil untuk mengalihkan perhatiannya. Meski aku tidak bergitu yakin jika Juni dan Sunhae benar-benar fokus menggambar.

“Atau kau mau aku bicara disini dan merusak pikiran mereka dengan perbicaraan dewasa kita?”

Aku menatapnya. Kenapa dia tau apa yang aku pikirkan.

Aku menatap Sunhae, “Sunhae-ya, bisa menggambar dengan baik. Yang hanya kau lakukan adalah membayangkan orang yang ingin kau gambar lalu kau gambar seperti apa orang itu.” Sunhae menatapku lalu menggangguk. Aku kemudian menatap Juni, “Juni-ya… bisa kah kau menjaga Sunhea… nuna akan kembali nanti.”

Juni menggagguk mantap, “aku akan mengajarinya menggambar dengan baik.”

“Aku pergi dulu, Annyeong.” Aku mencubit pipi mereka sebelum pergi.

>>deson<<

Aku menatapnya sesaat. Aku bisa melihat wajah letihnya. Aku ingin memberikan vitamin penambah darah padanya, memberikan dia tonik atau yang lainnya agar dia merasa lebih baikan.

Tapi kuurungkan niatku.

Dia membawaku ke suatu tempat. Enatahlah aku tidak terlalu memperhatikan karena sibuk dengan pikiranku sendiri.

Dia menghentikan mobilnya di salah satu bangunan berwarna putih. Aku mendokak lalu mendapati plang rumah sakit di atas gedung itu.

Heechul membukakan pintu untukku, entah sudah sejak kapan ia keluar dari mobil.

Ia tidak menggunakan topi, masker atau kacamata. Ia bahkan sengaja memperlihatkan wajahnya kepada seluruh penjuru rumah sakit. Semua orang menatap kami dengan tatapan penuh tanya.

Heechul berjalan di sampingku. Wajahnya lurus kedepan mengacukan tatapanku yang menatapnya penuh tanya. Dia tidak menggenggam tanganku atau berjalan duluan. Dia tetap disampingku berjalan mengimbangiku.

Kami berhenti di ruang perawatan VVIP. Ia menatapku sesaat sebelum membuka pintu. Membuat pertanyaan di kepalaku semakin besar dan entah kenapa jantungku berdetak kencang.

Dia membuka knpo pintu membuatku berhenti bernafas.

“Masuklah!” dia menyuruhku masuk terlebih dahulu.

Aku menatapnya ragu. Aku takut.

Dia mennyentuh bahuku lalu menariknya kedalam pelukannya, “I’m Sorry…”

Aku semakin bertanya lagi. Kenapa dia menggunakan bahasa Inggris.

Mataku tertarik pada orang-orang yang melihat kami dari jauh. Mereka mepotret kami secara terang-teranganan.

Aku ingin mengatakan hal itu pada Heechul tapi pemuda itu malah menyuruhku masuk kedalam.

Aku bisa melihat banyak orang dalam ruangan sempit itu terlalu banyak orang hingga membuat kepalaku pusing.

Heechul berdiri di belakangku. Ia menyandarkan tubuhku di tubuhnya membuatku tetap berdiri.

“Dia mempunyai phobia, dia tidak suka melihat banyak orang dalam ruangan sempit.” Ucapan Heechul terdengar jelas di telingaku.

Bagaimana dia bisa tau hal itu??

“Baiklah, ku harap ini bukan usiran halusmu.” Ucap seorang perempuan paruh baya.

“Kami akan segera kembali dan menangih penjelasan kalian.” Seorang pria tua bangkit dari duduknya lalu mendekat ke arahaku.

Mereka semua bergerak dalam waktu yang bersamaan. Aku tidak tau berapa jumlah mereka yang asli, dalam mataku mereka terus bertambah dan bertamah banyak.

Mereka mendekatiku, membuatku kehabisan nafas. Keringat dingin membasahiku, tasku terjatuh begitu saja dari tanganku. Aku berbalik dan menyembunyikan wajahku di dada Heechul.

“Sudah ku bilang dia punya Phobia. Kalian menakutinya.” Ucap Heechul dnegan tubuh bergetar. Atau aku yang bergetar?

“Baiklah kami pergi.” Ucap salah satu dari mereka.

Aku mentup mataku. Aku tidak ingin melihat. Mereka membuat kepalaku berputar.

“Mereka sudah pergi.” Ucap Heechul di telingaku lembut.

Aku membuka mataku kemudian melepaskan pelukanku begitu saja.

Aku melihat seorang nenek sedang berbaring di kasur, seorang perempuan mungkin itu adalah anaknya dan seorang pria yang mungkin adalah suaminya di kiri kanan sang nenek.

“Lihat wajahnya memerah.” Ucap sang pria paruh baya sambil menatapku

Aku segera menyembunyikan wajahku dengan tangan.

“Kau tidak perlu takut.” Ucap perempuan itu ia menghampiriku lalu membimbingku untuk duduk di tempatnya disamping nenek yang sedang berbaring di kasur.

“Aku tidak takut, aku hanya bingung.” Ucapku jujur.

“Apa yang kau bingungkan? Apa anak itu tidak menjelaskan apa-apa padamu?” tanya perempuan itu. Aku menggeleng.

Perempuan itu lalu menaatap Heechul dengan galak.

“Aaaa Adjuma….” Heechul tergagap-gagap penuh penyesalan.

“Kau tidak boleh menyembunyikan apapun darinya. Dia itu calon istrimu, dia berhak tau.”

Aku menatap Adjusi yang ada dihadapanku. Dia tidak merespon tatapanku kemudian ku alihkan tatapanku pada Heechul. Bukan jawaba yang ku dapat tapi wajah merah tomat Heechul.

“Sejak kapan kau mempunyai Phobia itu?” tanya nenek yang sedang berbaring di sebahku.

Aku menatap nenek itu sejenak, “Sejak aku kecil.”

Nenek itu menatapku penuh perhatian, “jadi kau tidak pernah pergi ke tempat yang ada banyak orang?”

Aku menggeleng, “Aku pergi jika ruangan itu luas dan terbuka, tidak terlalu sempit.”

“Jadi kau hanya takut pada ruangan sempit?”

Aku menggagguk.

Kami mengobrol banyak hal. Nenek itu cukup cerewet, mungkin Heechul cerewet karena mempunyai nenek yang lumayan cerewet juga. ^o^v

Kami membicarakan tentang masa kecil Heechul. Kadang-kadang aku melihat wajah Heechul yang memerah malu karena rahasianya bongkar. Ia juga menceritakan tentang kerabat terdekat Heechul, dan seberapa dekat ia dengan Heejin kakaknya.

Pembicaraan terhenti karena nenek harus tidur siang. Dokter juga khawatir kondisi nenek memburuk karena ia terlalu banyak bicara dan tertawa. Bincang-bincang itu hanya lima belas menit tapi membuatku betah bersama neneknya Heechul.

Aku memeluk nenek sebelum pergi. Dia juga perpesan agar aku kembal lagi.

>>deson<<

“Kau mudah sekali akrab dengan nenek? Yang ku tau nenek tidak mudah akrab dengan orang.” Heechul duduk di kursi kemudi.

Aku menatapnya, “ku pikir karena nenekmu mudah menerima orang lain, karena menurut Jaena aku sangat payah dalam bersosialisasi.”

“Nenek menyukaimu, apa kau bisa menggangap nenek sebagai nenekmu?” tanya Heechul.

“Tentu saja, nenekmu sangat menyenangkan.” Ucapku semangat.

Heechul menatapku yang sedang menatapnya. Ia lalu mendekatkan dirinya padaku membuatku berhenti bernafas. Wajahnya tepat dihadapanku.

Sretttt…

Ia menarik sabuk pengamanku

Krekkk…

Lalu memasangkannya.

“Kau selalu lupa untuk memakai sabuk pengaman, aku harap kau tidak lupa pada ucapanmu barusan.”

Ia lalu menyalakan mesin lalu membawa ku ketempatnya menculikku.

>>deson<<

“… Miss Han? … Miss Han…” Jaena mengibaskan tangannya di hadapanku, “Kau melamun lagi.” Dia menghembuskan nafas kesal, “Aku seperti bicara dengan patung.”

Aku menatap Jaena dengan tatapan wajah tanpa dosa.

“Apa kau masih memikirkan masalahmu dengan tuan kulit susu itu, huh?” Jaena meniupkan poninya, “Kau tadi dari mana? Kau meninggalkan anak-anak sendirian.”

“Aku?? Bukankah tadi dia sudah meminta ijin padamu?” tanyaku pada diri sendiri. Bukankah Heechul bilang dia sudah menita ijin pada Jaena.

“Siapa? Kau ini membuatku khawatir dan kau malah pergi meninggalkan tugasmu begitu saja.”

Aku mengutuki diriku sendiri. Harusnya aku tidak mempercayainya begitu saja.

“Tuhkan melamun lagi…”

Aku menghela nafas. Terlalu banyak pertanyaan yang menghantui diriku sampai-sampai aku tidak tau harus memulai dari mana.

“Sepertinya kau butuh refresing, bagamana jika kita…” Jaena menunjukjarinya ke depan. Aku mengikutinya dan kulihat Junsu.

“Kau datang tepat pada waktunya.” Seru Jaena pada Junsu.

Aku mengerutkan keningku tidak mengerti.

“Memangnya kenapa?” tanya Junsu

“Sepertinya Nona yang satu ini butuh refresing… bagaimana jika kita pergi ke taman hiburan?”

Junsu menatapku kemudian menggangguk, “ide bagus.”

Jaena kemudia mengajakku agar ikut bersamanya. Sebenarnya aku lelah, tapi aku tidak ingin bayangan Heechul berkelebat di kepalaku. Bisa-bisa aku stress.

>>deson<<

“Kudengar kau sedang dalam masalah,” ucap Junsu saat Jaena sedang membeli softdrink. Kami baru saja menikmati dua wahana bermain. Yang menurutku sangat membosankan. Aku ingin sesuatu yang lebih menantang, tapi Jaena tidak menyukainya.

“Aku tidak pernah mengganggapnya masalah, aku pikir itu kecerobohanku.”

“Kau tidak usah merendah, lihat wajahmu. Kusut, pucat dan tidak beraura seperti dulu aku mengenalmu.”

Aku benci saat orang-orang bisa membaca pikiranku sedangkan aku tidak bisa.

“Mungkin kau mendengar cerita ini dari Jaena dan media massa, tapi dari sisiku ini bukan hal yang besar. Mungkin suatu kebodohan bagiku bisa tertangkap kamera dalam kondisi menyedihkan. Kau tau sendiri jika aku sangat ceroboh.”

Junsu menggenggam tanganku erat, “Kau bicara seolah hanya kau yang bersalah. Kau yang membuat dirimu sakit. Dengar Han Yeosin, jika aku tau dia menyakitimu maka akulah yang pertama kali sakit, karena itu panggillah aku jika kau butuh bantuan.”

Aku melepaskan tangan Junsu.

“Oppa aku tidak tau harus berbuat apa-apa lagi. Aku ingin kembali ke masa itu dan memperbaikinya tapi aku tidak bisa. Yang bisa aku lakukan adalah melupakannya.”

“Yeosin-ah…’

“Kau tau Oppa, tadi kami mengadakan acara untuk hari bumi. Kami ngengadakan lomba mengambar untuk anak-anak TK. Mereka menggemaskan, Oppa. Gambar mereka polos dan unik. Mereka bahkan percaya saat aku menceritakan dongeng tentang pinsil ajaib.” Aku sengaja mengalihkan pembicaraanku.

“Kau masih suka anak kecil?” ucapnya. Aku senang saat dia tidak melanjutkan kata-katanya lagi dan pengalihan obrolan kami sukses.

Aku menggangguk, “Mereka menggemaskan dan polos.”

“Kurasa anakmu akan bahagia melihat bahwa ibunya sangat menyukai anak kecil.”

Aku menatap Junsu tidak mengerti.

“Aku jadi berfikir, jika kau punya anak perempuan pasti akan secantik dirimu.”

Aku menggeleng, “Aku ingin anak laki-laki.”

“Wae? Bukankah setiap perempuan ingin anak perempuan juga.”

Aku menatapnya dengan wajah innocent-ku, “Aku ingin anak laki-laki lalu anak perempuan. Sepertinya menyenangkan.”

“Kau tau kemarin aku, Jaejong dan Yoochun menjadi salah satu acara yang arrrgg… aku lupa namanya… kami bertemu dengan anak-anak kecil lalu berfoto… kau benar… sepertinya anak laki-laki kemudian anak perempuan… mereka bisa saling menjaga.”

“Ehmm… kemarin aku bertemu dengan Changmin. Aku juga bertemu dengan adiknya.” Ucapku sambil menatap mata sipit Junsu.

“Jiyoung?” tanyanya

“Ehmmm aku tidak tau… dia pacar Donghae Oppa.”

Junsu menggangguk, “itu Chaesun. Kelakuannya tidak jauh dari Oppanya. Sama-sama setan. Kadang aku tidak mengerti bagaimana bisa setan bisa berpacaran dengan malaikat.”

“Mungkin takdir mereka untuk saling melengkapi.” Aku memamerka deretan gigi putihku.

“Bagaimana dengan kita? Apa kita juga bisa saling melengkapi?” tanya dengan wajah yang serius.

Aku terkikik, “Maybe… kau mengajari aku banyak hal. Mungkin tanpamu aku tidak akan seperti ini. Aku sangat berterimakasih.”

“Bagaimana jika kau membalas semua jasaku?”

Aku mengerutkan keningku, “ehmmm…. akan ku usahakan.”

“Yakin?”

Aku menggangguk, “selama aku bisa dan sanggup, akan kulaksanakan.”

Junsu menimbang-nimbang sesaat. Ia seperti ragu mengatakannya kemudian dia menggengam tanganku dan berkata, “aku ingin kita menjalani sebuah kencan.”

“Kencan?” aku mengerutkan keningkku. Tanganku terasa panas di tangannya yang dingin.

“Ya, seperti sepasang kekasih yang lainnya.”

Aku melihat wajahnya sesaat, apa yang harus aku lakukan. Aku menyesal akan mengabulkan keinginnya. Harusnya aku bertanya dulu apa yang dia inginkan.

“Apa kau harus berpegangan tangan dengan orang lain dengan pria lain di hadapan tunanganmu nyonya Kim.

Aku terkejut saat mendengar suara itu. Aku mendongkah dan mendapati dia tatapan marah pada tanganku yang sedang bertautan dengan tangan Junsu.

“Kim Heechul-ssi…”

TBC

Hayoo itu anak, anak siapa? bagi ibu-ibu yang mencari anaknya… tolong yah anaknya dijaga… kkkk

Bagi Park Juni… ibu dirimu kan designer minta ajarin ngegambar dong kkkk

Untuk Lee Sunhae… jangan mentang2 orang tua kalian itu doyan nangis kamu juga jadi keran bocor… #note gaje

Okey… nanti bakal ada kuizz dengan hadiah spesial FF… pertanyaannya akan diberikan seminggu lagi… so Stay on in this chanel #plaaaak…

Leave You’re Comment please

_deson_

Leave a comment

22 Comments

  1. vanny

     /  June 27, 2011

    kyaa…. aku cemburu..
    napa junsu megang2 tangan yeosin?? *ngasak golok bareng ichul*
    keknya di sini ichul pecemburu buta ya??
    wkwkwkwkwk…. keknya bakat nangis sunhae nurun dari bapaknya ya???
    kalu bakat cerewet maknya turun ga??/ hahahahaha *kabur*

    Like

    Reply
    • Sabar onn *berlindung dibawah ketek Junsu*
      Itu cuma tuntutan peran kok…
      cemburu buta??? cemburu gak jelas kali yah kkkk
      Bakat nangisnya nurun dari dua-duanya…
      kayaknya bakat cerewetnya juga kkkk *ikutan kabur*

      Like

      Reply
  2. wonwonwon

     /  June 27, 2011

    Kyaaaaa itu endingnya si heenim kan? iya kan? xD
    ecieeee heenim cemburu :3

    neneknya heenim sakit toh? ._.
    aku juga pengennya anak cowok terus cewek looh u,u *plak

    hhi, ga sabar nunggu part selanjutnya 😀

    Like

    Reply
    • iya itu heenim
      iya ceritanya sakit gitu…
      jiah dia malah mikirin anak…. sekolah dulu baru boleh mikir yang kayak gitu kkk

      Like

      Reply
  3. chaaanycha

     /  June 27, 2011

    apaaaaaaaaaaaa?
    park juni anak siapa lu bilang?
    kok nggak ada konfirmasi sebelumnya??????
    perasaan kemarin ceritanya nggak kayak gini deh???

    heechul datang kayak jelangkung aja,
    datang tak dijemput, pulang tak diantar..
    kekekeke^^

    Like

    Reply
    • *tutup kuping*
      Unni anak gw lagi bobo jangan berisik *lempar pengki*
      iyaiyalah di ubah dikit…
      kan gak rme kalo udah ketauan sebelum publishhh…

      Wedezzing *lempar Bom*
      seenaknya aja mangiil jelangkung >.<'

      Like

      Reply
      • chaaanycha

         /  June 27, 2011

        apa lagi kalau bukan jelangkung namanya,
        datang tiba2 gtu,
        kekekeke^^,

        gw teriak karena kaget tahu,
        tiba2 aja lu bilang park juni anak SanTeuk..
        perasaan kemarin ceritanya si juni sepupu lu deh,
        kok sekarang jadinya kena ke gw,

        Like

        Reply
        • Cie… gvatar baru *siul-siul*
          marah nih???? klo marah pasangan SanTeuk gw bikin ancur *ngancem pake piso*
          pilih yg mana?

          Itu kan ide spontan tapi lucu juga kan Juni Jungsoo n Sani kkkkk
          lagian kan Juni itu imut…. ga mecing ma muka emaknya kkkkkkk

          Like

  4. chaaanycha

     /  June 27, 2011

    hhahahahah^^,
    iya dong ganti.
    bosen kalo itu mulu..

    marah? jangan dong,
    iya2 heechul nggak kayak jelangkung..
    kekeke^^..

    jangan bikin santeuk menderita yaw,

    imut,
    gw itu udah melebihi dari imut tau..
    makanya anak gw juga ikutan imut kayak gw,
    kekekeke^^
    #maksa

    Like

    Reply
    • Hah?
      Sanni imut dr mana?
      Bikin mules iya #plaak

      Like

      Reply
      • chaaanycha

         /  June 27, 2011

        udah imut dari lahir kali,
        wkwkwkwkwkwk^^

        gw setuju sama ika,
        udah direstui sama neneknya ichul tuh,
        udah nikah sono,
        biar nggak berantem mulu..
        kawin-kawin-kawin-kawin-kawin-kawin-kawin-kawin..
        #teriakpaketoa..
        ^o^

        Like

        Reply
  5. What???
    ige mwoya??
    agak merasa kesindir d bagian notenya..

    Sunhae???
    anak siapa dy??
    ga kenal dan ga merasa pernah bikin anak namanya Lee Sunhae..

    Terus aja bikin Chaesun kayak setan…
    Sejak kapan Donghae it malaikat??

    Udah kebelet punya anak iah..
    Tuh sii nenek udah ngerestuin buru nikah sana..

    Heechul,,,
    gw jadi suka dy dsini..
    kekekeee

    Like

    Reply
    • Upz ada yg marah
      Kan adegan bikin sunhae nya ilang kkkk

      Kan it karakter yg u mau kan *kedip2

      Anak? Chapter selanjutnya bkal lebih parah dari ini kkk

      Gw g suka ichul d sini

      Like

      Reply
  6. vanny

     /  June 27, 2011

    doyan ya ama keteknya junsu??? kekekekekek
    dari buta mengarah ke ga jelas
    dia sendiri yg ngomong ga mau ketemu
    eh malah ichul sendiri yg tiba2 nongol kek hantu wkwkwkwk…..

    Like

    Reply
    • Haha
      Sy jg bingung.,
      Dia yang berjanji dia yang mengingkari~
      Ntar part selanjutnya d jelasin lg kok

      Ketek junsu kan anget2 gimana gitu kkk

      Like

      Reply
  7. sweebee

     /  June 29, 2011

    Nah loh.. udh dpt restu dr nenek…
    Buruan Teh g prlu ragu2 lg sama abang Ichul *siap2 hias kamar Abang buat kamar pngantin*

    Baca nih ff bikin deg2an melulu..

    Like

    Reply
    • deg degan kenapa????
      periksa ke dokter jantung dulu…
      takut overdosis kebanyakan baca CoffeMilk kkkkkkk

      jiah klo cuma dapet dari nenek mah gak rame…
      tunggu yang laen dulu dong kkkk

      Like

      Reply
  8. kyanya part ini luapan emosi pribadi nie
    heheheheheh
    bang ichulnya gengsian pisan sich masa gak bilang ma yeosin klo mau ngelamar ujug” bawa k’keluarganya gto????
    neneknya bang ichul sakit apa ???? gara” gosip bang ichul kah???? jgn” moe married gara” neneknya nyuruh bang ichul buru” kawin ge?????*reader sok tau banyak nanya ge
    heheheheh
    teh klo moemarried ma bang ichul undang” aku ma bang won” ywh
    heheheheh

    Like

    Reply
    • dia kan udah ngelamar Yeosin di part 1

      Ehmm… gimana ya… kaish tau gak yah???
      tunggu aja part selanjutnya

      Like

      Reply
  9. sagittaliez

     /  May 18, 2013

    kyaaa >.< apa yg akn terjdi(?) sukaaaa pas scene di rumah sakit manis" gmanaaa gtu XD

    Like

    Reply
  10. Heechul nyusul yeosin? Huaa…

    heechul juga kenalin yeosin ke kakek neneknya heechul? Knp ga langsung eomma dan appa heechul? Ehehe..

    Keerrennn ..
    Masih penasaran ama perasaan hEechul..

    Like

    Reply

Leave a comment