BLACK SIDE [2/2]

BLACK SIDE (Seungho Story)

Seungho menatap Jihun duduk diantara kamar Thunder dan kamar Hanna. Gadis itu tidak pernah masuk menemui keduanya dan memilih untuk diam diluar. Ia tau perasaan gadis itu. Sama seperti perasaannya.

Bodoh

Ia rela melepaskan Jihyun hanya demi Thunder dan kini Thunder meninggalkan Jihyun dan sekarang ia gamang saat melihat jihyun bahkan tidak meneteskan airmatanya sama sekali. Ia ingin berteriak pada gadis itu agar merebut Thunder dari Hanna, tapi ia tidak bisa melakukannya. Itu akan membuatnya sakit.

Perlahan Seungho mendekati Jihyun dan duduk disebelah gadis itu. Gadis itu menoleh kemudian kembali termenung. Tak ada kata dari keduanya meski mereka sudah melewatkan waktu bersama. Seungho dengan sabar menunggu Jihyun.

“Apa yang akan kau lakukan jika kau berusaha mencintai seseorang dan ketika kau jatuh cinta padanya, ia meninggalakanmu?” Tanya Jihyun membuat pria itu mengerutkan keningnya dan berpikir dengan panjang. Ia tidak menemukan apapun. Otaknya buntu

“Aku tidak tau.” Ucap Seungho, jujur, “karena aku tidak pernah merasakan hal seperti itu.”

Jihyun terkekeh, “aku tau… kau memang makhluk yang tidak berpersasan. Ah~ bagaimana aku bisa menanyakan hal itu padamu?” Jihyun kembali kepada rajutannya.

“Tapi aku pernah menyukai seorang gadis dan sampai sekarang masih mencintainya.” Ucap Seungho membuat Jihyun tersenyum miris. Gadis itu menghentikan gerakan tangannya. Entah kenapa matanya menjadi panas mendengar ucapan Seungho.

“Gadis yang beruntung.”

Seungho mengembuskan nafas panjang dan bersandar dengan rileks disebelah Jihyun, “aku yang tidak pernah beruntung. Gadis itu tidak pernah melihatku dan aku bahkan tidak pernah bisa membenci kekasihnya.”

“Dia mempunyai kekasih?” Jihyun menoleh pada Seungho. Seungho tidak pernah membicaran hal lain selain pekerjaannya dan itu membuatnya bosan. Ia bahkan tidak mengenal Seungho lebih dekat meski mereka mengenal sejak kecil.

“Hampir menikah.”

Jawaban Seungho membuat mata Jihyun berbinar. Ia senang mendapat teman yang satu hati dengannya. Sama-sama cinta bertepuk sebelah tangan. Ia menghembuskan nafas panjang seolah selama ini paru-parunya tertikam oleh benda yang sangat berat.

“Mungkin kita harus membuat perkumpulan cinta bertepuk sebelah tangan atau pergi ke musium broken heart.” Ucap Jihyun terkekeh.

Seungho menarik ujung bibirnya saat melihat senyum Jihyun mengembang. Ia ingin membuat Jihyun tertawa setiap hari dan membuat gadis itu senang. Sebuah pikiran busuk melayang di otaknya. Ia juga ingin mendengar desahan Jihyun di ranjang.

>>deson<<

“Thunder sudah bisa menggerakan tangannya dan Hanna sudah bisa bangun dari tempat tidurnya.” Ucap Dara pada Jihyun.

Hanna masih terbaring dan sulit mengalami berapa gerakan karena otaknya masih lemah pasca operasi sementara Thunder mengalami retak tulang rusuk dan tangan akibat perkelahian. Mereka sama-sama koma dan bangun di hari yang sama. Membuat hati Jihyun menciut.

“Ah syukurlah.” Ucap jihyun terdengar frustasi. Lagi-lagi gadis itu tidak menjenguk keduanya dan memilih duduk diluar sambil menyulam.

“Kau tidak ingin masuk dan melihat Thunder?” tanya Dara, refleks membuat Jihyun menggeleng.

Dara menggangguk mengerti. Ia tidak memaksa Jihyun untuk menjenguk adiknya. Meskipun ia tau Jihyun sangat menyukai adiknya tapi adiknya cukup brengsekuntuk membuat gadis itu terluka. Ia juga akan bingung jika berdiri di posisi Thunder, Jihyun dan Hanna mereka sama-sama penting.

“Hanya akan ada satu wanita dan pria dalam satu cerita.” Dara mengulaingi ucapan Hanna padanya dulu, “Jika suatu hari ada pria yang datang padamu. Apa kau akan menolak?”

Jihyun menatap Dara tidak mengerti,

“Kita tidak selamanya akan berdiri ditempat yang salah. Salah satunya harus pergi.” Dara tersenyum melihat kerutan di wajah Jihyun menghilang, “Setiap orang mempunyai sisi gelapnya sendiri, mungkin sisi gelap Thunder adalah mencintaimu tanpa melihat Hanna. Jadi ketika ada seseorang yang menyukaimu apa kau akan melepaskan Thunder?”

Jihyun mendundukan wajahnya, jika ada laki-laki lain apa ia akan melepaskan Thunder? Ia sendiri tidak yakin dengan apa yang ada di hadapannya. Ia hanya memiliki Thunder dan Thunder.

>>deson<<

 “Mana yang akan kau pilih menjadi hitam atau putih?” tanya Jihyun membuat Seungho berkerut tidak mengerti. Pertanyaan gadis itu sedikit aneh ditambah wajahnya yang sembab. Ia tau gadis itu habis menangis

“Aku akan memilih hitam.” Ucap Seungho.

Jihyun menatap Seungho dengan tatapan sendunya. Gadis itu menyunggingkan senyumnya memaksa untuk tersenyum. Ia bisa melihat kepahitan dan bibir gadis itu. Gadis itu tidak seperti biasa dan membuatnya khawatir.

“Jika kau mencintai gadis itu perjuangkanlah… jangan sampai kau menyesali perbuatanmu sendiri. Aku akan mendukungmu. Kau tau rasanya tidak enak mencintai seorang diri. Itu sangat menyiksa.” Jihyun menepuk punggung tangan Seungho, “Aku juga akan memperjuangkan cintaku sendiri.”

Seungho membelakakan matanya tidak percaya, “Apa yang ingin kau lakukan?”

“Setiap orang mempunyai black side sendiri, dan aku juga punya. Aku ingin menunjukan sisi hitamku kepada semua orang bahwa aku mencintainya tidak peduli dengan semua yang mereka katakan. Aku hanya menginginkan dia dan…” Jihyun menahan nafasnya, “akan kulakukan semua hal untuk mempertahankannya.”

“Jihyun-ah…”

“Semuanya akan baik-baik saja,” Jihyun menatap Seungho agar tidak terlalu khawatir padanya, “Cinta itu perlu perlu di perjuangkan bukan.”

“Lalu bagaimana denganku?”

Jihyun menatap Seungho, “Kau juga.”

Seungho menatap manik mata Jihyun. Gadis itu tampak ragu, gadis itu bahkan tidak tau apa yang akan ia lakukan tapi gadis itu sangat yakin dengan niatnya. Itulah yang membuat Seungho takut bahwa gadis itu akan berbuat hal diluar dugaan.

>>deson<<

Jihyun menatap seorang gadis dihadapannya. Ia tidak tau kenapa ia begitu baik menghadapi gadis itu.Padahal hatinya teriris ketika mendengar nama gadis itu. ia bahkan tidak bisa tersenyum dengan lega melihat gadis itu, dia hanya ingin membuat Thunder tersenyum tapi tidak dengan gadis itu.

“Aku akan menjaga Thunder dengan baik. Kau tidak usah khawatir padaku.” Ucap Jihyun pada Hanna yang sedang tertidur lelap. Ini pertama kalinya ia masuk kedalam ruang rawat Hanna. Ia membutuhkan keberanian untuk menatap wajah gadis itu.

Jihyun mengulurkan tangannya, masih bingung apa yang harus ia cabut. Alat pernafasan Hanna, alat infus Hanna atau apa. Gadis itu lalu memilih melepaskan alat pernafasan Hanna. Gadis itu masih bisa bernafas dengan baik.

Jihyun mengembil sebuah bantal dan…

“Jika kau berjuang mempertahankan cintaku, bagaimana dengan aku…”

Jihyun terpaku ketika mendengar suara Seungho. Pria itu muncul dari sudut kamar yang gelap dan menatapnya dengan tatapan dingin. Pria itu kemudian memasangkan alat nafas Hanna tanpa melepaskan pandangannya dari Jihyun.

“Kau…”

“Bagaimana jika aku memperjuangkan cintaku dan dia juga tidak mau melepas cintanya. Bukankah itu akan membuat semua orang sakit. Hatiku semakin sakit begitu juga hatinya, karena tidak ada yang mengalah semuanya menjadi rumit dan hal sederhana menjadi bencana.”

Jihyun mengalihkan pandangannya ketika Seungho mendekatinya.

“Kemanhae…” Seungho menyentuh bantal yang dipegang Jihyun lalu membuangnya, “Tolong berhenti.”

Jihyun menatap Seungho dengan tatapan marah, “berhenti? Aku tidak berhenti. Katamu kau juga merasakan hal yang sama tapi kenapa kau tidak mengerti yang kurasakan. Aku sangat menderita. Jika kau mengerti perasaanku maka kau tidak akan mencegahku. Kau sama saja dengan dia.”

Jihyun melepaskan dirinya dari Seungho dan berjalan keluar. Air matanya tumpah dijalan. Ia benar-benar bodoh. Kenapa ia bisa percaya pada Seungho.

>>deson<<

“Aku memang tidak mengerti perasannmu. Aku memang tidak tau bagaimana rasa sakitmu. Yang aku tau adalah ketika mencintai seorang gadis dan gadis itu bertahan dengan segala cara untuk mencintai pria lain.” Teriak Seungho membuat Jihyun sedikit tersentak.

Jihyun tidak sedikitpun menoleh dan menangis sedalam mungkin.

Seungho meliarkan pandangannya ke langit. Tidak ada satu bintangpun yang menarik perhatiannya, setidaknya memandang langit jauh lebih menarik dari pada melihat gadis itu menangis.

“Aku bahkan tidak bisa melihat gadis itu menangis.” Ucap Seungho sambil duduk disebelah Jihyun. Gadis itu bahkan tidak bisa menghentikan tangisnya, “entah sudah berapa lama aku duduk disebalahnya tapi gadis itu tidak menoleh. Aku terus menjaganya agar dia tidak terluka, tapi semakin aku didekatnya semakin aku terluka.”

Seungho menyodorkan kopi kaleng kepada Jihyun dan langsung disambar oleh Jihyun tanpa banyak bicara. Mereka kemudian saling berdiam diri dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang berniat memulai percakapannya meski hujan turun mereka tetap diam menyaksikan semua orang berlalu lalang dihadapan mereka.

Seungho memutuskan untuk menoleh pada Jihyun dan memandang wajahnya yang sendu, “Kami sering duduk berdua dalam diam. Aku penasaran apa yang dia pikirkan. Apakah dia memikirkan aku? siapa aku dihatinya. Dan yang terpenting aku ingin dia tau perasannku padanya.”

“Dia tidak pernah tau karena aku takut melukainya,” Seungho menarik nafas panjang, “seperti kau tau dia mencintai pria lain. Dia sangat mencintai pria itu bahkan ketika tau pria itu bukan untuknya.  Ah~ aku ingin sekali membunuh pria itu.”

“Siapa pria itu kenapa kau tidak membunuhnya.” Ucap Jihyun parau, “kau seorang yang pandai berkelahi kenapa tidak membunuhnya dengan mudah dan kabur bersama gadis itu.”

“Kau mau membunuhnya untukku?” tanya Seungho membuat kening Jihyun berkerut, “Pria itu adalah Thunder Park.”

Jihyun tercekat mendengar kata-kata Seungho dan berbalik menatap pria itu.

“Gadis yang aku cintai adalah Choi Jihyun.” Seungho menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman, “dia pernah bertanya mana yang kusukai, putih atau hitam. Aku menjawab hitam. Itu bukan berarti aku menginginkan cara yang kotor. Tapi hitam yang kumaksud adalah sebuah warna yang ketika melihatnya maka orang akan mengansumsikan awal dari sebuah permulaan. Aku ingin dia melihat aku sebagai awal dari kehidupannya yang baru.”

Seungho mengusap kepala Jihyun dengan lembut, “tapi sepertinya dia salah mengartikan. Aku ingin dia tau bahwa aku menyukainya tidak pedulia apapun yang terjadi. Aku akan tetap menjaganya. Aku akan merasa menyesal jika dia melakukan hal bodoh, makanya aku memberitahunya.”

“Kau…”

“Mereka bilang cinta itu buta, ah aku rasa kau yang buta. Aku ada di sebelahmu sejak lama sekali dan kau tidak menyadarinya. Aku ingin mengatakannya tapi Thunder mendahuluiku dan dia membuatmu tersenyum, lalu apa yang kulakukan. Aku hanya menjagamu dari jauh. Melihatmu menderita hatikupun sakit, aku tidak bisa terus bersembunyi.”

Pada akhirnya hanya ada satu pria dan satu wanita akhir cerita bahagia.” Seungho mengkopi ucapan Hanna dengan baik, “Aku yang memberitahu Hanna tentang kata-kata itu, kami sama-sama menyerah untuk cinta kami masing-masing tapi sepertinya aku tidak bisa menyerah lagi. Ini sudah terlalu sakit.”

Seungho menatap Jihyun meminta responnya, tapi gadis itu malah terdiam tidak mengucapkan sepatah kata apapu hingga membuat kesabarannya habis.

“Jadi maukah kau melihat kearahku?”

>>deson<<

5 tahun kemudian

Jihyun’s POV

Sebuah altar yang megah dan indah ketika aku melangkahkan kakiku mendekati Thunder yang berada di depan altar. Pria itu sangat tampan dengan mengunakan setelah putih dari atas sampai bawah. Senyumnya mengembang sempurna, seakan tidak akan kehabisan carian pemanis dalam senyumnya.

Aku menoleh ke sisi Thunder dimana Seungho sudah menatapku dengan lembut. Aku tersenyum ketika dia mengulurkan tangannya dan menempatkan aku disisinya. Thunder mengulurkan tangan Hanna dan membawa gadis itu ke altar.

“Gwenchanaseyo?” tanya Seungho membuat perhatianku pada Hanna dan Thunder buyar.

Aku melihat pria disebelahku yang sedang menatapku dengan khawatir. Aku memutar kepalanya agar lebih serius melihat upacara penikahan sahabatnya itu tapi pria itu tidak peduli dengan seruanku dan menatapku dengan seksama.

“Thunder Oppa memang tampan.” Ucapku begitu saja membuat Seungho sedikit menjauhkan wajahnya dariku. Ia menjadi gelagapan tidak menentu, “harusnya aku menunggunya dengan sabar.”

Aku terkekeh ketika melihat wajah Seungho yang masam. Aku tidak tau kenapa aku sangat suka membuatnya cemburu apalagi dengan mengunakan Thunder. Hubungan kami berjalan dengan sangat baik dan jauh lebih baik, meski terkadang kami bertengkar karena hal-hal sepele. Aku tidak pernah melihat sisi kekanak-kanakannya dan dia selalu menunjukkannya didepanku.

Mlaq berhasil keluar dari lubang hitamnya dan memulai pekerjaan baru yaitu membuka perusahaan distribusi dan pelayanan lainnya. Kami mempunyai G.O yang handal dalam bidang komputer, Lee Joon yang tangkas, Mir yang pandai sekali mendapatkan pelanggan dan tentu saja Thunder dan Seungho yang pandai membuat strategi baru dalam bisnis mereka. Kini kami semua hidup jauh dari lembah hitam. Kami Hidup dengan damai dan sebagai keluarga yang utuh.

“Eomma… Appa…”

Aku menoleh ketika seorang anak laki-laki menarik gaunku dengan perlahan. Seungho berjongkok kemudian menggendong anak itu. Aku tersenyum melihat wajah anak itu mirip dengan Seungho. Anak itu bahkan tidak mirip denganku.

“Ayo kita pulang.” Rengek anak itu. aku tertawa geli ketika melihat tatapan bosannya. Sama halnya dengan Seungho, Jiho sangat tidak menyukai Thunder. Anak itu kerap marah jika aku sedang mengobrol dengan Thunder.

“Jiho-ya… pernikahan Samchon belum selesai.” Ucapku memberi perhatian pada Jiho.

“Eomma, aku ingin pulang.” Dia mengembungkan pipinya sebal.

Aku mencubit pipinya yang menggemaskan. Bagaimana bisa Jiho mirip sekali dengan Seungho, mulai dari wajah, prilaku dan kesukaan. Aku senang memiliki keluarga kecil ini. Keluarga yang membuatku bertahan.

“Saranghae.” Ucap Seungho setengah berbisik.

“Nado saranghae.” Jiho ikut mengkopi ucapan ayahnya sambil tersenyum malu.

TAMAT

Previous Post
Leave a comment

4 Comments

  1. ini part 1 rrg thunder en part 2 ttg seungho ya??

    itu ga dijelas knapa thunder cedera?? kan seru tuh ada acara tembak2an hehehehe

    Like

    Reply
    • iya… rame sih eon klo ada acara tembak2annya tapi aku lagi nga mood buat nulis kayak gitu kkkk
      jadi aku skip deh kkkk

      Like

      Reply
  2. utit

     /  October 18, 2012

    saya tertipu…*lagi*

    ini bukan tentang thunder-hana tp seungho-jihyun

    5 th kemudian dah punya seungho kecil
    wAduh..jd iri

    dgr2 ada yg ultaH
    HBD-WUATB

    Like

    Reply

Leave a comment